My Heart Is Yours



Title : My Heart Is Yours
Author : Nenden Nurpuji Hasanah (@Nenden_Hasanah)
Main Cast : Oh Sehun EXO-K, Song Sang Ah (OC)
Other Cast: Kim Jongin EXO-K, Thiya Kim (OC), Kris EXO-M as Dr. Wu
Genre : RA-HA-SI-A nyehehe *ketawa nista*
Rate : T (PG-16)
Length : Oneshoot, longshoot
Disclaimer : The casts belongs to God and their parents, the story is mine,   terinspirasi dari berbagai ff dan komik yang saya baca :D

Cuap-cuap Author:

Nenden Is Baaackk!!! Yeah.
Sekarang kembali dengan ff baruu dengan cast adek kecil yang umurnya beda 12 hari sama saya #plakk ngga penting ya? Yaudah lupain aja kalimat terakhir.. XD

Oh iya, saya saranin beberapa lagu buat backsound ya biar rada nge feel laahh
EXO – Baby don’t Cry
BoA - Disturbance
Fly To The Sky – Missing You
Super Junior – In My Dream, The One I Love, Memories
SNSD – Lost In Love, Promise
Bigbang – Haru Haru

Yap.. itu beberapa lagu yang menurut saya mendukung lah buat nambah suasana hehe. Terserah readers mau pilih salah satu atau masukin semua ke playlist hohoho

Sip deh langsung baca aja yaaaa

Warning!! Sorry for typos! Bahasa ngga baku, alur acak-acakan atau cerita pasaran... keep learning :D


Happy Reading :D









TIK TIK TIK

Seorang yeoja seang memandang langit dari balik jendela kamarnya. Langit hari ini begitu suram, seakan mentari enggan menampakkan dirinya. Hujan deras sedari tadi belum juga berhenti, menambah dingin suasana siang itu. Yeoja itu mengeratkan selimutnya. Menggulung dirinya dibalik selimut tebal itu. Sudah lama ia tinggal di ruangan serba putih itu. Sudah lama pula kegiatannya hanya duduk diatas tempat tidur sambil memandang keluar jendela.

CKLEK

“Waktunya makan, Sang Ah-ya...” seorang yeoja berpakaian putih dengan rambut yang di gelung rapih masuk ke kamar itu membawa nampan berisi makanan.

Yeoja bernama Sang Ah itu menengok kearah pintu, ia menyaksikan yeoja itu mendekat padanya.

“Aku belum lapar, suster Thiya.” Jawab Sang Ah setengah berbisik.

“Tidak harus menunggu lapar, Sang Ah, kau harus mengisi perutmu. Nah, makanlah..” jawab yeoja itu yang ternyata seorang suster sambil tersenyum dan duduk di kursi samping tempat tidur Sang Ah. Yeoja itu meletakan nampan di meja lipat didepan Sang Ah.

“Makanlah..” ucap yeoja itu sekali lagi. Sang Ah akhirnya mengangguk dan langsung menyuapkan makanan itu kemulutnya.

“Bagaimana keadaanmu hari ini” Tanya suster Thiya lembut.

“Tidak ada yang berubah, suster. Sama seperti kemarin. Aku hanya ingin segera pulang. Atau.. apa aku takkan pernah pulang?” jawab sekaligus tanya Sang Ah.

Thiya bangkit dari tempat duduknya dan merengkuh Sang Ah lembut. Ia mengusap punggung yeoja itu mencoba memberikan kekuatan.

Song Sang Ah, yeoja berusia 18 tahun yang harus menghabiskan waktunya di rumah sakit. Bukan tanpa alasan tentunya. Seminggu lebih ia tinggal di ruangan berbau obat ini. Ia sangat dekat dengan Thiya, seorang perawat yang selalu datang keruangannya.

“Kau punya majalah baru suster Thiya?” tanya Sang Ah ketika Thiya membereskan peralatan makan yang dipakainya tadi.

“Tentu, sebentar, aku akan menyimpan ini dulu lalu aku akan kembali membawakan majalahnya.” Sang Ah mengangguk dan tersenyum. Thiya berlalu dari kamarnya membawa alat makan kotor.

Seperti inilah keseharian Sang Ah, membaca majalah atau apapun yang diberikan Thiya, dia tidak bisa pergi kemanapun. Membosankan.
.
.
.
.
.
Matahari mulai berani menampakkan dirinya sore itu, hujan sudah benar-benar reda. Terlihat tanaman-tanaman terlihat segar terkena air hujan.

Seorang namja terlihat sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Pandangannya tertuju pada seorang yeoja yang sedang mebaca buku di bangku taman belakang rumah sakit. Seketika ia berhenti, ia menyaksikan yeoja itu sedang bersama seorang perawat disana. Ia bisa melihat senyum yeoja itu walaupun wajahnya kini terlihat pucat. Namja itu memandangnya tak berkedip, seperti tak ada objek lain yang bisa menarik pehatiannya selain yeoja itu.

“Hei, apa yang kau lakukan disini, Oh Sehun?!” namja itu menoleh kesampingnya dan mendapati seorang namja dengan jas putih panjang tengah menepuk bahunya.

“Ah Dokter Jongin, ani.. aku hanya sedang melihat-lihat.” Jawab Sehun-namja itu- lalu kembali memandang kearah dimana yeoja itu berada.

Namja disebelah Sehun yang ternyata seorang dokter itu melihat ke arah pandang Sehun. Penasaran dengan apa yang dilihat Sehun.

PLETAK

“Ya! Dokter Jongin kenapa kau menjitakku!!” protes Sehun yang tiba-tiba saja mendapatkan jitakan dari Jongin.

“Kau jangan memandang suster Thiya seperti itu! Dia kekasihku! Enak saja kau melihatnya seperti itu!” Jongin menggerutu. Ia tadi mengikuti arah pandang Sehun dan mendapati suster Thiya disana.

“Aish! Dokter ini seenaknya saja! Aku tidak melihat perawat itu! Aish!!” ujar sehun sambil mengusap kepalanya.

“kalau bukan lantas kau melihat siapa huh?” tanya Jongin.

“Lihat! Aku melihat yeoja yang disebelahnya itu!” Sehun mengaku. Jongin sedikit mendekati Sehun melihat arah pandang Sehun lagi. Ternyata benar Thiya sedang bersama seorang yeoja disana.

“Oh.. aa..hahaha kukira kau melihat Thiya-ku.. ha...ha” ujar Jongin tertawa garing.

“Huh, dokter macam apa kau ini.. Lagi pula mana mungkin aku memandang tante-tante seperti itu!”

“Ya! Apa kau bilang! Kau mau kujitak lagi?” Sehun menahan tangan Jongin yang hendak kembali menjitak kepalanya.

“Hehe.. aku bercanda Dokter Jongin.. hehe” ujar Sehun dengan senyum lima jarinya.

Jongin berdecak pelas sambil merapikan letak jas nya. Terjadi hening beberapa saat ketika Sehun kembali memandang kearah yeoja yang tadi menarik perhatiannya. Kini ia melihat yeoja itu sedang tertawa lepas. Mungkin menemukan sesuatu yang lucu pada buku yang dia baca. Tanpa sadar Sehun ikut tersenyum melihatnya. Jongin yang melihatnya kembali mengikuti arah pandang Sehun.

“Namanya Song Sang Ah, dia pasien disini. Sudah lebih dari seminggu ia dirawat disini.” Gumam Jongin. Sehun mengalihkan perhatiannya dan menatap Jongin.

“Kenapa kau tahu tentangnya?” tanya Sehun.

“Tentu saja karena aku dokter yang menanganinnya.” Jawab Jongin. Sehun terdiam mendengar jawaban sang dokter. Dia tahu Jongin adalah dokter spesialis jantung, hati dan paru-paru. Jika yeoja itu ditangani oleh Jongin berarti yeoja itu mengidap penyakit organ-organ dalam tubuh itu.

“Dia.. sakit apa?” Tanya Sehun setengah bergumam.

Tak ada jawaban dari Jongin. Yang terdengar hanya helaan nafas berat. Sehun tahu Jongin tak mungkin membeberkannya. Itu menyangkut privasi pasien tentu saja. Sehun menatap Jongin yang pandangannya masih tertuju pada kedua yeoja yang sekarang terlihat sedang mengobrol itu. Sehun bisa melihat mata Jongin menerawang jauh.

Jongin menghela nafas sekali lagi sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada Sehun.

“Kurasa kau akan tahu nanti.” Kata Jongin sambil tersenyum.

“Kurasa aku permisi dulu, aku masih ada pasien yang harus ku kontrol..” ucap Jongin lalu pamit meninggalkan Sehun. Sehun menatap nanar punggung itu hingga menghilang ketika namja itu berbelok. Sehun kembali mengalihkan pandangannya ke taman belakang. Yeoja itu masih terlihat tertawa membuat Sehun kembali tersenyum.

“Song Sang Ah? Ya... Song Sang Ah......” Gumam Sehun disertai helaan nafas panjang.
.
.
.
.
.
Hari ini sangat cerah, tidak seperti kemarin yang hujan. Hari ini segar sekali, angin berhembus terasa menyegarkan. Sang Ah terlihat duduk di bangku taman belakang rumah sakit pagi ini. Setelah selesai sarapan dan chek up ia merengek pada Thiya agar diizinkan pergi ke taman belakang.

“Tidak apa jika kau kutinggal sendiri disini?  Aku harus pergi sebentar..” ujar Thiya.

“Ah, tentu saja, suster Thiya..”

“Jika ada apapun kau bisa panggil aku ..”

“Ne, arraseo..” Dengan itu Thiya kembali ke rumah sakit meninggalkan Sang Ah di taman belakang.

Sang Ah membaca novel pemberian Thiya sambil sesekali mengeratkan sweaternya. Hari ini ia merasa sedikit membaik. Sepertinya taman belakang ini akan menjadi tempat favoritnya.

Yeoja itu sedikit kaget ketika mendapati tubuhnya terasa lebih hangat. Ia sadar ada seseorang yang memakaikan jaket padanya.

“Suster Thiya, sudah kubilang aku baik-baik sa-“ Ucapan Sang Ah terpotong ketika ia mendongak yang ia dapati bukanlah sang perawatnya seperti biasa, melainkan seorang namja bersurai coklat terang tengah memasangkan sebuah jaket padanya.

“Sweatermu itu terlalu tipis. Setidaknya jaket ini bisa membantu menghangatkanmu. Hari ini anginnya sedikit kencang dari biasanya.” Ujar namja itu lalu duduk disamping Sang Ah. Sang Ah mengedipkan matanya berkali-kali melihat namja itu.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya namja itu.

“Siapa kau?” tanya Sang Ah akhirnya.

“Namaku Oh Sehun, salam kenal, Song Sang Ah” jawab namja itu.

“Darimana kau tahu namaku?” Tanya Sang Ah heran.

“Entahlah. Aku hanya menebaknya. Aku punya kemampuan cenayang, mungkin” jawab Sehun sekenanya tanpa memandang Sang Ah dan hanya memandang lurus kedepan.

“Ish, tidak masuk akal.” Gumam Sang Ah.

Sehun hanya terkekeh. Sang Ah kembali membaca novelnya yang sempat terganggu tadi. Sehun pun hanya diam sambil menyaksikan dedaunan yang berguguran dari pohon maple yang rindang diatasnya.

“Kamshahamnida.” Gumam Sang Ah.

“Ne?” Sehun menatap Sang Ah. Ia sedikit tak memperhatikan ketika yeoja itu berbicara.

“Gomawo untuk jaketnya.” Lanjut Sang Ah.

“Ne, cheonma.” Jawab Sehun sambil tersenyum manis memunculkan semburat merah dipipi Sang Ah.

Hening.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Sang Ah kemudian tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yg ia baca.

“Bertemu denganmu” Sang Ah menatap Sehun lekat. Ia menatapnya dalam meminta penjelasan namja itu.

“Apa maksudmu?”

“Yang kulakukan disini adalah bertemu denganmu.” Ulang Sehun sambil menatap Sang Ah. Sang Ah mengerjabkan matanya dan kembali memfokuskan pandangannya pada novelnya. Sehun terkekeh pelan melihat reaksi yeoja itu.

“A.. apa-apaan itu...” gumam Sang Ah pelan tapi masih bisa didengar Sehun. Lagi-lagi ia terkekeh.

“Masuklah ke kamarmu. Terlalu lama berada diluar seperti ini tidak baik. Kau bisa kedinginan.” Ucap Sehun sambil mengacak rambut pendek Sang Ah pelan.

Sehun lalu beranjak darisana dan pergi meninggalkan Sang Ah yang masih mematung karena sikap Sehun.

“A..ah! Jaket..nya.....” Terlambat, Sehun sudah berjalan jauh. Sang Ah menatap jaket hitam yang dipakainya itu dan mengeratkannya. Ia menghirup dalam aroma jaket itu.

“Hangat.. Sehun-ah” gumamnya.
.
.
.
.
.
“Sang Ah-ya! Aku mencarimu ke taman.. kenapa kau tak bilang kalau kau sudah kembali kesini...” Ucap Thiya sesaat setelah ia memasuki kamar rawat Sang Ah.

“Hehe... mianhae suster Thiya... aku lua memberitahukanmu..” kekeh Sang Ah.

“Syukurlah, kukira kau kemana... soalnya angin hari ini cukup menusuk...” Ujar Thiya.

“Gwaenchana, tadi ada namja yang memberikan jaket padaku...” Ujar Sang Ah riang.

“Mwo? Nugu?” tanya Thiya seraya duduk di kursi sebelah Sang Ah.

“Hmm.. dia bilang namanya.. eemmh... namanya.. Se.. se.. ah siapa ya.. . Oh iya! Oh Sehun namanya..!” Jawab Sang Ah.

Thiya terkekeh melihat Sang Ah yang terlihat senang.

“Lalu... sepertinya aku merasakan sesuatu yang akan tumbuh sebentar lagi...: Ujar Thiya.

“Mwo..? Apa maksudmu...” tanya Sang Ah.

“Ah.. bukan apa- apa.. Aku mengecek keadaanmu dulu ya, sebentar lagi Dokter Jongin datang memeriksa kondisimu..” Dengan cekatan Thiya mengecek keadaan Sang Ah dengan menmeriksa teknan darah, suhu tubuh dan lain-lain.

CKLEK

Dua yeoja itu segera menengok kearah pintu dan mendapati dokter Jongin disana.

“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Jongin. Lalu ia melirik kearah Thiya. Thiya menyerahkan catatan pemeriksaanya pada Jongin.

“Demam?” tanya Jongin begitu membaca catatan itu.

“Ne, sedikit demam karena tadi berada diluar dan terkena angin cukup lama..” Jelas Thiya. Jongin mengangguk mengerti.

“Baiklah, aku akan memeriksamu dulu.” Dengan itu Jongin memeriksa Sang Ah. Jongin sedikit bernafas lega karena keadaan pasiennya itu sedikit membaik. Ya, hanya sedikit.

“Sepertinya hari ini kau sedang gembira?” tanya Jongin.

“A..ah... aniyo.. biasa saja” Jawab Sang Ah.

“Ada sesuatu yang membuatmu sumringah seperti ini?” tanya Jongin lagi.

“Ah.. tidak.. hanya, ah.. hanya sedikit.” Jawab Sang Ah. Jongin dan Thiya dapat melihat semburat merah meskipun tak terlalu kentara di pipi pucat Sang Ah.

“Cha! Baiklah, aku senang dengan perkembangannya. Semoga seterusnya seperti ini ya..” Ujar Jongin sebelum meninggalkan ruangan itu. Jongin sempat menepuk pundak Thiya sebelum pergi. Sang Ah yang melihatnya terkekeh pelan. Hampir semua pasien dan karyawan rumah sakit tahu kalau Dokter Jongin adalah Kekasih Suster Thiya hanya saja mereka berusaha keras menyembunyikan hubungan mereka.

“Apa ini ada hubungannya dengan si Oh Sehun itu?” tanya Thiya sambil tersenyum jahil.

“Ah.. aniyo.. aku hanya merasa punya teman baru..” jawab Sang Ah.

Thiya tersenyum dan mengangguk. Ia merapikan tempat tidur Sang Ah dan membereskan alat pemeriksaanya.

“Butuh sesuatu yang lain? Selimut tambahan mungkin?” tanya Thiya.

Sang Ah menggeleng.

“Jaket ini sudah sangat hangat” Jawabnya.

“Arraseo... aku akan mengatur penghangat ruangannya.” Ujar Thiya.

“Jaljayo, Sang Ah..” ujar Thiya sebelum pergi dari kamar rawat itu.

“Jaljayo, suster Thiya”

Sang Ah menata posisinya senyaman mungkin. Ia mengenakan jaket milik Sehun itu dan mengeratkan pelukannya. Aroma maskulin yang ada di jaket itu membuatnya nyaman dan hangat. Sampai akhirnya ia terlelap kedalam mimpi yang menjemputnya.
.
.
.
.
.
Seorang namja terlihat berbaring di temat tidurnya. Ia sedikit bergerak gelisah disana. Berkali-kali ia menghela nafas berat.

“Apa yang kulakukan ini benar?” tanyanya entah pada siapa.

“Kuharap iya” gumamnya kemudian mencoba memejamkan matanya.

“Jaljayo, Song Sang Ah”
.
.
.
.
.
Sang Ah kini sedang duduk di taman belakang lagi dan membaca buku seperti kemarin. Ia berharap bisa bertemu lagi dengan Sehun. Ia duduk sendiri sambil sesekali mengalihkan perhatiannya menengok ke segala arah mencari Sehun.

Ia mendesah kecewa ketika tak juga mendapati namja itu. Ia kembali fokus pada bukunya.

“Syukurlah kau memakai jaketku hari ini.” Ujar sebuah suara dibelakang Sang Ah. Sang Ah menengok dan mendapati Sehun berdiri dibelakangnya tengah tersenyum. Sehun kemudian berjalan kedepan dan duduk disebelah Sang Ah.

“Kau datang?” tanya Sang Ah yang belum percaya kalau Sehun sudah ada disampingnya sekarang.

“Ne, tentu.” Jawab Sehun.

“Darimana kau datang?” Tanya Sang Ah.

“Tidak penting darimana aku datang Sang Ah”

“Tapi aku tidak melihat kapan kau datang.”

“Kau menungguku?” Pertanyaan Sehun yang satu ini membuat Sang Ah bungkam. Sehun menatapnya dalah sehingga segala perkataan Sang Ah tersangkut di tenggorokannya.

“hmm?” desak Sehun.

“A..ni.. aku tidak menunggumu.” Jawab Sang Ah lalu menunduk.

Sehun terkekeh melihat reaksi yeoja didepannya ini yang menurutnya manis.

“Kenapa kau selalu berada disini?” tanya Sehun. Ia kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

“Tempat ini menyenangkan. Aku merasa tenang disini. Daripada berada di kamar.” Jawab Sang Ah.

Mereka berdua terlihat obrolan yang akrab membuat mereka semakin mengenal satu sama lain. Sang Ah terlihat tertawa lepas dihadapan Sehun. Ia merasa nyaman berada disisinya.

Tak jauh dari tempat mereka, dua orang berjas putih panjang tengah memperhatikan mereka. Mereka tersenyum melihat dua orang yang terlihat akrab itu.

“Syukurlah, sepertinya kedatangan Sehun membuatnya semakin membaik.” Ujar namja bersurai pirang bertubuh tinggi.

“Ne, sepertinya begitu. Dokter Wu.” Ujar namja disebelahnya. Ia terlihat menghela nafas lega.

“Oh Sehun, sepertinya dia terapi yang baik untuk Sang Ah.” Lanjutnya.

“Tapi, sebaiknya kita tetap berhati-hati, dokter Jongin.”

“Arraseo. Yah, sebaikya kita biarkan mereka seperti itu.”

Namja yang dipanggil dokter Wu itu mengangguk dan tersenyum. Ia berpamitan pada dokter Jongin dan meninggalkannya yang masih memandang dua orang ditaman itu.

“Semoga seterusnya akan seperti ini.” Gumamnya.
.
.
.
.
.
Sehun dan Sang Ah masih asik dengan dunia mereka. Sesekali Sehun membuat lelucon yang berhasil membuat Sang Ah tertawa. Begitupun sebaliknya. Cepat sekali mereka menjadi akrab dan merasa nyaman satu sama lain.

“Uhuk! Uhuk!” Tiba-tiba saja Sang Ah terbatuk membuat Sehun panik.

“Gwaenchana?” Tanya Sehun. Sang Ah masih saja terbatuk, ia tak dapat menjawab pertanyaan Sehun.

Sehun menyadari sebuah cairan kental berwarna merah mengalir keluar dari mulut Sang Ah. Sehun membulatkan matanya dan langsung memegang bahu Sang Ah.

“Sang Ah-ya gwaenchana?” Tanya Sehun khawatir.

“S..seh.. Uhuk! sehun..aah.. Uhuk!” Sang Ah tak dapat menyelesaikan kalimatnya. Ia merasakan sakit dibagian ulu hatinya.

Dengan sigap Sehun langsung menggendong Sang Ah dan membawanya masuk kembali keruangannya.

“DOKTEER! SUSTER!! TOLONG!! KUMOHON SIAPAPUN TOLONG!!” Teriak Sehun mencari bantuan setelah berlahi hingga kamar rawat Sang Ah. Ia langsung membaringkan Sang Ah di tempat tidur. Yeoja itu masih saja terbatuk sambil memegang bagian atas perutnya.

“Sang Ah-ya, bersabarlah.. sebentar lagi dokter akan datang..” Ucap Sehun panik sambil mengusap kepala Sang Ah penuh sayang. Sehun sudah merasakan tubuhnya bergetar karena takut. Takut terjadi apa-apa pada yeoja satu ini. Sehun belum tahu apa yang diderita Sang Ah.

Tak lama Jongin beserta beberapa perawat masuk ke kamar rawat itu dan dengan sigap memeriksa keadaan Sang Ah. Terlihat Thiya menyeka darah yang keluar dari mulut Sang Ah. Sehun melihatnya dari jauh agar tidak mengganggu kinerja Jongin. Ia menggumamkan Do’a agar Sang Ah baik-baik saja.

Sang Ah mulai tenang setelah diberikan obat penahan rasa sakit. Jongin terlihat menghela nafas lega. Ia melepaskan segala alat pemeriksaan dari tubuh Sang Ah.

“Dokter Jongin, sebenarnya apa penyakit yang diderita Sang Ah?” tanya Sehun ketika Jongin keluar dari kamar rawat itu. Seperti kemarin Jongin hanya menghela nafasnya sebagai jawaban.

“Dokter Jongin Jebal.. beritahu aku...” Rajuk Sehun. Sekali lagi Jongin menghela nafasnya.

“Ikutlah keruangan ku sekarang, Sehun.” Ujar Jongin.

“Tapi, Sang ah...”

“Tenang saja, Ada beberapa perawat disana yang menemaninya. Ikutlah keruanganku sebentar.”

Akhirnya mau tak mau Sehun mengikuti Langkah Jongin menuju ruangan namja itu.
.
.
.
.
.
Hari mulai etang dan Sehun masih betah duduk di kursi disamping tempat tidur Sang Ah. Ditatapnya wajah tenang yeoja yang tengah tertidur itu. Ia masih mengingat obrolannya dengan dokter Jongin siang tadi.

‘Song Sang Ah mengidap kerusakan fungsi hati. Dan itu sudah menginjak tahap berbahaya. Hatinya sudah benar-benar tidak berfungsi dengan baik.’

Sehun menghela nafas berat mengingat kata-kata dokter Jongin tadi.

‘Separah itukah?’

‘Sekarang sudah menginjak fase berbahaya. Kondisi Sang Ah saat ini naik turun.  Jika dia tidak bisa bertahan maka.. ya... aku kira kau tahu, Sehun-ah’

‘Tapi aku yakin Sang Ah orang yang kuat. Maka dari itu teruslah menemaninya dan memberinya semangat, Sehun-ah’

Tangan Sehun bergerak menggenggam tangan Sang Ah yang terkulai lemas di tepi tempat tidur tinggi itu.

“Aku akan menjagamu, sayang..” Gumam Sehun lalu mengangkat tangan itu dan mengecupnya lembut.

“Saranghae”
.
.
.
.
.
Sudah beberapa hari berlalu dan kondisi Sang Ah mulai membaik kembali. Sudah beberapa hari itu pula Sehun menemani Sang Ah membuat yeoja itu terlihat semakin gembira dari hari ke hari. Cinta datang karena terbiasa. Sepertinya peribahasa itu yang pas untuk menggambarkan hubungan mereka.

“Sang Ah-ya.. kenapa makananmu belum kau makan juga hm?” Tanya Suster Thiya yang saat itu sedang membujuk Sang Ah untuk makan.

“Aku tidak lapar, suster Thiyaaa” Ucap Sang Ah sedikit merajuk. Ia merasa bosan juga dipaksa seperti ini.

“Tapi kau harus makan Sang Ah.. kau belum makan apapun sejak tadi pagi..” Thiya masih mencoba membujuk.

“Aku tidak mau..” Sang Ah malah memalingkan wajahnya ke jendela dan menatap keluar.

Thiya menghela nafas. Susah juga jika Sang Ah sudah seperti ini.

CKLEK

“Anneyong...” Sapa seorang namja yang baru saja masuk keruangan itu.

“Sehunnie..!!!” Pekik Sang Ah merasa senang namja itu datang.

“Wae? Wae?” Tanya Sehun heran ketika mendapati Suster Thiya yang sedikit murung menghadapi Sang Ah.

“Sang Ah tidak mau makan. Dan aku bingung bagaimana lagi cara membujuknya.” Ujar Thiya.

Sehun hanya terkekeh. Ia mengambil nampan berisi makanan dari tangan Thiya.

“Serahkan saja padaku, Suster Thiya.. Sekarang sebaiknya suster temui dokter Jongin. Dia sepertinya sudah menunggu suster di kantin rumah sakit” ucap Sehun.

“Ap..apa? Apa maksudmu Oh Sehun!” gertak Thiya

“Ini sudah jam makan siang kan? Dan Aku tahu dokter Jongin pasti sudah menunggumu untuk makan.. Kajja... temui dia. Soal ini serahkan saja padaku...” Ucap sehun seraya meletakkan nampan itu di meja nakas dan mendorong pelan punggung Thiya.

“Ya! Kau mengusirku Oh Sehun?!”

“Aishh... Suster Thiya biarkan aku yang mengurus yeojaku ini... sekarang waktunya kau mengurus namjamu ituuuu...” Ujar Sehun masih terus mendorong Thiya keluar.

“Arraseo.. arraseo.. tak perlu mendorongku seperti ini.”

Sehun menghentikan acara mari-dorong-suster-thiya-keluar nya itu dan tersenyum polos.

“Aku akan mengecek kesini lagidan makanan itu harus sudah habis.” Ucap Thiya final sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu.

Sehun kembali menutup pintu itu dan mendekati Sang Ah. Sehun kaget ketika mendapati wajah Sang Ah yang terlihat memerah.

“Omo! Sang Ah gwaenchana? Kenapa wajahmu memerah seperti ini?!” Tanya Sehun sambil mengangkat wajah Sang Ah san menyentuh kening yeoja itu dengan punggung tangannya.

“Tidak demam... Sang Ah waeyo?!” tanya Sehun.

“Ani.. gwaenchana Sehunnie..” Jawab Sang Ah.

“Kau berbohong.” Sergah Sehun. “katakan padaku dengan jujur, ada apa?” tanya Sehun.

“Emh.. itu.. tadi.. Aish...”

“Apa?”

“Tadi.. kau menyebutku ‘yeojaku’ maksudnya apa?” Tanya Sang Ah sambil menunduk. Wajahnya makin memerah seperti kepiting rebus sekarang.

Sehun tersenyum melihat ekspresi Sang Ah saat ini. Ia lalu makin medekati Sang Ah dan dengan lembut ia menarik dagu yeoja itu membuat tatapan mereka bertemu.

“Tentu saja, karena kau milikku. Saranghae Song Sang Ah.” Ucap Sehun lembut tapi tegas membuat Sang Ah membulatkan matanya. Sehun sungguh tegas dan berani.

“Bagaimana menurutmu?” Tanya Sehun.

Sang Ah yang hendak mengatakan sesuatu mengatupkan kembali bibirnya. Matanya terikat pada tatapan tajam Sehun yang terasa mengintimidasi. Bahkan ia hanya bisa diam dan tidak memberontak ketika Sehun masih dengan lembut kembali menarik dagunya dan membawa bibirnya kedalam sebuah kecupan manis yang menyalurkan perasaan mereka.

Sang Ah memejamkan matanya menikmati sentuhan manis ini. Ia menyadari dirinya ternyata mencintai namja ini. Perlahan tangannya mengalung di leher jenjang Sehun dan memeluknya erat. Begitupun Sehun yang melingkarkan tangannya di punggung Sang Ah dan membawa yeoja itu kepelukannya. Sangat erat seakan-akan Sang Ah akan menghilang jika ia melepaskan pelukannya sedikit saja.
.
.
.
.
.
.
“Chagiyaa ayolah makan makananmu.. ini sudah hampir dingin..” Sehun sedang berusaha membujuk Sang Ah yang masih bersikukuh tidak mau makan.

“Aniyo, aku tidak lapar, Sehunnie..” Sergah Sang Ah.

“Kau harus makan, Chagiya..”

“Aniyo...”

“Ayolah Chagiya.. makanlah.. sedikit saja tak apa-apa...” ucap Sehun pantang menyerah sambil menyendokkan makanan dan menyodorkannya didepan mulut Sang Ah.

“Aniyo-Aniyo-Aniyooooo” Ujar Sang Ah sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Sehun menghela nafasnya. Susah sekali membujuk yeoja ini untuk makan.

‘sepertinya hanya ada satu cara itu...’

Sehun menyendokkan sup kedalam mulutnya tiba-tiba membuat Sang Ah melihatnya dengan heran. Sebelum yeoja itu bertanya-tanya dengan cepat Sehun menangkup kedua pipi Sang Ah dan menariknya. Lalu menempelkan bibirnya pada bibir Sang Ah dan memasukkan sup yang ada dimulutnya secara paksa ke mulut Sang Ah. Membuat yeoja itu membulatkan matanya kanget.

“Segeralah makan atau aku akan ‘menyuapimu’ seperti tadi.” Ucap Sehun.

“Otteo?” tanya Sehun lagi karena tak juga mendapatkan jawaban dari Sang Ah.

“A... ba.. baiklah.. aku makan.. aku.. makan...” Ucap Sang Ah tergagap sambil menyambar mangkuk yang ada ditangan Sehun.

“Good girl.. sekarang habiskan makananmu, ne..” ucap Sehun sambil mengacak pelan rambut Sang Ah.

Sang Ah akhirnya memakan makanannya sambil menunduk menyembunyikan wajah blushingnya. Ia tak berani mendongak dan menatap Sehun. Seperti biasa sikap Sang Ah yang manis seperti itu membuat Sehun terkekeh.
.
.
.
.
.
Di sebuah sore menjelang malam itu Sehun sedang berada di kamar inap Sang Ah. Ia merawat Sang Ah dengan baik. Ia terlihat sedang mengupaskan buah apel dan memotongnya kecil-kecil lalu menyuapkannya pada sang yeojachingu yang kini terbaring lemah. Ya, keadaan Sang Ah tiba-tiba saja menurun membuat Sehun khawatir. Berkali-kali dokter Jongin bolak-balik keruangan itu untuk memeriksa keadaannya. Berkali-kali pula Suster Thiya mengecek keadaan Sang Ah yang kian menurun.

“Aku kenyang, Sehunnie..” Ucap Sang Ah yang lebih mirip sebuah bisikan. Sehun mengangguk dan meletakkan buah apel itu. Ia lalu mencondongkan tubuhnya bertumpu pada tepi tempat tidur Sang Ah dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mengusap lembut sudut bibir Sang Ah yang terlihat sedikit belepotan. Lalu ia mengelus pipi Sang Ah yang terlihat makin pucat. Sehun tersenyum, mencoba memberikan kekuatan.

“Percayalah kau akan sembuh, Chagiya..” Gumam Sehun. Sang Ah tersenyum lemah. Sehun kemudian mengecup kening Sang Ah cukup lama. Sang Ah memejamkan matanya menikmati perlakuan namjachingunya. Tetapi ia merasakan sesuatu yang basah menyentuh kulit wajahnya. Sehun kemudian melepaskan ciuman keningnya dan menatap Sang Ah.

“Se.. sehunnie.. kenapa kau menangis...” Tanya Sang Ah. Tangannya bergerak perlahan menangkup pipi Sehun dan mengusap air mata namja itu.

“Ani... khh... ani.. gwaenchana...khh” Jawab Sehun sambil menahan isakkannya.

Melihat Sehun seperti itu Sang Ah tak kuasa menahan tangisnya.

“Uljima... Sehunnie...” ucap Sang Ah.

Sehun tidak dapat menahan isakkannya lagi. Dan isakkan itu akhirnya meluncur dari bibirnya.

Sang Ah lalu menarik tengkuk Sehun dan mencium namja itu. Mencoba menghentikan tangis sang namja. Sang Ah memejamkan matanya begitu pula dengan Sehun. Mereka mencoba menikmati kecupan lembut yang menggambarkan betapa besarnya perasaan cinta mereka. Sesekali terdengar isakkan entah milik siapa. Mereka hanya ingin saling memberikan kekuatan dan rasa cinta yang begitu besar lewat tautan kecil mereka.
.
.
.
.
.
TOK TOK TOK

Sebuah ketukan terdengar dari pintu bertuliskan ‘Dr. Wu’ itu. Sang pemilik ruangan segera keluar melihat siapa yang datang ke ruanganya jam segini saat ia baru saja akan pulang.

Ketika sang dokter membuka pintu ia langsung mendapati tubuh seorang namja yang terhuyung. Ia segera menangkap tubuh itu sebelum jatuh ke lantai.

“Ya Tuhan!!” sang dokter yang dipanggil dokter Wu itu langsung menangkap tubuh namja itu.

“Dokhh.. ter.. to..long... sak.. akh!sakk..kit sekali...” Ucap namja itu terpotong sambil mencengkeram kepalanya.

“Bertahanlah! Bertahanlah...!!” Pekik dokter Wu lalu segera membawa namja itu ke UGD dibantu beberapa dokter dan perawat lain.
.
.
.
.
.
Sudah seminggu berlalu sejak kejadian tangis itu. Kondisi Sang Ah dapat dikatakan membaik meski tidak signifikan. Ia masih berbaring di tempat tidurnya dan memandang keluar jendela. Sesekali ia merasakan sakit yang amat sangat di ulu hatinya. Setiap hari pula Dokter Jongin dan Suster Thiya setia menemaninya setiap waktu. Tapi, satu orang yang begitu dinantikan kehadirannya, selama seminggu ini tak pernah terlihat batang hidungnya. Kemana Oh Sehun?

Setelah kejadian tangis itu Sehun tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Ia seperti ditelan bumi. Sang Ah berkali-kali bertanya dimana Sehun, namun jawaban yang ia dapatkan hanya gelengan. Kemana Oh Sehun?

Sang Ah memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Bekas air mata yang sudah mengering dipipinya kini kembali basah dengan air mata baru.

“Sehunnie... kau dimana? Kenapa tak pernah datang lagi.. aku merindukanmu, Sehunnie..” Gumam Sang Ah disertai dengan isakkan dibelakangnya. Berkali-kali ia menatap pintu berharap yang membuka pintu itu adalah Sehun. Berkali-kali pula ia meminta Suster Thiya untuk mengantarnya ke taman belakang rumah sakit berharap ia akan bertemu Sehun. Dan selalu berakhir dengan Sang Ah yang tertidur sambil memeluk jaket milik Sehun yang selalu ia pakai.
.
.
.
.
.
Seorang namja terlihat duduk disebuah tempat tidur berkaki tinggi diruangan serba putih. Didepannya seorang dokter duduk menghadapnya.

“Kau yakin keadaanmu membaik?” tanya sang dokter.

“Tentu, dokter Wu. Aku sudah sangat membaik..” Jawab namja itu mantap.

“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?” Tanya sang dokter lagi.

“Aku ingin menemuinya.. Aku sangat merindukannya.” Jawab namja itu.

Dokter Wu mengangguk dan menepuk pundak namja itu.

“Aku yakin kau orang kuat dan kau dapat menguatkannya.” Ujar sang dokter. Sang namja mengangguk yakin dan keluar dari ruangan itu setelah sedikit merapikan penampilannya.

Dengan langkah yang sedikit terseok sambil memegang kepalanya. Terlihat dokter Wu mengikutinya dari belakang. Namja itu berjalan menyusuri koridor panjang yang hampir semuanya berwarna putih itu.

Ia berjalan dengan semangat meskipun terlihat lemah. Ia merasa tak sabar untuk bertemu orang yang sangat ia cintai.

Sebentar lagi ia sampai ke ruangan yang ia tuju. Tapi sebelum sampai ia di pintu ruangan itu, terlihat seorang perawat keluar dari ruangan itu dengan wajah panik.

“DOKTER!! DOKTER!! KONDISI SANG AH KEMBALI MENURUN!!” pekik sang perawat memanggil dokter. Namja itu yang mendengarnya langsung berlari masuk keruangan itu dan mendekati seorang yeoja yang terbaring lemah.

“Se... sehun?!” pekik suster Thiya yang ketika itu berada di samping tempat tidur Sang Ah.

Namja yang ternyata Sehun itu langsung mendekati Sang Ah dan menggenggam tangannya serta mengelus lembut kepala yeoja itu.

“Chagiya...”

“Se..se.. hun..ah... hiks.. sehun.. aah” ucap Sang Ah tergagap karena menahan sakit di ulu hatinya.

Langsung saja Sehun membawa yeoja itu kedalam pelukannya. Sang Ah lekas memeluk erat Sehun. Tak ingin kehilangan namja itu lagi. Isakan pilu terdengar di ruangan itu. Dokter Jongin dan dokter Wu yang baru saja tiba disana terdiam menyaksikan momen itu.

“Hiks.. sehunnie.. bogo..shipeo...” Ucap Sang Ah pelan.

“Nado, chagiya.. mianhae... “ Sang Ah lalu mengeratkan pelukannya.

“Kau harus bertahan, Chagiya... everything is gonna be allright.. trust me baby...” Bisik Sehun sambil mengusap lembut pipi Sang Ah.

“Kau akan sembuh dan hidup sehat, sayang... kau akan sembuh, percayalah..” Lalu Sehun mengecup kening Sang Ah.

“I’m promise.. i’ll always beside you, baby.. Saranghae... I Love you..” Lalu sehun mengecup bibir Sang Ah dengan lembut.

Suster Thiya dan beberapa perawat yang menyaksikan itu tak kuasa menahan air mata mereka. Dokter Jongin dan Dokter Wu terlihat sudah pasrah. Tinggal menunggu waktu...

“Dokter Jongin, Dokter Wu.. aku membutuhkan bantuan kalian......” Ujar Sehun membuyarkan lamunan kedua dokter itu.
.
.
.
.
.
.
Seorang yeoja terlihat duduk disebuah kursi roda. Ditemani seorang suster dan dua orang dokter dibelakangnya. Ditangannya terlihat sebuah kertas berwarna putih berisikan sebuah tulisan tangan rapi yang membuka semua rahasia selama ini.

Dear my Love Song Sang Ah

Bagaimana kabarmu sekarang? Kau baik-baik saja bukan? Aku sudah bilang kalau kau akan sembuh dan hidup sehat. Dan aku bahagia mengetahui itu.
Chagiya, kau pernah bertanya padaku ketika kita duduk di taman belakang rumah sakit waktu itu, ‘darimana kau datang’ dan ‘sedang apa kau disini’ kau masih ingat?
Aku sedang memeriksakan keadaanku. Dan ketika itu aku merasa terpuruk mengetahui hasil periksaku. Tapi perasaan terpuruk itu hilang ketika aku bertemu seorang yeoja yang tersenyum senang di taman belakang. Saat itu aku merasa aku harus kuat karena ada seseorang yang harus aku kuatkan. Dan mulai hari itu aku terus menemuimu.
Aku merasa keadaanku membaik setelah melihat senyummu. Kau yang selalu tersenyum padaku. Kau yang selalu bersemangat untuk bertahan hidup ditengah penyakit yang menggerogotimu. Tapi diluar semua itu, aku sadar bahwa hidupku tak akan lama lagi, Chagiya. Kanker otak ini semakin menggerogoti tubuhku.
Maafkan aku yang sempat meninggalkanmu disaat kau kritis. Saat itu keadaanku sama sepertimu. Aku tak sanggup merasakan sakit ini lagi. Dan ketika aku merasakan keadaanku membaik, aku mendapatimu semakin menderita, mianhae chagiya.. Jeongmal Mianhae..
Aku sadar hidupku takkan lama lagi.. Maka dari itu aku melakukan ini, untukmu, untukku, untuk kita berdua, Chagiya.
Aku tidak ingin meninggalkan dunia ini dengan sia-sia, aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian.. maka dari itu...
Aku memberikan hati ku padamu, menggantikan organ hati mu, dan dengan hati ku yang ada padamu, kau akan hidup sehat selamanya Chagiya, tidak ada lagi penyakit yang mengganggumu, tidak ada lagi rasa sakit yang selalu kau rasakan di dadamu.
Tapi kau harus berjanji padaku, Chagiya, kau tak boleh bersedih, kau tak boleh menangis. Karena hati ku yang ada padamu akan terasa sakit jika kau menangis.
Kau mau berjanji, kan? ^^
Dan dengan hati ku yang ada padamu, aku akan selalu menemanimu, meskipun ragaku tak dapat menjagamu lagi, tapi diriku tetap hidup dihatimu, menemanimu, melindungimu.
Sekali lagi kau mau berjanji, kan?
My Heart Is Yours, Baby. And I always yours until forever.
Saranghae Song Sang Ah... Jaga hati ku untuk hatimu, jaga hatiku untuk diriku yag ada dihatimu^^
I LOVE YOU


Oh Sehun

Setetes air mata tak bisa ditahan Sang Ah. Mati-matian ia menahan isakan agar tak keluar dari bibirnya. Suster Thiya yang sedari tadi berdiri dibelakangnya menepuk bahunya dan memeluknya. Sang Ah balas memeluk Thiya dan terisak disana.

Sang Ah mengeratkan jaket milik sehun yang selalu ia pakai. Aroma feromon Sehun masih melekat di jaket itu. Membuat Sang Ah merasa dipeluk Sehun.

Dengan bantuan Dokter Jongin dan Dokter Wu, Sang Ah berdiri dari kursi rodanya, lalu ia berjongkok didepan sebuah nisan dan mengecup nisan itu lembut.

‘Gomawo Sehunnie.. jeongmal gomawo.. aku berjanji akan menjaga sesuatu yang kau tinggalkan disini. Aku akan menjaganya seumur hidupku. Aku berjanji tidak akan menangis Sehunnie. Nado saranghae Oh Sehun, nado saranghae’
.
.
.
.
.
.
.
END





Yeah, My heart is yours 

Secara harfiah..

Oke ini ff pertama yang berhasil bikin saya nangis waktu ngetik ff ini.
Apalagi playlist lagi puterin lagunya BoA – Disturbance
Padahal saya yang ngarang kenapa saya kebawa suasanya ikutan ceurik halaah
Oke deh daripada lama-lama disangka cengeng.. hehe
Mending tunggu RCL readers yaahh

Gomawo udah baca :D







Komentar

  1. eon, nyesek bca'y :'( da2 aq iktan skit, huhuhu aq jg nangis, :'( apalagi wqtu playlist lgu memories aq gk kuat eon tapi, GAMSA HAMNIDA ne, udh jadiin aq cast,
    Muach, muach, muach, *kecup sayang dri SONG SANG AH . . . :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wow wo woooooww aku diciuuuummm!!!
      haha cheonma saeng :D
      gomawo udah bacaaa dan setiaaaaa jadi pembaca hoho
      :D
      gomawooo

      Hapus
  2. huahahahahahha *aku gatau kenapa aku ketawa* #gilak

    BalasHapus
    Balasan
    1. aq jg ketawa wqtu namjaku bilang suster thiya tante tante sumpah aq ngakak lucu beuuuud wkwkwkwk *blush # kabur pke angin sehun

      Hapus
  3. Tentu saja karna kau milikku . . Saranghae . .
    Huaaahahaha :8 aq melayang . , . So sweet . . . Pengen . . .

    Sang ah

    BalasHapus
  4. Hua~~ sumveh pas bagian akhir nangis 😭 alurny seru thor ^^ daebbak pokokny ^^ 👍

    BalasHapus
  5. FF yang bagus nun
    Sukses membuat namja ini meneteskan airmata
    Daebak Noona����

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer