My Heart Is Yours
Title
: My Heart Is Yours
Author
: Nenden Nurpuji Hasanah (@Nenden_Hasanah)
Main
Cast : Oh Sehun EXO-K, Song Sang Ah (OC)
Other
Cast: Kim Jongin EXO-K, Thiya Kim (OC), Kris EXO-M as Dr. Wu
Genre
: RA-HA-SI-A nyehehe *ketawa nista*
Rate
: T (PG-16)
Length
: Oneshoot, longshoot
Disclaimer
: The casts belongs to God and their parents, the story is mine, terinspirasi dari berbagai ff dan komik yang
saya baca :D
Cuap-cuap
Author:
Nenden
Is Baaackk!!! Yeah.
Sekarang
kembali dengan ff baruu dengan cast adek kecil yang umurnya beda 12 hari sama saya
#plakk ngga penting ya? Yaudah lupain aja kalimat terakhir.. XD
Oh
iya, saya saranin beberapa lagu buat backsound ya biar rada nge feel laahh
EXO
– Baby don’t Cry
BoA
- Disturbance
Fly
To The Sky – Missing You
Super
Junior – In My Dream, The One I Love, Memories
SNSD
– Lost In Love, Promise
Bigbang
– Haru Haru
Yap..
itu beberapa lagu yang menurut saya mendukung lah buat nambah suasana hehe.
Terserah readers mau pilih salah satu atau masukin semua ke playlist hohoho
Sip
deh langsung baca aja yaaaa
Warning!!
Sorry for typos! Bahasa ngga baku, alur acak-acakan atau cerita pasaran... keep
learning :D
Happy
Reading :D
TIK
TIK TIK
Seorang
yeoja seang memandang langit dari balik jendela kamarnya. Langit hari ini
begitu suram, seakan mentari enggan menampakkan dirinya. Hujan deras sedari
tadi belum juga berhenti, menambah dingin suasana siang itu. Yeoja itu
mengeratkan selimutnya. Menggulung dirinya dibalik selimut tebal itu. Sudah
lama ia tinggal di ruangan serba putih itu. Sudah lama pula kegiatannya hanya
duduk diatas tempat tidur sambil memandang keluar jendela.
CKLEK
“Waktunya
makan, Sang Ah-ya...” seorang yeoja berpakaian putih dengan rambut yang di
gelung rapih masuk ke kamar itu membawa nampan berisi makanan.
Yeoja
bernama Sang Ah itu menengok kearah pintu, ia menyaksikan yeoja itu mendekat
padanya.
“Aku
belum lapar, suster Thiya.” Jawab Sang Ah setengah berbisik.
“Tidak
harus menunggu lapar, Sang Ah, kau harus mengisi perutmu. Nah, makanlah..”
jawab yeoja itu yang ternyata seorang suster sambil tersenyum dan duduk di
kursi samping tempat tidur Sang Ah. Yeoja itu meletakan nampan di meja lipat
didepan Sang Ah.
“Makanlah..”
ucap yeoja itu sekali lagi. Sang Ah akhirnya mengangguk dan langsung menyuapkan
makanan itu kemulutnya.
“Bagaimana
keadaanmu hari ini” Tanya suster Thiya lembut.
“Tidak
ada yang berubah, suster. Sama seperti kemarin. Aku hanya ingin segera pulang.
Atau.. apa aku takkan pernah pulang?” jawab sekaligus tanya Sang Ah.
Thiya
bangkit dari tempat duduknya dan merengkuh Sang Ah lembut. Ia mengusap punggung
yeoja itu mencoba memberikan kekuatan.
Song
Sang Ah, yeoja berusia 18 tahun yang harus menghabiskan waktunya di rumah
sakit. Bukan tanpa alasan tentunya. Seminggu lebih ia tinggal di ruangan berbau
obat ini. Ia sangat dekat dengan Thiya, seorang perawat yang selalu datang
keruangannya.
“Kau
punya majalah baru suster Thiya?” tanya Sang Ah ketika Thiya membereskan
peralatan makan yang dipakainya tadi.
“Tentu,
sebentar, aku akan menyimpan ini dulu lalu aku akan kembali membawakan
majalahnya.” Sang Ah mengangguk dan tersenyum. Thiya berlalu dari kamarnya
membawa alat makan kotor.
Seperti
inilah keseharian Sang Ah, membaca majalah atau apapun yang diberikan Thiya,
dia tidak bisa pergi kemanapun. Membosankan.
.
.
.
.
.
Matahari
mulai berani menampakkan dirinya sore itu, hujan sudah benar-benar reda.
Terlihat tanaman-tanaman terlihat segar terkena air hujan.
Seorang
namja terlihat sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Pandangannya
tertuju pada seorang yeoja yang sedang mebaca buku di bangku taman belakang
rumah sakit. Seketika ia berhenti, ia menyaksikan yeoja itu sedang bersama
seorang perawat disana. Ia bisa melihat senyum yeoja itu walaupun wajahnya kini
terlihat pucat. Namja itu memandangnya tak berkedip, seperti tak ada objek lain
yang bisa menarik pehatiannya selain yeoja itu.
“Hei,
apa yang kau lakukan disini, Oh Sehun?!” namja itu menoleh kesampingnya dan
mendapati seorang namja dengan jas putih panjang tengah menepuk bahunya.
“Ah
Dokter Jongin, ani.. aku hanya sedang melihat-lihat.” Jawab Sehun-namja itu-
lalu kembali memandang kearah dimana yeoja itu berada.
Namja
disebelah Sehun yang ternyata seorang dokter itu melihat ke arah pandang Sehun.
Penasaran dengan apa yang dilihat Sehun.
PLETAK
“Ya!
Dokter Jongin kenapa kau menjitakku!!” protes Sehun yang tiba-tiba saja
mendapatkan jitakan dari Jongin.
“Kau
jangan memandang suster Thiya seperti itu! Dia kekasihku! Enak saja kau
melihatnya seperti itu!” Jongin menggerutu. Ia tadi mengikuti arah pandang Sehun
dan mendapati suster Thiya disana.
“Aish!
Dokter ini seenaknya saja! Aku tidak melihat perawat itu! Aish!!” ujar sehun
sambil mengusap kepalanya.
“kalau
bukan lantas kau melihat siapa huh?” tanya Jongin.
“Lihat!
Aku melihat yeoja yang disebelahnya itu!” Sehun mengaku. Jongin sedikit
mendekati Sehun melihat arah pandang Sehun lagi. Ternyata benar Thiya sedang
bersama seorang yeoja disana.
“Oh..
aa..hahaha kukira kau melihat Thiya-ku.. ha...ha” ujar Jongin tertawa garing.
“Huh,
dokter macam apa kau ini.. Lagi pula mana mungkin aku memandang tante-tante
seperti itu!”
“Ya!
Apa kau bilang! Kau mau kujitak lagi?” Sehun menahan tangan Jongin yang hendak
kembali menjitak kepalanya.
“Hehe..
aku bercanda Dokter Jongin.. hehe” ujar Sehun dengan senyum lima jarinya.
Jongin
berdecak pelas sambil merapikan letak jas nya. Terjadi hening beberapa saat
ketika Sehun kembali memandang kearah yeoja yang tadi menarik perhatiannya.
Kini ia melihat yeoja itu sedang tertawa lepas. Mungkin menemukan sesuatu yang
lucu pada buku yang dia baca. Tanpa sadar Sehun ikut tersenyum melihatnya.
Jongin yang melihatnya kembali mengikuti arah pandang Sehun.
“Namanya
Song Sang Ah, dia pasien disini. Sudah lebih dari seminggu ia dirawat disini.”
Gumam Jongin. Sehun mengalihkan perhatiannya dan menatap Jongin.
“Kenapa
kau tahu tentangnya?” tanya Sehun.
“Tentu
saja karena aku dokter yang menanganinnya.” Jawab Jongin. Sehun terdiam
mendengar jawaban sang dokter. Dia tahu Jongin adalah dokter spesialis jantung,
hati dan paru-paru. Jika yeoja itu ditangani oleh Jongin berarti yeoja itu
mengidap penyakit organ-organ dalam tubuh itu.
“Dia..
sakit apa?” Tanya Sehun setengah bergumam.
Tak
ada jawaban dari Jongin. Yang terdengar hanya helaan nafas berat. Sehun tahu
Jongin tak mungkin membeberkannya. Itu menyangkut privasi pasien tentu saja.
Sehun menatap Jongin yang pandangannya masih tertuju pada kedua yeoja yang
sekarang terlihat sedang mengobrol itu. Sehun bisa melihat mata Jongin
menerawang jauh.
Jongin
menghela nafas sekali lagi sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada Sehun.
“Kurasa
kau akan tahu nanti.” Kata Jongin sambil tersenyum.
“Kurasa
aku permisi dulu, aku masih ada pasien yang harus ku kontrol..” ucap Jongin
lalu pamit meninggalkan Sehun. Sehun menatap nanar punggung itu hingga
menghilang ketika namja itu berbelok. Sehun kembali mengalihkan pandangannya ke
taman belakang. Yeoja itu masih terlihat tertawa membuat Sehun kembali
tersenyum.
“Song
Sang Ah? Ya... Song Sang Ah......” Gumam Sehun disertai helaan nafas panjang.
.
.
.
.
.
Hari
ini sangat cerah, tidak seperti kemarin yang hujan. Hari ini segar sekali,
angin berhembus terasa menyegarkan. Sang Ah terlihat duduk di bangku taman
belakang rumah sakit pagi ini. Setelah selesai sarapan dan chek up ia merengek
pada Thiya agar diizinkan pergi ke taman belakang.
“Tidak
apa jika kau kutinggal sendiri disini?
Aku harus pergi sebentar..” ujar Thiya.
“Ah,
tentu saja, suster Thiya..”
“Jika
ada apapun kau bisa panggil aku ..”
“Ne,
arraseo..” Dengan itu Thiya kembali ke rumah sakit meninggalkan Sang Ah di
taman belakang.
Sang
Ah membaca novel pemberian Thiya sambil sesekali mengeratkan sweaternya. Hari
ini ia merasa sedikit membaik. Sepertinya taman belakang ini akan menjadi
tempat favoritnya.
Yeoja
itu sedikit kaget ketika mendapati tubuhnya terasa lebih hangat. Ia sadar ada
seseorang yang memakaikan jaket padanya.
“Suster
Thiya, sudah kubilang aku baik-baik sa-“ Ucapan Sang Ah terpotong ketika ia
mendongak yang ia dapati bukanlah sang perawatnya seperti biasa, melainkan
seorang namja bersurai coklat terang tengah memasangkan sebuah jaket padanya.
“Sweatermu
itu terlalu tipis. Setidaknya jaket ini bisa membantu menghangatkanmu. Hari ini
anginnya sedikit kencang dari biasanya.” Ujar namja itu lalu duduk disamping
Sang Ah. Sang Ah mengedipkan matanya berkali-kali melihat namja itu.
“Kenapa
kau menatapku seperti itu?” tanya namja itu.
“Siapa
kau?” tanya Sang Ah akhirnya.
“Namaku
Oh Sehun, salam kenal, Song Sang Ah” jawab namja itu.
“Darimana
kau tahu namaku?” Tanya Sang Ah heran.
“Entahlah.
Aku hanya menebaknya. Aku punya kemampuan cenayang, mungkin” jawab Sehun
sekenanya tanpa memandang Sang Ah dan hanya memandang lurus kedepan.
“Ish,
tidak masuk akal.” Gumam Sang Ah.
Sehun
hanya terkekeh. Sang Ah kembali membaca novelnya yang sempat terganggu tadi.
Sehun pun hanya diam sambil menyaksikan dedaunan yang berguguran dari pohon
maple yang rindang diatasnya.
“Kamshahamnida.”
Gumam Sang Ah.
“Ne?”
Sehun menatap Sang Ah. Ia sedikit tak memperhatikan ketika yeoja itu berbicara.
“Gomawo
untuk jaketnya.” Lanjut Sang Ah.
“Ne,
cheonma.” Jawab Sehun sambil tersenyum manis memunculkan semburat merah dipipi
Sang Ah.
Hening.
“Apa
yang kau lakukan disini?” Tanya Sang Ah kemudian tanpa mengalihkan pandangannya
dari novel yg ia baca.
“Bertemu
denganmu” Sang Ah menatap Sehun lekat. Ia menatapnya dalam meminta penjelasan
namja itu.
“Apa
maksudmu?”
“Yang
kulakukan disini adalah bertemu denganmu.” Ulang Sehun sambil menatap Sang Ah.
Sang Ah mengerjabkan matanya dan kembali memfokuskan pandangannya pada
novelnya. Sehun terkekeh pelan melihat reaksi yeoja itu.
“A..
apa-apaan itu...” gumam Sang Ah pelan tapi masih bisa didengar Sehun. Lagi-lagi
ia terkekeh.
“Masuklah
ke kamarmu. Terlalu lama berada diluar seperti ini tidak baik. Kau bisa
kedinginan.” Ucap Sehun sambil mengacak rambut pendek Sang Ah pelan.
Sehun
lalu beranjak darisana dan pergi meninggalkan Sang Ah yang masih mematung
karena sikap Sehun.
“A..ah!
Jaket..nya.....” Terlambat, Sehun sudah berjalan jauh. Sang Ah menatap jaket
hitam yang dipakainya itu dan mengeratkannya. Ia menghirup dalam aroma jaket
itu.
“Hangat..
Sehun-ah” gumamnya.
.
.
.
.
.
“Sang
Ah-ya! Aku mencarimu ke taman.. kenapa kau tak bilang kalau kau sudah kembali
kesini...” Ucap Thiya sesaat setelah ia memasuki kamar rawat Sang Ah.
“Hehe...
mianhae suster Thiya... aku lua memberitahukanmu..” kekeh Sang Ah.
“Syukurlah,
kukira kau kemana... soalnya angin hari ini cukup menusuk...” Ujar Thiya.
“Gwaenchana,
tadi ada namja yang memberikan jaket padaku...” Ujar Sang Ah riang.
“Mwo?
Nugu?” tanya Thiya seraya duduk di kursi sebelah Sang Ah.
“Hmm..
dia bilang namanya.. eemmh... namanya.. Se.. se.. ah siapa ya.. . Oh iya! Oh
Sehun namanya..!” Jawab Sang Ah.
Thiya
terkekeh melihat Sang Ah yang terlihat senang.
“Lalu...
sepertinya aku merasakan sesuatu yang akan tumbuh sebentar lagi...: Ujar Thiya.
“Mwo..?
Apa maksudmu...” tanya Sang Ah.
“Ah..
bukan apa- apa.. Aku mengecek keadaanmu dulu ya, sebentar lagi Dokter Jongin
datang memeriksa kondisimu..” Dengan cekatan Thiya mengecek keadaan Sang Ah
dengan menmeriksa teknan darah, suhu tubuh dan lain-lain.
CKLEK
Dua
yeoja itu segera menengok kearah pintu dan mendapati dokter Jongin disana.
“Bagaimana
keadaanmu?” Tanya Jongin. Lalu ia melirik kearah Thiya. Thiya menyerahkan
catatan pemeriksaanya pada Jongin.
“Demam?”
tanya Jongin begitu membaca catatan itu.
“Ne,
sedikit demam karena tadi berada diluar dan terkena angin cukup lama..” Jelas
Thiya. Jongin mengangguk mengerti.
“Baiklah,
aku akan memeriksamu dulu.” Dengan itu Jongin memeriksa Sang Ah. Jongin sedikit
bernafas lega karena keadaan pasiennya itu sedikit membaik. Ya, hanya sedikit.
“Sepertinya
hari ini kau sedang gembira?” tanya Jongin.
“A..ah...
aniyo.. biasa saja” Jawab Sang Ah.
“Ada
sesuatu yang membuatmu sumringah seperti ini?” tanya Jongin lagi.
“Ah..
tidak.. hanya, ah.. hanya sedikit.” Jawab Sang Ah. Jongin dan Thiya dapat
melihat semburat merah meskipun tak terlalu kentara di pipi pucat Sang Ah.
“Cha!
Baiklah, aku senang dengan perkembangannya. Semoga seterusnya seperti ini ya..”
Ujar Jongin sebelum meninggalkan ruangan itu. Jongin sempat menepuk pundak
Thiya sebelum pergi. Sang Ah yang melihatnya terkekeh pelan. Hampir semua
pasien dan karyawan rumah sakit tahu kalau Dokter Jongin adalah Kekasih Suster
Thiya hanya saja mereka berusaha keras menyembunyikan hubungan mereka.
“Apa
ini ada hubungannya dengan si Oh Sehun itu?” tanya Thiya sambil tersenyum
jahil.
“Ah..
aniyo.. aku hanya merasa punya teman baru..” jawab Sang Ah.
Thiya
tersenyum dan mengangguk. Ia merapikan tempat tidur Sang Ah dan membereskan
alat pemeriksaanya.
“Butuh
sesuatu yang lain? Selimut tambahan mungkin?” tanya Thiya.
Sang
Ah menggeleng.
“Jaket
ini sudah sangat hangat” Jawabnya.
“Arraseo...
aku akan mengatur penghangat ruangannya.” Ujar Thiya.
“Jaljayo,
Sang Ah..” ujar Thiya sebelum pergi dari kamar rawat itu.
“Jaljayo,
suster Thiya”
Sang
Ah menata posisinya senyaman mungkin. Ia mengenakan jaket milik Sehun itu dan
mengeratkan pelukannya. Aroma maskulin yang ada di jaket itu membuatnya nyaman
dan hangat. Sampai akhirnya ia terlelap kedalam mimpi yang menjemputnya.
.
.
.
.
.
Seorang
namja terlihat berbaring di temat tidurnya. Ia sedikit bergerak gelisah disana.
Berkali-kali ia menghela nafas berat.
“Apa
yang kulakukan ini benar?” tanyanya entah pada siapa.
“Kuharap
iya” gumamnya kemudian mencoba memejamkan matanya.
“Jaljayo,
Song Sang Ah”
.
.
.
.
.
Sang
Ah kini sedang duduk di taman belakang lagi dan membaca buku seperti kemarin.
Ia berharap bisa bertemu lagi dengan Sehun. Ia duduk sendiri sambil sesekali
mengalihkan perhatiannya menengok ke segala arah mencari Sehun.
Ia
mendesah kecewa ketika tak juga mendapati namja itu. Ia kembali fokus pada
bukunya.
“Syukurlah
kau memakai jaketku hari ini.” Ujar sebuah suara dibelakang Sang Ah. Sang Ah
menengok dan mendapati Sehun berdiri dibelakangnya tengah tersenyum. Sehun
kemudian berjalan kedepan dan duduk disebelah Sang Ah.
“Kau
datang?” tanya Sang Ah yang belum percaya kalau Sehun sudah ada disampingnya
sekarang.
“Ne,
tentu.” Jawab Sehun.
“Darimana
kau datang?” Tanya Sang Ah.
“Tidak
penting darimana aku datang Sang Ah”
“Tapi
aku tidak melihat kapan kau datang.”
“Kau
menungguku?” Pertanyaan Sehun yang satu ini membuat Sang Ah bungkam. Sehun
menatapnya dalah sehingga segala perkataan Sang Ah tersangkut di
tenggorokannya.
“hmm?”
desak Sehun.
“A..ni..
aku tidak menunggumu.” Jawab Sang Ah lalu menunduk.
Sehun
terkekeh melihat reaksi yeoja didepannya ini yang menurutnya manis.
“Kenapa
kau selalu berada disini?” tanya Sehun. Ia kembali menyandarkan punggungnya ke
sandaran kursi.
“Tempat
ini menyenangkan. Aku merasa tenang disini. Daripada berada di kamar.” Jawab
Sang Ah.
Mereka
berdua terlihat obrolan yang akrab membuat mereka semakin mengenal satu sama
lain. Sang Ah terlihat tertawa lepas dihadapan Sehun. Ia merasa nyaman berada
disisinya.
Tak
jauh dari tempat mereka, dua orang berjas putih panjang tengah memperhatikan
mereka. Mereka tersenyum melihat dua orang yang terlihat akrab itu.
“Syukurlah,
sepertinya kedatangan Sehun membuatnya semakin membaik.” Ujar namja bersurai
pirang bertubuh tinggi.
“Ne,
sepertinya begitu. Dokter Wu.” Ujar namja disebelahnya. Ia terlihat menghela
nafas lega.
“Oh
Sehun, sepertinya dia terapi yang baik untuk Sang Ah.” Lanjutnya.
“Tapi,
sebaiknya kita tetap berhati-hati, dokter Jongin.”
“Arraseo.
Yah, sebaikya kita biarkan mereka seperti itu.”
Namja
yang dipanggil dokter Wu itu mengangguk dan tersenyum. Ia berpamitan pada
dokter Jongin dan meninggalkannya yang masih memandang dua orang ditaman itu.
“Semoga
seterusnya akan seperti ini.” Gumamnya.
.
.
.
.
.
Sehun
dan Sang Ah masih asik dengan dunia mereka. Sesekali Sehun membuat lelucon yang
berhasil membuat Sang Ah tertawa. Begitupun sebaliknya. Cepat sekali mereka
menjadi akrab dan merasa nyaman satu sama lain.
“Uhuk!
Uhuk!” Tiba-tiba saja Sang Ah terbatuk membuat Sehun panik.
“Gwaenchana?”
Tanya Sehun. Sang Ah masih saja terbatuk, ia tak dapat menjawab pertanyaan
Sehun.
Sehun
menyadari sebuah cairan kental berwarna merah mengalir keluar dari mulut Sang
Ah. Sehun membulatkan matanya dan langsung memegang bahu Sang Ah.
“Sang
Ah-ya gwaenchana?” Tanya Sehun khawatir.
“S..seh..
Uhuk! sehun..aah.. Uhuk!” Sang Ah tak dapat menyelesaikan kalimatnya. Ia
merasakan sakit dibagian ulu hatinya.
Dengan
sigap Sehun langsung menggendong Sang Ah dan membawanya masuk kembali
keruangannya.
“DOKTEER!
SUSTER!! TOLONG!! KUMOHON SIAPAPUN TOLONG!!” Teriak Sehun mencari bantuan
setelah berlahi hingga kamar rawat Sang Ah. Ia langsung membaringkan Sang Ah di
tempat tidur. Yeoja itu masih saja terbatuk sambil memegang bagian atas
perutnya.
“Sang
Ah-ya, bersabarlah.. sebentar lagi dokter akan datang..” Ucap Sehun panik
sambil mengusap kepala Sang Ah penuh sayang. Sehun sudah merasakan tubuhnya
bergetar karena takut. Takut terjadi apa-apa pada yeoja satu ini. Sehun belum
tahu apa yang diderita Sang Ah.
Tak
lama Jongin beserta beberapa perawat masuk ke kamar rawat itu dan dengan sigap
memeriksa keadaan Sang Ah. Terlihat Thiya menyeka darah yang keluar dari mulut
Sang Ah. Sehun melihatnya dari jauh agar tidak mengganggu kinerja Jongin. Ia
menggumamkan Do’a agar Sang Ah baik-baik saja.
Sang
Ah mulai tenang setelah diberikan obat penahan rasa sakit. Jongin terlihat
menghela nafas lega. Ia melepaskan segala alat pemeriksaan dari tubuh Sang Ah.
“Dokter
Jongin, sebenarnya apa penyakit yang diderita Sang Ah?” tanya Sehun ketika
Jongin keluar dari kamar rawat itu. Seperti kemarin Jongin hanya menghela
nafasnya sebagai jawaban.
“Dokter
Jongin Jebal.. beritahu aku...” Rajuk Sehun. Sekali lagi Jongin menghela
nafasnya.
“Ikutlah
keruangan ku sekarang, Sehun.” Ujar Jongin.
“Tapi,
Sang ah...”
“Tenang
saja, Ada beberapa perawat disana yang menemaninya. Ikutlah keruanganku
sebentar.”
Akhirnya
mau tak mau Sehun mengikuti Langkah Jongin menuju ruangan namja itu.
.
.
.
.
.
Hari
mulai etang dan Sehun masih betah duduk di kursi disamping tempat tidur Sang
Ah. Ditatapnya wajah tenang yeoja yang tengah tertidur itu. Ia masih mengingat
obrolannya dengan dokter Jongin siang tadi.
‘Song Sang Ah mengidap kerusakan fungsi
hati. Dan itu sudah menginjak tahap berbahaya. Hatinya sudah benar-benar tidak
berfungsi dengan baik.’
Sehun
menghela nafas berat mengingat kata-kata dokter Jongin tadi.
‘Separah itukah?’
‘Sekarang sudah menginjak fase
berbahaya. Kondisi Sang Ah saat ini naik turun. Jika dia tidak bisa bertahan maka.. ya... aku
kira kau tahu, Sehun-ah’
‘Tapi aku yakin Sang Ah orang yang kuat.
Maka dari itu teruslah menemaninya dan memberinya semangat, Sehun-ah’
Tangan
Sehun bergerak menggenggam tangan Sang Ah yang terkulai lemas di tepi tempat
tidur tinggi itu.
“Aku
akan menjagamu, sayang..” Gumam Sehun lalu mengangkat tangan itu dan
mengecupnya lembut.
“Saranghae”
.
.
.
.
.
Sudah
beberapa hari berlalu dan kondisi Sang Ah mulai membaik kembali. Sudah beberapa
hari itu pula Sehun menemani Sang Ah membuat yeoja itu terlihat semakin gembira
dari hari ke hari. Cinta datang karena terbiasa. Sepertinya peribahasa itu yang
pas untuk menggambarkan hubungan mereka.
“Sang
Ah-ya.. kenapa makananmu belum kau makan juga hm?” Tanya Suster Thiya yang saat
itu sedang membujuk Sang Ah untuk makan.
“Aku
tidak lapar, suster Thiyaaa” Ucap Sang Ah sedikit merajuk. Ia merasa bosan juga
dipaksa seperti ini.
“Tapi
kau harus makan Sang Ah.. kau belum makan apapun sejak tadi pagi..” Thiya masih
mencoba membujuk.
“Aku
tidak mau..” Sang Ah malah memalingkan wajahnya ke jendela dan menatap keluar.
Thiya
menghela nafas. Susah juga jika Sang Ah sudah seperti ini.
CKLEK
“Anneyong...”
Sapa seorang namja yang baru saja masuk keruangan itu.
“Sehunnie..!!!”
Pekik Sang Ah merasa senang namja itu datang.
“Wae?
Wae?” Tanya Sehun heran ketika mendapati Suster Thiya yang sedikit murung
menghadapi Sang Ah.
“Sang
Ah tidak mau makan. Dan aku bingung bagaimana lagi cara membujuknya.” Ujar
Thiya.
Sehun
hanya terkekeh. Ia mengambil nampan berisi makanan dari tangan Thiya.
“Serahkan
saja padaku, Suster Thiya.. Sekarang sebaiknya suster temui dokter Jongin. Dia
sepertinya sudah menunggu suster di kantin rumah sakit” ucap Sehun.
“Ap..apa?
Apa maksudmu Oh Sehun!” gertak Thiya
“Ini
sudah jam makan siang kan? Dan Aku tahu dokter Jongin pasti sudah menunggumu
untuk makan.. Kajja... temui dia. Soal ini serahkan saja padaku...” Ucap sehun
seraya meletakkan nampan itu di meja nakas dan mendorong pelan punggung Thiya.
“Ya!
Kau mengusirku Oh Sehun?!”
“Aishh...
Suster Thiya biarkan aku yang mengurus yeojaku ini... sekarang waktunya kau
mengurus namjamu ituuuu...” Ujar Sehun masih terus mendorong Thiya keluar.
“Arraseo..
arraseo.. tak perlu mendorongku seperti ini.”
Sehun
menghentikan acara mari-dorong-suster-thiya-keluar nya itu dan tersenyum polos.
“Aku
akan mengecek kesini lagidan makanan itu harus sudah habis.” Ucap Thiya final
sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu.
Sehun
kembali menutup pintu itu dan mendekati Sang Ah. Sehun kaget ketika mendapati
wajah Sang Ah yang terlihat memerah.
“Omo!
Sang Ah gwaenchana? Kenapa wajahmu memerah seperti ini?!” Tanya Sehun sambil
mengangkat wajah Sang Ah san menyentuh kening yeoja itu dengan punggung
tangannya.
“Tidak
demam... Sang Ah waeyo?!” tanya Sehun.
“Ani..
gwaenchana Sehunnie..” Jawab Sang Ah.
“Kau
berbohong.” Sergah Sehun. “katakan padaku dengan jujur, ada apa?” tanya Sehun.
“Emh..
itu.. tadi.. Aish...”
“Apa?”
“Tadi..
kau menyebutku ‘yeojaku’ maksudnya apa?” Tanya Sang Ah sambil menunduk.
Wajahnya makin memerah seperti kepiting rebus sekarang.
Sehun
tersenyum melihat ekspresi Sang Ah saat ini. Ia lalu makin medekati Sang Ah dan
dengan lembut ia menarik dagu yeoja itu membuat tatapan mereka bertemu.
“Tentu
saja, karena kau milikku. Saranghae Song Sang Ah.” Ucap Sehun lembut tapi tegas
membuat Sang Ah membulatkan matanya. Sehun sungguh tegas dan berani.
“Bagaimana
menurutmu?” Tanya Sehun.
Sang
Ah yang hendak mengatakan sesuatu mengatupkan kembali bibirnya. Matanya terikat
pada tatapan tajam Sehun yang terasa mengintimidasi. Bahkan ia hanya bisa diam
dan tidak memberontak ketika Sehun masih dengan lembut kembali menarik dagunya
dan membawa bibirnya kedalam sebuah kecupan manis yang menyalurkan perasaan
mereka.
Sang
Ah memejamkan matanya menikmati sentuhan manis ini. Ia menyadari dirinya
ternyata mencintai namja ini. Perlahan tangannya mengalung di leher jenjang
Sehun dan memeluknya erat. Begitupun Sehun yang melingkarkan tangannya di
punggung Sang Ah dan membawa yeoja itu kepelukannya. Sangat erat seakan-akan
Sang Ah akan menghilang jika ia melepaskan pelukannya sedikit saja.
.
.
.
.
.
.
“Chagiyaa
ayolah makan makananmu.. ini sudah hampir dingin..” Sehun sedang berusaha
membujuk Sang Ah yang masih bersikukuh tidak mau makan.
“Aniyo,
aku tidak lapar, Sehunnie..” Sergah Sang Ah.
“Kau
harus makan, Chagiya..”
“Aniyo...”
“Ayolah
Chagiya.. makanlah.. sedikit saja tak apa-apa...” ucap Sehun pantang menyerah
sambil menyendokkan makanan dan menyodorkannya didepan mulut Sang Ah.
“Aniyo-Aniyo-Aniyooooo”
Ujar Sang Ah sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Sehun
menghela nafasnya. Susah sekali membujuk yeoja ini untuk makan.
‘sepertinya
hanya ada satu cara itu...’
Sehun
menyendokkan sup kedalam mulutnya tiba-tiba membuat Sang Ah melihatnya dengan
heran. Sebelum yeoja itu bertanya-tanya dengan cepat Sehun menangkup kedua pipi
Sang Ah dan menariknya. Lalu menempelkan bibirnya pada bibir Sang Ah dan
memasukkan sup yang ada dimulutnya secara paksa ke mulut Sang Ah. Membuat yeoja
itu membulatkan matanya kanget.
“Segeralah
makan atau aku akan ‘menyuapimu’ seperti tadi.” Ucap Sehun.
“Otteo?”
tanya Sehun lagi karena tak juga mendapatkan jawaban dari Sang Ah.
“A...
ba.. baiklah.. aku makan.. aku.. makan...” Ucap Sang Ah tergagap sambil
menyambar mangkuk yang ada ditangan Sehun.
“Good
girl.. sekarang habiskan makananmu, ne..” ucap Sehun sambil mengacak pelan
rambut Sang Ah.
Sang
Ah akhirnya memakan makanannya sambil menunduk menyembunyikan wajah
blushingnya. Ia tak berani mendongak dan menatap Sehun. Seperti biasa sikap
Sang Ah yang manis seperti itu membuat Sehun terkekeh.
.
.
.
.
.
Di
sebuah sore menjelang malam itu Sehun sedang berada di kamar inap Sang Ah. Ia
merawat Sang Ah dengan baik. Ia terlihat sedang mengupaskan buah apel dan
memotongnya kecil-kecil lalu menyuapkannya pada sang yeojachingu yang kini
terbaring lemah. Ya, keadaan Sang Ah tiba-tiba saja menurun membuat Sehun
khawatir. Berkali-kali dokter Jongin bolak-balik keruangan itu untuk memeriksa
keadaannya. Berkali-kali pula Suster Thiya mengecek keadaan Sang Ah yang kian
menurun.
“Aku
kenyang, Sehunnie..” Ucap Sang Ah yang lebih mirip sebuah bisikan. Sehun
mengangguk dan meletakkan buah apel itu. Ia lalu mencondongkan tubuhnya
bertumpu pada tepi tempat tidur Sang Ah dengan tangan kirinya sedangkan tangan
kanannya mengusap lembut sudut bibir Sang Ah yang terlihat sedikit belepotan.
Lalu ia mengelus pipi Sang Ah yang terlihat makin pucat. Sehun tersenyum,
mencoba memberikan kekuatan.
“Percayalah
kau akan sembuh, Chagiya..” Gumam Sehun. Sang Ah tersenyum lemah. Sehun
kemudian mengecup kening Sang Ah cukup lama. Sang Ah memejamkan matanya
menikmati perlakuan namjachingunya. Tetapi ia merasakan sesuatu yang basah
menyentuh kulit wajahnya. Sehun kemudian melepaskan ciuman keningnya dan
menatap Sang Ah.
“Se..
sehunnie.. kenapa kau menangis...” Tanya Sang Ah. Tangannya bergerak perlahan
menangkup pipi Sehun dan mengusap air mata namja itu.
“Ani...
khh... ani.. gwaenchana...khh” Jawab Sehun sambil menahan isakkannya.
Melihat
Sehun seperti itu Sang Ah tak kuasa menahan tangisnya.
“Uljima...
Sehunnie...” ucap Sang Ah.
Sehun
tidak dapat menahan isakkannya lagi. Dan isakkan itu akhirnya meluncur dari
bibirnya.
Sang
Ah lalu menarik tengkuk Sehun dan mencium namja itu. Mencoba menghentikan
tangis sang namja. Sang Ah memejamkan matanya begitu pula dengan Sehun. Mereka
mencoba menikmati kecupan lembut yang menggambarkan betapa besarnya perasaan
cinta mereka. Sesekali terdengar isakkan entah milik siapa. Mereka hanya ingin
saling memberikan kekuatan dan rasa cinta yang begitu besar lewat tautan kecil
mereka.
.
.
.
.
.
TOK
TOK TOK
Sebuah
ketukan terdengar dari pintu bertuliskan ‘Dr. Wu’ itu. Sang pemilik ruangan
segera keluar melihat siapa yang datang ke ruanganya jam segini saat ia baru
saja akan pulang.
Ketika
sang dokter membuka pintu ia langsung mendapati tubuh seorang namja yang
terhuyung. Ia segera menangkap tubuh itu sebelum jatuh ke lantai.
“Ya
Tuhan!!” sang dokter yang dipanggil dokter Wu itu langsung menangkap tubuh
namja itu.
“Dokhh..
ter.. to..long... sak.. akh!sakk..kit sekali...” Ucap namja itu terpotong
sambil mencengkeram kepalanya.
“Bertahanlah!
Bertahanlah...!!” Pekik dokter Wu lalu segera membawa namja itu ke UGD dibantu
beberapa dokter dan perawat lain.
.
.
.
.
.
Sudah
seminggu berlalu sejak kejadian tangis itu. Kondisi Sang Ah dapat dikatakan
membaik meski tidak signifikan. Ia masih berbaring di tempat tidurnya dan
memandang keluar jendela. Sesekali ia merasakan sakit yang amat sangat di ulu
hatinya. Setiap hari pula Dokter Jongin dan Suster Thiya setia menemaninya
setiap waktu. Tapi, satu orang yang begitu dinantikan kehadirannya, selama
seminggu ini tak pernah terlihat batang hidungnya. Kemana Oh Sehun?
Setelah
kejadian tangis itu Sehun tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Ia seperti
ditelan bumi. Sang Ah berkali-kali bertanya dimana Sehun, namun jawaban yang ia
dapatkan hanya gelengan. Kemana Oh Sehun?
Sang
Ah memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Bekas air mata yang sudah
mengering dipipinya kini kembali basah dengan air mata baru.
“Sehunnie...
kau dimana? Kenapa tak pernah datang lagi.. aku merindukanmu, Sehunnie..” Gumam
Sang Ah disertai dengan isakkan dibelakangnya. Berkali-kali ia menatap pintu
berharap yang membuka pintu itu adalah Sehun. Berkali-kali pula ia meminta
Suster Thiya untuk mengantarnya ke taman belakang rumah sakit berharap ia akan
bertemu Sehun. Dan selalu berakhir dengan Sang Ah yang tertidur sambil memeluk
jaket milik Sehun yang selalu ia pakai.
.
.
.
.
.
Seorang
namja terlihat duduk disebuah tempat tidur berkaki tinggi diruangan serba
putih. Didepannya seorang dokter duduk menghadapnya.
“Kau
yakin keadaanmu membaik?” tanya sang dokter.
“Tentu,
dokter Wu. Aku sudah sangat membaik..” Jawab namja itu mantap.
“Lalu
apa yang akan kau lakukan sekarang?” Tanya sang dokter lagi.
“Aku
ingin menemuinya.. Aku sangat merindukannya.” Jawab namja itu.
Dokter
Wu mengangguk dan menepuk pundak namja itu.
“Aku
yakin kau orang kuat dan kau dapat menguatkannya.” Ujar sang dokter. Sang namja
mengangguk yakin dan keluar dari ruangan itu setelah sedikit merapikan
penampilannya.
Dengan
langkah yang sedikit terseok sambil memegang kepalanya. Terlihat dokter Wu
mengikutinya dari belakang. Namja itu berjalan menyusuri koridor panjang yang
hampir semuanya berwarna putih itu.
Ia
berjalan dengan semangat meskipun terlihat lemah. Ia merasa tak sabar untuk
bertemu orang yang sangat ia cintai.
Sebentar
lagi ia sampai ke ruangan yang ia tuju. Tapi sebelum sampai ia di pintu ruangan
itu, terlihat seorang perawat keluar dari ruangan itu dengan wajah panik.
“DOKTER!!
DOKTER!! KONDISI SANG AH KEMBALI MENURUN!!” pekik sang perawat memanggil
dokter. Namja itu yang mendengarnya langsung berlari masuk keruangan itu dan
mendekati seorang yeoja yang terbaring lemah.
“Se...
sehun?!” pekik suster Thiya yang ketika itu berada di samping tempat tidur Sang
Ah.
Namja
yang ternyata Sehun itu langsung mendekati Sang Ah dan menggenggam tangannya
serta mengelus lembut kepala yeoja itu.
“Chagiya...”
“Se..se..
hun..ah... hiks.. sehun.. aah” ucap Sang Ah tergagap karena menahan sakit di
ulu hatinya.
Langsung
saja Sehun membawa yeoja itu kedalam pelukannya. Sang Ah lekas memeluk erat
Sehun. Tak ingin kehilangan namja itu lagi. Isakan pilu terdengar di ruangan
itu. Dokter Jongin dan dokter Wu yang baru saja tiba disana terdiam menyaksikan
momen itu.
“Hiks..
sehunnie.. bogo..shipeo...” Ucap Sang Ah pelan.
“Nado,
chagiya.. mianhae... “ Sang Ah lalu mengeratkan pelukannya.
“Kau
harus bertahan, Chagiya... everything is gonna be allright.. trust me baby...”
Bisik Sehun sambil mengusap lembut pipi Sang Ah.
“Kau
akan sembuh dan hidup sehat, sayang... kau akan sembuh, percayalah..” Lalu
Sehun mengecup kening Sang Ah.
“I’m
promise.. i’ll always beside you, baby.. Saranghae... I Love you..” Lalu sehun
mengecup bibir Sang Ah dengan lembut.
Suster
Thiya dan beberapa perawat yang menyaksikan itu tak kuasa menahan air mata
mereka. Dokter Jongin dan Dokter Wu terlihat sudah pasrah. Tinggal menunggu
waktu...
“Dokter
Jongin, Dokter Wu.. aku membutuhkan bantuan kalian......” Ujar Sehun
membuyarkan lamunan kedua dokter itu.
.
.
.
.
.
.
Seorang
yeoja terlihat duduk disebuah kursi roda. Ditemani seorang suster dan dua orang
dokter dibelakangnya. Ditangannya terlihat sebuah kertas berwarna putih
berisikan sebuah tulisan tangan rapi yang membuka semua rahasia selama ini.
Dear my Love Song Sang Ah
Bagaimana kabarmu sekarang? Kau
baik-baik saja bukan? Aku sudah bilang kalau kau akan sembuh dan hidup sehat.
Dan aku bahagia mengetahui itu.
Chagiya, kau pernah bertanya padaku
ketika kita duduk di taman belakang rumah sakit waktu itu, ‘darimana kau
datang’ dan ‘sedang apa kau disini’ kau masih ingat?
Aku sedang memeriksakan keadaanku. Dan
ketika itu aku merasa terpuruk mengetahui hasil periksaku. Tapi perasaan
terpuruk itu hilang ketika aku bertemu seorang yeoja yang tersenyum senang di
taman belakang. Saat itu aku merasa aku harus kuat karena ada seseorang yang
harus aku kuatkan. Dan mulai hari itu aku terus menemuimu.
Aku merasa keadaanku membaik setelah
melihat senyummu. Kau yang selalu tersenyum padaku. Kau yang selalu bersemangat
untuk bertahan hidup ditengah penyakit yang menggerogotimu. Tapi diluar semua
itu, aku sadar bahwa hidupku tak akan lama lagi, Chagiya. Kanker otak ini
semakin menggerogoti tubuhku.
Maafkan aku yang sempat meninggalkanmu
disaat kau kritis. Saat itu keadaanku sama sepertimu. Aku tak sanggup merasakan
sakit ini lagi. Dan ketika aku merasakan keadaanku membaik, aku mendapatimu
semakin menderita, mianhae chagiya.. Jeongmal Mianhae..
Aku sadar hidupku takkan lama lagi.. Maka
dari itu aku melakukan ini, untukmu, untukku, untuk kita berdua, Chagiya.
Aku tidak ingin meninggalkan dunia ini
dengan sia-sia, aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian.. maka dari itu...
Aku memberikan hati ku padamu,
menggantikan organ hati mu, dan dengan hati ku yang ada padamu, kau akan hidup
sehat selamanya Chagiya, tidak ada lagi penyakit yang mengganggumu, tidak ada lagi
rasa sakit yang selalu kau rasakan di dadamu.
Tapi kau harus berjanji padaku, Chagiya,
kau tak boleh bersedih, kau tak boleh menangis. Karena hati ku yang ada padamu
akan terasa sakit jika kau menangis.
Kau mau berjanji, kan? ^^
Dan dengan hati ku yang ada padamu, aku
akan selalu menemanimu, meskipun ragaku tak dapat menjagamu lagi, tapi diriku
tetap hidup dihatimu, menemanimu, melindungimu.
Sekali lagi kau mau berjanji, kan?
My Heart Is Yours, Baby. And I always
yours until forever.
Saranghae Song Sang Ah... Jaga hati ku
untuk hatimu, jaga hatiku untuk diriku yag ada dihatimu^^
I LOVE YOU
Oh Sehun
Setetes
air mata tak bisa ditahan Sang Ah. Mati-matian ia menahan isakan agar tak
keluar dari bibirnya. Suster Thiya yang sedari tadi berdiri dibelakangnya
menepuk bahunya dan memeluknya. Sang Ah balas memeluk Thiya dan terisak disana.
Sang
Ah mengeratkan jaket milik sehun yang selalu ia pakai. Aroma feromon Sehun
masih melekat di jaket itu. Membuat Sang Ah merasa dipeluk Sehun.
Dengan
bantuan Dokter Jongin dan Dokter Wu, Sang Ah berdiri dari kursi rodanya, lalu
ia berjongkok didepan sebuah nisan dan mengecup nisan itu lembut.
‘Gomawo
Sehunnie.. jeongmal gomawo.. aku berjanji akan menjaga sesuatu yang kau
tinggalkan disini. Aku akan menjaganya seumur hidupku. Aku berjanji tidak akan
menangis Sehunnie. Nado saranghae Oh Sehun, nado saranghae’
.
.
.
.
.
.
.
END
Yeah,
My heart is yours
Secara
harfiah..
Oke
ini ff pertama yang berhasil bikin saya nangis waktu ngetik ff ini.
Apalagi
playlist lagi puterin lagunya BoA – Disturbance
Padahal
saya yang ngarang kenapa saya kebawa suasanya ikutan ceurik halaah
Oke
deh daripada lama-lama disangka cengeng.. hehe
Mending
tunggu RCL readers yaahh
Gomawo
udah baca :D
eon, nyesek bca'y :'( da2 aq iktan skit, huhuhu aq jg nangis, :'( apalagi wqtu playlist lgu memories aq gk kuat eon tapi, GAMSA HAMNIDA ne, udh jadiin aq cast,
BalasHapusMuach, muach, muach, *kecup sayang dri SONG SANG AH . . . :D
wow wo woooooww aku diciuuuummm!!!
Hapushaha cheonma saeng :D
gomawo udah bacaaa dan setiaaaaa jadi pembaca hoho
:D
gomawooo
huahahahahahha *aku gatau kenapa aku ketawa* #gilak
BalasHapusaq jg ketawa wqtu namjaku bilang suster thiya tante tante sumpah aq ngakak lucu beuuuud wkwkwkwk *blush # kabur pke angin sehun
HapusTentu saja karna kau milikku . . Saranghae . .
BalasHapusHuaaahahaha :8 aq melayang . , . So sweet . . . Pengen . . .
Sang ah
Hua~~ sumveh pas bagian akhir nangis 😭 alurny seru thor ^^ daebbak pokokny ^^ 👍
BalasHapusFF yang bagus nun
BalasHapusSukses membuat namja ini meneteskan airmata
Daebak Noona����