Oh Manager!
Title : Oh Manager!
Author : NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Main Cast : Kim Jongin (Kai) EXO-K, Thiya Kim (OC)
Genre : Romance
Rate: T (PG-16)
Length: Oneshoot
Disclaimer: The character belongs to God and their parents but the story is mine ^^
Cuap-cuap author:
Anneyong.. kembali dengan FF baru... :D
FF ini idenya dadakan.. dadakan banget, jadi mohon maaf kalau alurnya kecepetan atau endingnya pasaran atau malah ceritanya yang pasaran.. hehe
cerita dadakan yang semoga saja berkenan dihati anda semua *mendadak formal*
oke, saya kembali dengan couple fenomenal di blog saya, KAITHIYA.
karena sudah lama ngga nulis nih couple, jadi cerita dadakan ini emang tiba-tiba terlintas couple ini...
Ratenya naik saat ending yaa hehe
baiklah, mending langsung dibaca saja yaa:D
Happy reading :D
Kim
Jongin. Atau Kai. Siapa yang tak kenal dia? Tampan, berkharisma, bertalenta.
Tatapan matanya yang tajam bisa membuat siapapun yang melihatnya tak bisa
lepas. Memilikki kulit tan yang memberi kesan seksi padanya. Seorang Dancer dan
Rapper terkenal. Dia sudah memiliki banyak fans meskipun belum lama debut.
Kharismanya diatas panggung tiada tandingnya. Siapapun yang melihatnya akan
terpesona. Setidaknya itu yang public ketahui.
Kim
Jongin yang sebenarnya…
Seorang
Kim Jongin..
Adalah..
“Ya!
Minggir! Kalian tidak lihat aku akan lewat sini?! Seenaknya menghalangi
jalanku!”
“Kerjakan
yang benar, Bodoh! Manajer macam apa kau ini? Tidak bisa mengerjakan semuanya
dengan baik! Ck!!”
“Aku
tidak mau makanan ini! Kau ini bagaimana membaeriku makanan macam ini! Buang
ini! Buang!!”
Seseorang
dengan temperamental yang tinggi. Tidak bisa menerima sesuatu yang tak ia
inginkan. Selalu tidak puas dengan hal yang ada didepannya. Semua yang
dilihatnya selalu salah. Manusia bersifat otoriter. Selalu ingin yang sempurna.
“Mi..mianhae
Tuan, maafkan aku, ak.. akan aku tukar dengan makanan baru… Ap.. apa yang anda
inginkan, tuan?” Seorang namja terlihat ketakutan mendapatkan tatapan tajam
dari Kim Jongin.
“What?
Kau ini manajerku! Bagaiana bisa kau tak tahu apa yang aku inginkan , Bodoh!”
PRANG!
Piring
berisi makanan itu berserakan di lantai setelah mendapatkan tendangan dari
seorang Kim Jongin. Sedangkan seorang namja yang diketahui seorang manajer dari
seornag Kim Jongin hanya menatap nanar piring yang sudah tak berbentuk itu.
“Ck!
Aku makan diluar saja.” Dengan itu Jongin berlalu pergi.
.
.
.
.
.
“Kumohon,
aku sudah jengah menghadapi sifatnya itu, aku tidak sanggup. Aku ingin
mengundurkan diri.” Sang manajer menahan kesalnya berbicara dengan atasannya.
“Tapi,
bagaimana jika kau berhenti nanti, siapa yang akan menggantikanmu?” Tanya
seorang pria paruh baya didepannya yang diketahui menrupakan sang atasan.
“Aku
tidak peduli, sajangnim, aku hanya ingin lepas dari artis itu, aku punya
kehidupan sendiri yang harus aku urus. AKu tak sanggup lagi mengaturnya. Aku
tak sanggup.”
Namja
paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia tahu kalau akhirnya akan jadi
begini. Ia merutuki sifat artisnya yang kelewat keras kepala itu.
“Haah..
baiklah, permohonanmu diterima. Aku berharap kau mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik.” Ujar namja paruh baya itu.
“Kamshahamnida,
Sajangnim. Jeongmal Kamshahamnida” Namja itu membungkuk berkali-kali. Ia
tersenyum sebelum berpamitan dan dan pergi dari ruangan atasannya itu.
Namja
paruh baya itu melonggarkan dasinya dan beranjak menuju jendela.
“Sepertinya
memang sudah waktunya aku memanggilmu kembali.” Ujar namja itu pelan.
.
.
.
.
.
.
Terlihat
seorang yeoja berambut pendek bermata kecil tengah menarik koper berwarna biru
tua keluar dari pintu kedatangan Incheon Airport. Yeoja itu melepas kacamata
hitamnya. Dan mengambil ponsel di saku jaketnya. Ia mencari nomor sebelum
menekan tombol hijau.
“Yeobosseyo?
Appa? Aku sudah tiba di incheon….”
“…..”
“Ehm
baiklah aku akan menunggu. Gomawo appa..”
Yeoja
itu kembali memasukkan ponsel dedalam saku jaketnya dan kembali berjalan
menarik kopernya.
“Tidak
biasanya Appa tiba-tiba memintaku pulang. Pasti ada sesuatu yang penting.”
Gumamnya.
.
.
.
.
.
“Ah..
anakku .. apa kabar?” Ujar seorang namja paruh baya ketika mendapati sang
putrid masuk keruangannya.
“Baik,
appa.” Jawab sang anak setelah memberikan pelukan singkat pada appanya.
“Jadi,
apa yang membuatu harus pulang, appa? Tanya yeoja itu to the point setelah ia
mendudukan dirinya di sofa.
“Hm,
ada sesuatu yang harus kamu kerjakan disini, Thiya.” Sang appa mendudukan diri
di hadapan anaknya.
Thiya
mendengarkan dengan baik penjelasan sang appa. Mengenai tujuan sang appa
menyuruhnya pulang dari Australia.
Thiya
Kim, seorang yeoja berusia 23 tahun yang sedang berkuliah di Australia. Dia
tidak melanjutkan pekerjaan ayahnya yang bergerak dibidang entertainment. Ia
lebih memilih melanjutkan S2 nya di bidang psikologi. Dan saat ini sepertinya
sang appa sangat membutuhkannya.
“Baik
appa, aku mengerti.”
“Bagus,
appa akan meminta sopir untuk mengantarmu ke tempatnya.”
Thiya
membungkuk sebelum beranjak dari ruangan itu.
.
.
.
.
.
KRIIIIIIIIIIIING
KRIIIIIIIINGG
“Aish..
siapa yang menyalakan alarm berisik seperti ini…!! Manajer Zhang! Cepat matikan
alarm itu! Berisik! Aku ingin tidur!!” Seorang namja berkuli tan itu berteriak
dari dalam selimutnya. Sinar matahari tak bisa membuatnya membuka mata.
Benar-benar pemalas.
“Ya!
Manajer Zhang kau tak dengar? SIapa yang menyalakan alarm berisik ini woooy!!”
Teriaknya lagi.
SRAK
Seketika
ruangan itu menjadi terang ketika seorang yeoja berambut pendek membuka tirai
besar sehingga sinar matahari bisa masuk menerangi ruangan itu.
“Ya!
Apalagi ini?! Siapa yang berani melakukan ini?! Manajer Zhang?! Tutup kembali
tirainya atau kau akan dipecat!!” Ujar namja itu lagi sambil menarik selimut
sampai menutupi wajahnya menghalau cahaya yang masuk.
“Mohon
maaf Jongin-ssi. Sudah aku yang menyalakan alarm itu. Dan saat ini sudah
waktunya anda bangun. Jam 8 nanti anda harus hadir di acara live talkshow. Dan
setelah itu anda harus mengisi acara fanmeet.” Jelas yeoja itu panjang sambil
menarik selimut sang namja.
“YA!
Beraninya kau! Cerewet!” Jongin mencoba meraih selimut itu dengan mata yang
masih terpejam.
Tapi
yeoja itu sepertinya tak bisa diajak main-main. Ia buru-buru menarik selimut
biru muda itu dan segera melipatnya.
Mau
tak mau Jongin membuka matanya. Ia hampir sana melemparkan umpatannya lagi
sebelum mendapati seorang yeoja sedang berdiri disamping tempat tidurnya,
menyilangkan tangan di dada sambil menatapnya tajam.
“Nuguya?”
Tanya Jongin. Ia tidak begitu jelas melihat wajah yeoja itu karena silau oleh
sinar matahari.
“Namaku
Thiya Kim, manajer Zhang kemarin baru mengajukan surat pengunduran diri. Dan
mulai hari ini aku yang akan menjadi manajermu. Ah, bukan manajer, mungkin
lebih menjadi pengawasmu.” Jelas yeoja itu.
“Ha?”
Jongin yang masih mencerna kalimat yeoja di hadapannya itu hanya memasang
tampang cengo.
“Lemot!
Cepatlah bangun dan mandi! Waktumu tak banyak Kim Jongin!” Ucap yeoja itu lagi
sebelim berbalik meninggalkan kamar itu.
“Aish!
Apa-apaan yeoja jelek itu!” ucap Jongin sambil menggaruk kepalanya kasar.
“Aku
mendengar itu Kim Jongin! Segeralah mandi atau kau akan keluar dengan sebelah
kaki!”
Mendengar
itu Jongin langsung mengkeret. Dengan segala umpatannya ia segera beranjak ke
kamar mandi.
Jongin
baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia
melihat ke tempat tidurnya yang sudah rapi. Sangat rapih. Lebih rapih dari
biasanya. Ia juga melihat sepasang baju dan celananya disana. Kaos putih dan
kemeja warna biru tua, dengan jeans hitam.
“Apa
yeoja yang menyiapkan ini semua?” Tanyanya entah pada siapa.
Tampa
pikir panjang ia langsung memakai baju yang telah disiapkan itu.
“Tak
kusangka seleranya bagus juga.” Ujarnya sambil merapikan kemejanya. Ia menyisir
rambutnya menatap cermin besar.
“Yah.. Handsome as always..” narsisnya. Ia langsung
ke luar kamar. Ke dapur, mencari makanan.
Sampai
disana Jongin mendapati Thiya sedang menata makanan di meja makan. Ia
mendekatinya. Berjalan sambil memasukan kedua tangan ke kantung celananya.
“Segeralah
habiskan makanannya setelah itu kita segera pergi ke stasiun tv.” Ucap Thiya
singkat.
Jongin
hampir saja protes melihat makanan yang disajikan di meja makan bukan makanan
yang ia inginkan.
“Ya-“
“Tidak
ada protes atau tidak ada makanan sampai malam.” Ucap Thiya dengan nada dingin.
Ia menarik kursi dihadapan Jongin.
“Ish!
Siapa kau ini?!” Tanya Jongin.
“Au
sudah mengatakannya tadi pagi. Kau tidak mendengarkanku? Atau kau terlau lemot
untuk menyerap perkataanku tadi?” jawab Thiya dingin sambil menatap datar
kearah Jongin.
“Ya!
Apa yang kau katakana hah? Ka-“
“Segera
habiskan makananmu sebelum aku memaksamu menghabiskan makanan itu dengan
kasar.” Jongin langsung bungkam. Ia langsung saja memakan makanan itu. Makanan
sederhana yang tentu saja tak Jongin suka.
“Aku
akan menuntutmu nanti.” Ucap Jongin pelan sambil mengunyah makanannya.
“Sayangnya
kau tidak akan bisa menuntutku Kim jongin. Dan jangan bicara saat makan. Itu
membuang banyak waktu.” Jawab Thiya datar. Matanya tak teralihkan dari buku
catatan yang ia baca.
‘Sialan!
Siapa yeoja ini sebenarnya! Seenaknya saja dia mengaturku seperti ini!’ Racau
Jongin dalam hati. Hanya dalam hati. Dia tak mau ambil resiko jika ia
benar-benar mengatakannya di depan yeoja ini. Poor Jongin.
.
.
.
.
.
“Yak..
hari ini edisi special karena kita mengundang Rapper dan Dancer yang sangat
digandrungi saat ini, kali ini kita akan menguak semua tentangnya yang pasti
membuat kalian penasaran.. Sekarang kita panggil, KAI..!!” Ucap sang MC
seketika penonton di studio yang didominasi-atau memang semuanya- yeoja
langsung berteriak histeris. Teriakan itu tambah kencang saat seorang namja
naik ke atas panggung memberikan sedikit salam dan flying kiss sebelum duduk di
kursi yang disediakan.
“KYAAAAAAA
KAII I LOVE YOUUUUU….!!!!”
“KIM
JONGIN MARRY MEEEE…!!!!!”
“KYAAAA
KAIII LIHAT SINIII LIHAT SINIIIIII!!!”
Begitulah
kira-kira teriakan penggemar yang menggema di ruangan itu. Kai atau Jongin
hanya memberikan senyum- atau lebih tepat smirk- nya yang membuat teriakan
makin kencang.
“Yaa…
tenang.. tenang semuanya, Kai, atau Kim Jongin. Yaa.. apa dia tampan?” tanya MC
pada penonton.
“NEEEEE!!!!”
“Dia
tampan?”
“NEEEEEEE….!!!!!”
“Hahaha
tentu saja, baiklah sebaiknya kita mulai. Kai, apa kabar?”
“Baik,
dan aku merasa lebih baik ketika bertemu kalian.. neomu yeoppo yeoja..” Jawab
Kai dengan smirk yang tak lepas dari wajah tampannya.
“KKKYAAAAAAAAA!!!!”
teriakan histeris itu menggema lagi. Entahlah sepertinya mereka punya pita
suara cadangan.
“Wah,
wah… sepertinya suasana di studio kali ini panas sekali. Kai, apa kesibukanu
sekarang selain promosi dari panggung ke panggung dan pemotretan beberapa
produk terkenal?” tanya sang MC.
“Ehm,
aku juga masih mengisi beberapa fansign dan fanmeet dan blablablablablabla…..”
Di
backstage, Thiya melihat artisnya itu tepat di pintu menuju panggung. Ia
memutar matanya bosan.
“Muka
dua. Sok tampan. Sok seksi. Sok keren. Jika kalian mengetahui dirinya yang
asli, aku tak yakin kalau kalian masih au berteriak untuknya seperti ini”
Gumamnya.
Thiya
masih menyaksikan Kai dari sini sampai seseorang menepuk bahunya.
“Permisi,
kau manajer baru Kim Jongin?” tanya orang itu.
“Ah,
ne?” Thiya membungkuk pada orang itu.
“Ah,
tidak, hanya saja, kau orang beruntung bisa menjadi manajer barunya. Aku tak
mengerti kenapa manajer sebelumnya mengundurkan diri. Padahal banyak yang ingin
menjadi manajer seorang Kim Jongin. Secara dia tampan dan baik hati. Juga rapih
dan sopan.. Menyenangkan sekali menjadi orang terdekatnya.” Ucap orang itu.
Thiya
hanya tersenyum. Menutupi rasa ingin muntahnya mendengar penjelasan yeoja
dihadapannya ini.
‘Oh
god, seandainya yeoja ini tahu jika kenyataanya berbanding terbalik dengan apa
yang barusan ia katakan. Kim Jongin. Benar-benar bisa menutupi keburukannya.
Cih’
Jongin
sudah kembali dari panggung setelah memberi berbagai fanservis mulai dari
flying kiss sampai sexy dance sampai memamerkan otot abs nya. Beberapa fans
mungkin keluar dari studio denga darah mengalir dari kedua lubang hidungnya.
Jongin
masuk ke ruang ganti dan disana dia sudah mendapati handuk dan sebotol air
minum.
“Ah.
Aku tak suka air mineral. AKu ingin Cola” rutuknya.
“Cobalah
menerima apa adanya dan jangan menginginkan yang tidak ada. Karena semua yang
ada di dunia ini tidak seperti yang kau inginkan.” Thiya masuk ke ruang ganti
sambil membawakan baju ganti untuk Jongin. Ia melemparkan baju itu dan dengan
sigap Jongin menangkapnya.
Thiya
baru saja akan beranjak keluar sebelum tangan kekar Jongin meraih pergelangan
tangannya. Jongin menariknya mendekat dan menghempaskan Thiya ke tembok.
“Akh!”
Pekik Thiya merasa sakit di punggungnya.
“Apa
yang kau mau hah? Seenaknya saja kau datang dan mengatur hidupku seperti ini.
Apa urusanmu?” Tanya Jongin datar. Tangannya mengunci tubuh Thiya. Ia menatap
tajam Thiya berharap yeoja di hadapannya ini merasa takut. Tapi sepertinya
harapannya salah. Nyatanya Thiya sekarang masih menatap Jongin datar. Tidak ada
gurat ketakutan sedikitpun.
“Lepaskan
atau kau akan menyesal Kim Jongin.” Ucap Thiya datar tak berniat menjawab
pertanyaan Jongin.
Bukannya
melepaskan kekangannya Jongin justru mendekatkan tubuhnya makin menghimpit
Thiya ke tembok.
‘Sial.
Apa yang akan dia lakukan? Ini terlalu dekat’ umpat Thiya dalam hati.
“Kau
mau bermain-main denganku? Thiya Kim? Apa kau hanya seorang fans fanatikku yang
mengaku menjadi manajerku, dan dengan sengaja kau memaksa manajer Zhang untuk
berhenti? Cih, caramu sungguh berani. Kau sesaeng fans huh? Kau stalker huh?
Cih” Ucap Jongin dengan smirk khasnya. Thiya masih memasang wajah datarnya.
“Sayangnya,
aku sama sekali tidak mengidolakanmu, tuan Kim Jongin yang sombong. Aku malah
tak mengerti orang sepertiu menjadi public figure seperti ini.” Jawab Thiya.
Tatapannya menantang tatapan tajam Jongin.
“Huh,
sudah jelas itu karena aku memang banyak disukai. Siapa yang mampu melawan
karismaku..” Ucap Jongin penuh kesombongan.
“Cih,
tunggu sampai mereka tahu seorang Kim Jongin yang asli. Bukan Kim Jongin atau
Kai yang terlihat di publik.” Ucap Thiya. Rahang Jongin mengeras. Baru kali ini
ia mendapati orang yang berani melawannya. Selama ini tak ada yang bisa
melawannya sedikitpun. Siapapun tak ada yang bisa melawannya. Jika ad ayang
melawannya pun dia hanya menampakkan tatapan tajamnya, dan semua selesai.
Sepertinya kali ini Jongin harus sedikit berusaha menghadapi Thiya.
“Lepaskan.
Kau harus segera pergi ke tempat fanmeet.” Ujar Thiya sambil melepas paksa
tanggan Jongin yang mengurungnya.
Jongin
mematung. Ia kaget dengan reaksi Thiya.
“Cih.
Kau akan menyesal Thiya Kim!” desisinya. Ia lalu segera berganti pakaian dan
segera beranjak menuju tempat berikutnya.
.
.
.
.
.
“Bagaimana
Kim Jongin, Thiya?” Tanya seorang pria paruh baya.
“Dia
itu hanya anak manja. Menurutku.” Jawab Thiya setelah mendudukan tubuhnya di
kursi dehadapan meja sang appa.
“Aku
menyerahkan dia padamu. Agar sedikit mengubah sifat sombong dan keras
kepalanya. Aku khawatir jika suatu saat public bisa mengetahui kelakuan yang
sebenarnya.” Lanjut pria paruh baya itu.
“Aku
mengerti kenapa manajer Zhang memilih mundur dari pekerjaanya. Kalau yang
dihadapi adalah orang seperti Kim Jongin, siapapun yang menjadi manajernya
kurasa akan menyerah dan kabur. Aku tak mengerti kenapa appa menerbitkan artis
seperti dia. Seharusnya ia mendapatkan attitude class ekstra. Biar dia tahu
bagaimana bersikap yang benar. Sungguh dia bisa menggunakan topeng dengan baik
untuk menutupi dia yang sebenarnya.” Jelas Thiya panjang lebar.
“Talentanya
sangat hebat dan tidak mungkin untuk menunda debutnya. Dan untuk sifatnya yang
seperti itu, itu semakin parah semenjak popularitasnya naik. Itu tujuan
sebenarnya appa memanggilmu. Appa rasa kau bisa sedikit demi sedikit
mengubahnya”
“Mengubah
sifat seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, appa.”
“Aku
tahu, anakku. Maka dari itu appa mengutusmu. Appa tahu kalau kau bisa
merubahnya.”
“Ish..”
Thiya mendengus kesal. Ia sempat merutuki appanya yang seenaknya seperti ini.
Baru beberpa hari menjadi manajer Kim Jongin ia merasa kesal. Pantas saja
Manajer Zhang tidak mau melanjutkan pekerjaan ini.
“Lagi
pula appa perhatikan kau cukup bisa menghadapi Jongin, Thiya.” Ucap sang appa.
‘Appa
tidak tahu bagaimana aku mati-matian
menahan kesal padanya. Haah.. ujian untukku sebagai calon psikolog. Oke, Thiya
kau tak boleh menyerah. Kau hanya harus mengurus anak anjing yang manja dan
egois bertopeng serigala buas. Thiya Hwaiting!’ gumam Thiya dalam hati.
“Baiklah
appa. Sepertinya cukup sesi curhatnya. Aku akan kembali ke tempatnya. Besok aku
akan datang untuk melapor lagi.” Pamit Thiya sebelum pergi.
.
.
.
.
.
Jongin
baru saja sampai di apartemen. Setelah pulang dari show tadi dia memisahkan
diri dari Thiya. Ya. Kabur lebih tepatnya. Ia berjalan sempoyongan ke dalam
apartemennya.
“Dari
mana saja kau Kim Jongin! Kenapa sampai pulang selarut ini?!” Pekik Thiya
mendapati Jongin yang hendak masuk ke kamarnya.
“Ha..
hik! Kau yeoja sombong.. hik! Apa yang kau .. hik! Lakukan.. hik! Di
apartemenku hik!” Ucap Jongin sambil cegukan.
“Ya
Tuhan! Kim Jongin kau mabuk?!” Pekik Thiya sambil mendekati Jongin.
Thiya
hendak meraih tangan Jongin tapi terlambat. Jongin menghempaskan Thiya ke sofa
ruang tamu dan menindih yeoja itu.
“K..kim
Jongin.. ap.. apa yang kau lakukan” Ujar Thiya tergagap karena kaget mendapat
perlakuan tiba-tiba seperti ini.
“Kau..
hik! Kapan kau akan menyerah.. hik! Kau terlalu banyak mengatur hidupku.. Hik!
Kau yeoja menyebalkan! Hik! Kau seenaknya datang kemari Hik! Kau berlagak
seperti.. Hik! Seperti kau mengerti aku! Hik! Kau tak tahu apa-apa, Thiya Kim!
Hik!”
“Kim
Jongin lepaskan aku! Kau bau alcohol!” Thiya mendorong Jongin kuat-kuat. Tapi
nihil. Tentu saja karena Jongin adalah namja dan tenaganya pastilah lebih kuat.
“Cih..
berhenti mengatur hidupku.. hik! Atau kau.. hik! Akan menyesal!” Jongin
memajukan wajahnya.
“Ya!
Kim Jongin! Berhenti! Kau gila!!” Thiya mendorong bahu Jongin. Thiya sebenarnya
merasa takut dengan apa yang akan dilakukan Jongin. Dia mati-matian menahan air
matanya karena takut.
“Aku
gila semenjak kau masuk dan seenaknya mengaturku!” Jongin makin memajukan wajahnya
sehingga jarak mereka hanya beberapa senti.
“Kim
Jong-mmph!!” Jongin membungkam bibir Thiya dan melumatnya. Menghentikan umpatan
Thiya. Thiya masih saja mendorong dan memukul dada Jongin berharap dia bisa
lepas dari namja ini. Airmata yang tadi ditahan kini sudah mengalir dipipinya.
Entah mendapat kekuatan darimana Thiya menggerakan kakinya dan menendang perut
Jongin membuat namja itu melepaskan cengkramannya.
Dengan
segera Thiya berlari keluar ruangan itu dan membanting pintu dengan keras.
Jongin
terdiam, dia duduk mematung di sofa. Ia memegang kepalanya yang terasa pening.
“Apa
yang barusan kulakukan?” Gumamnya pelan.
“Bodoh.”
.
.
.
.
.
“Hosh..
hosh.. hosh…” Thiya masih terdiam di depan pintu apartemen Jongin. Ia masih
mengatur nafasnya. Ia masih terisak. Ia menyentuh pelan bibirnya.
‘ci..ciuman
pertamaku.. kenapa ciuman pertamaku sekasar itu’ Thiya mash terisak. Ia
berjalan meninggalkan apartemen itu. Sepertiya laporan kepada appanya setelah
ini sedikit panjang.
.
.
.
.
.
Jongin
membuka matanya. Ia meraih jam weker yang disimpan di meja nakas. Jam
menunjukkan pukul 06.00 AM. Pagi. Dan Jongin bangun tanpa bunyi alarm, tanpa
keributan dan tanpa paksaan dari siapapun. Sungguh suatu keajaiban.
Ia segera bangun dan membersihkan diri. Ia
harus menyiapkan pakaiannya sendiri. Ia tak tahu jadwalnya hari ini, karena
seharian Thiya tak datang atau menghubunginya. Ia pergi ke dapur. Ta mendapati
apapun disana. Hanya meja kosong. Ia membuka kulkas mencoba mencari makanan.
Dan hanya menemukan sebungkus ramyun instan.
Jongin
terdiam. Dia merasa sendirian dan kesepian. Menyiapkan segalanya sendirian. Dia
belum pernah seperti ini sebelumnya. Ia selalu meminta sesuatu yang ingin ia
dapatkan dan tak perlu repot menyiapkannya karena pasti itu sudah tersedia.
Ia
terpaksa memasak ramyun instan itu sendiri. Meskipun ia tak tahu bagaimana cara
memasaknya. Hanya menggunakan insting.
Tiba-tiba
ia mengingat manajernya dahulu, manajer Zhang. Ia masih tak tahu kenapa alasan
manajernya itu mengundurkan diri. Ia ingat bagaimana ia dengan egoisnya meminta
sesuatu yang ia inginkan. Dan marak ketika keinginannya tidak sesuai. Ia
menunduk. Sepertinya ia mengerti kenapa manajer yang menjaganya semenjak
sebelum debut itu ingin berhenti menjadi manajernya. Apa dia terlalu egois dank
eras kepala?
Lalu
ingatannya beralih pada Thiya. Yeoja yang tiba-tiba saja datang dan masuk
kedalam kehidupannya. Dengan segala ketegasannya ia mengatur Jongin. Jongin
tentu saja diperlakukan seperti itu. Dengan segala aturan-aturan yang ditetapkan
Thiya padanya. Tapi Jongin berangsur-angsur dapat terbiasa dan mengikutinya.
Untuk menerima semua yang ada dan tidak meminta sesuatu yang tidak ada. Juga
tidak memaksakan keegoisan diri sendiri. Sebenarnya Jongin sudah mulai terbiasa
dengan adanya Thiya. Meskipun peraturannya yang tegas membuatnya kesal.
Tapi
semuanya menjadi hancur gara-gara kelakuannya kemarin. Ketika ia mabuk. Dan
hampir saja melakukan sesuatu yang salah pada Thiya. Jongin tahu sekarang
dimana kesalahannya.
‘Haah…
bodoh sekali. Kenapa aku malah jadi merindukan Thiya seperti ini.’
“Akh!
Panas!” pekiknya keras ketika tak sengaja menyentuh panci yang panas. Ia segera
mendinginkan tangannya di kran air.
‘Ternyata
sendirian itu sulit seperti ini’
.
.
.
.
.
.
Jongin
Berjalan di lobi gedung manajemennya. Ia tersenyum kepada orang-orang yang ia
temui. Benerapa orang terbelalak kaget mendapati Jongin yang biasanya tak
pernah tersenyum ramah seperti ini.
“Anneyong,
apa Kim Sajangnim ada?” tanya Jongin ramah tak lupa dengan senyum kepada seorang
recepsionist.
“Anneyong,
Tuan Jongin. Kim Sajangnim baru saja tiba. Dia ada di ruangannya.” Jawab sang
recepsionist ramah.
“Kamshahamnida”
Jongin membungku sebelum meninggalkan pusat informasi dan beranjak menuju
ruangan presidennya.
“Apa
itu benar-benar Kim Jongin?” Tanya recepsionist lain yang menyaksikan interaksi
Jongin tadi.
“Sungguh,
aku tak percaya sekarang dia seramah itu..”
“Ne,
kabarnya semenja manajer Zhang berhenti, ia diawasi oleh seorang yeoja. Dan aku
tak tahu bagaimana ceritanya kelakuan Kim Jongin berubah pesat seperti itu.”
“Dan
aku dengar sekarang dia sudah jarang memaksakan keinginannya lagi.”
“Siapa
ya yeoja itu?”
“Ehem,
kudengar sih, putri Kim Sajangnim yang pulang dari Australia itu…”
“Hmm..
kalau tak salah namanya Thiya Kim, benar kan?”
“Ne,
sepertinya itu!”
“Aigoo..
yeoja itu pasti kuat sekali menghadapi kelakuan Kim Jongin. Haha”
Memang,
sebagian karyawan di manajemen itu sedikitnya tahu soal kelakuan Jongin selama
ini. Kim Jongin yang egois, keras kepala, otoriter. Kim Jongin yang jarang
tersenyum kecuali didepan public. Mereka merasa sedikit lega dengan melihat
senyum tulus dan berbicara dengan sopan. Suatu Keajaiban.
TOK
TOK TOK
Cklek
“AH..
Kim Jongin.. Kemarilah” Sambut namja paruh baya mendapati Jongin membuka pintu
ruangannya. Kim Sajangnim.
“Anneyong,
Kim Sajangnim.” Ucap Jongin sopan sambil membungkuk sebelum duduk dihadapan Kim
Sajangnim. Kim Sajangnim terlihat takjub melihat Jongin yang tiba-tiba bersikap
sopan seperti ini. Langka sekali.
“Apa
yang membawamu kemari?” Tanya Kim Sajangnim.
“Ehm..
itu.. sebelumnya aku meminta maaf atas sikapku selama ini, Sajangnim. Aku baru
sadar kalau sikapku begitu buruk. Aku tidak menyadarinya.” Jelas Jongin. Kim
Sajangnim tersenyum.
“Juga..
soal manajer Zhang. Aku menyesal memperlakukannya seperti itu.” Jongin
menunduk. Kim Sajangnim bisa melihat penyesalan yang dalam di raut wajah
Jongin.
“Juga..
emh.. Kim Sajangnim, apa kau tahu.. yeoja bernama Thiya Kim.. Aku tidak terlalu
mengenalnya tapi dia tiba-tiba saja datang padaku..”
“Tentu
saja, aku tahu.” Jawab Kim Sajangnim.
Jongin
mengangkat kepalanya. Menunggu Kim Sajangnim memberitahukan siapa Thiya yang
sebenarnya.
“Dia
Putriku.” Lanjut Kim Sajangnim.
Kim
Sajangnim bisa melihat raut terkejut di wajah Jongin.
“Biarkan
aku menjelaskan ini. Aku mengundangnya pulang ke Seoul sehari setelah manajer Zhang
memutuskan mengundurkan diri. Aku melakukan itu karena aku punya alasan yang
kuat. Aku miris meliha manajer Zhang yang datang padaku sambil menangis
memintaku memberhentikannya karena dia sudah jengah dengan sifatmu.” Jelas Kim
Sajangnim.
“Mianhae..”
Gumam Jongin.
“Dan
Thiya, aku mempercayakannya untuk merubahu. Memang itu tak mudah. Dan sifat itu
tak akan bisa berubah. Tapi setidaknya dengan adanya Thiya, aku bisa memantau
perubahanmu. Aku tahu kelakuanmu setiap hari dari informasi yan diberikan
Thiya. Begitu pun kejadian malam beberapa hari lalu.”
Jongin
menegang. Keringat dingin mengaliri pelipisnya. Ia ingat ketika ia mabuk malam
itu.
“AKu
sangat terkejut mendapati Thiya pulang sambil menangis. Akhirnya ia
menceritakan segalanya. Aku membiarkan Thiya tak kembali karena dia butuh
tenang sejenak.”
“Mianhae,
Sajangnim.. Jeongmal Mianhae..”
Dari
cerita yang kudapatkan dari Thiya. Aku bisa memperhatikan perubahan sikapmu
yang makin baik meski itu tidak secara signifikan. Tapi aku sedikitnya lega.
Dan soal kejadian malam itu aku sebenarnya sangat marah padamu.”
Jongin
menunduk.
“Mengapa
artisku sampai mabuk seperti itu. Lalu hampir menyakiti anakku.”
“Mianhae..”
“Aku
memaafkanmu Kim Jongin. Aku sudah bilang kan, aku lega dengan perubahan
sikapmu, apalagi hari ini. Jujur saja aku takjub dan tak percaya kau bersikap
sesopan ini.”
“Kamshahamnida
Sajangnim…”
“Dan..
aku harap sekarang kau mengerti Kim Jongin. Aku tahu kau sudah dewasa, Kau
adalah seorang public figure yang dieli-elukan namanya saat ini. Meskipun kau
menyembunyikan sifat aslimu. Suatu saat mereka akan mengetahuinya, maka dari
itu kupikir langkahku ini tepat.”
Jongin
terdiam. Ia merasakan penyesalan dan kelegaan sekaligus. Sekarang ia bertekad
merubah sifat buruknya itu.
“Emh..
sajangnim, apa aku bisa bertemu dengan Thiya? Aku .. ingin berterimakasih dan..
meminta maaf padanya..”
Hening
beberapa saat.
“Maafkan
aku Jongin. Kau terlambat saat ini. Setelah kejadian malam itu Thiya kembali ke
Australia.”
DEG
Jongin
menunduk lagi. Ini artinya sudah tidak bisa bertemu lagi?
“Dia
berkata dia senang bisa bekerjasama denganmu. Dan dia berharap kau bisa mengubah
sifat burukmu.” Jelas Kim Sajangnim.
.
.
.
.
.
Satu
bulan berlalu sejak kejadian itu. Bagaimana keadaan sang artis tampan
bertalenta kita?
Popularitasnya
semakin naik. Penggemarnya bertambah. Kini ia tak hanya dikenal sebagai artis
tampan berkharisma dan bertalenta. Tetapi sebagai artis tampan bertalenta
berkharisma juga ramah dan sopan. Meskipun kali ini tidak punya manajer tetap,
ia tetap menjalankan pekerjaan dengan baik. Eskipun sebenarnya ia sangat
merindukan manajer lamanya, Manajer Zhang. Juga merindukan sosok yeoja yang
belakangan ini menghilang tetapi tak menghilangkan kesan di hati Jongin.
“KKAAAIIIII
KYAAAAA!!!!”
“KAAAAIIII
SARANGHAEEEE!!!!!”
“Wah..
waah penampilan yang sangat keren dari Kai! Aku tak percaya ini. Mengapa kau
semakin keren dari hari ke hari, Kai?” tanya Sang MC disuatu acara music.
Kai
hanya menjawabnya dengan senyuman. Bukan Smirk yang biasa ia lakukan. Tapi
senyum tulus yang bisa mengukir senyum di bibir siapapun jika melihatnya.
“Ada
yang ingin kau katakana sebelum meninggalkan panggung, Kai-ssi?” Tanya sang MC
lagi.
“Ehm..
aku ingin berterimakasih pada fans yang telah mencintaiku. Aku juga mencintai
kalian. Juga, aku ingin mengatakan ini pada manajerku, Manajer Zhang. Manajer Zhang
apa kau melihatku? Aku harap kau melihatku. Ah aku tak tahu harus bilang apa,
yang jelas aku ingin manajer Zhang yang kembali mengatur jadwalku dan
memantauku.. haha.. dan juga… ehm apa aku boleh berkata pada satu orang lagi?”
“Ah
tentu saja!”
“Uh
ini untuk seseorang yang bernama Thiya Kim. AKu hanya akan mengatakan
terimakasih, dan aku sangat merindukanmu, Aku mencintaimu Thiya Kim.”
Kalimat
terakhir yang dilontarkan Kai mengundang teriakan seisi studio.
“Ow..ow..
apa ini bisa menjadi gossip bahwa Kai sudah memiliki kekasih?” tanya sang MC
ikut heboh dengan pernyataan Kai.
“Ah..
tidak, aku tidak tahu bagaimana perasaanya padaku. Hanya saja aku mencintainya.
Memang perteuan kami sangat singkat dan aku merasa hanya merepotkan dan
mengesalkannya, tapi aku sadar kalau aku mencintainya sejak aku tak bertemu
lagi dengannya. Ah, Thiya aku harap kau menyaksikanku sekarang.. Saranghae
Thiya!”
Penonton
di studio berteriak histeris. Sebagian ikut senang, sebagian ada yang sedih
karena idolanya mempunyai tambatan hati sendiri.
“Woahh..
apa ini bisa disebut pernyataan cintamu padanya, Kai-ssi?”
“Sepertinya
begitu.. Para fansku, apa kalian mendukungku?” teriak Kai pada para fansnya.
“NEEEEEEE…!!!!”
“KAAIIII
HWAITIING!! SARANGHAE KAAAIIII!!!”
“Wah..
hebat sekali… pernyataan cinta yang menakjubkan. Aku juka mendukungmu, Kai-ssi.
Dan untuk yeoja bernama Thiya Kim, dimanapun kau berada, kuharap kau melihat
kesungguhan Kai-ssi!” Teriak MC.
Kai
turun dari panggung setelah membungkuk dan tersenyum pada para penonton. Ia
juga membungkuk sopan dan mengucapkan terimakasih pad apara kru yang bekerja
sama di backstage.
Ia meraih handuk dan mengusap keringatnya. Ia
hendak mencari minuman ketika seseorang menyodorkan sebotol minuman padanya. Ia
endongak melihat siapa orang itu.
“Ma..
manajer Zhang?” takjub Kai mendapati manajernya berada didepannya.
“Kau
terlihat mengenaskan dipanggung tadi, Jongin. Aku tak menyangka kau bisa juga
seperti itu.” Ucap sang manajer dengan senyum di bibirnya.
Jongin
tentu saja senang. Ia mendapatkan kembali manajernya.
“Gomawo
manajer Zhang, aku janji aku tak akan seperti dulu lagi.” Ujar Jongin.
“Ne,
buktikanlah padaku bahwa seorang Kim Jongin sudah berubah.”
.
.
.
.
.
Jongin
saat ini sedang free job. Hubungannya dengan sang manajer sangat baik. Bahkan
sekarang mereka sudah seperti saudara.
“Jongin-ah,
ada seseorang yang menunggumu di lobi apartemen.” Ujar Manajer Zhang.
“Nugu?”
tanya Jongin.
“Entahlah,
dia bilang kau harus menemuinya di lobi sekarang.”
“Ah..
seenaknya sekali memintaku menunggu. Dia pikir dia siapa?”
“Jongin,
Please jangan kembali ke sifat lamamu.”
“Ahahaha..
mianhae Manajer Zhang hehe… Baiklah aku akan menemuinya.” Jongin langsung
mengambil jaketnya dan segera keluar apartemennya. Ia sangat penasaran pada
siapa yang mengajaknya bertemu ini.
Jongin
sampai di lobi apartemen tapi ia tak menemukan siapapun yang dikenalnya. Dia
sedikit mondar mandir dan menanyakan ke recepsionist apa ada yang menunggunya.
Dan jawaban dari sang recepsionist hanya gelengan kepala karena tidak tahu.
Jongin
sedikit mengumpat. Apa dia dikerjai?
Jongin
memilih duduk di sofa yang ada di lobi. Ia kesal melupakan ponselnya di
apartemenya sehingga ia tak bisa menghubungi manajernya.
“Itu
pernyataan cinta terbodoh yang pernah kulihat.” Jongin menengok mendengar suara
itu.
Seorang
yeoja berdiri dibelakang Jongin dengan melipat tangannya didada. Jongin
terkejut melihat yeoja itu. Yeoja itu mendekati Jongin yang masih mematung.
“Tapi
itu pernyataan cinta yang terhebat.” Lanjut yeoja itu sambil tersenyum.
Jongin
masih menatap tak percaya dengan apa yang sudah ada didepannya. Sang Yeoja yang
merasa diabaikan tiba-tiba saja memasang wajah kesal. Ia menggembungkan pipinya
dan mempoutkan bibirnya.
“Hya!!
Kim Jongin!” teriak yeoja itu tepat didepan Jongin.
GREP..
Umpatan
yang hendak dilontarkan yeoja itu terhenti ketika Jongin memeluknya erat.
“Thiya..
bogoshipeo..” bisik Jongin. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Thiya
dan menghirup feromon yeoja itu.
“Nado,
Jongin-ah” jawab Thiya.
“Saranghae,
Thiya.”
“Tapi
aku tidak mencintaimu, Kim Jongin.”
Mendengar
itu Jongin melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat yeoja dihadapannya itu.
Sesaat kemudiam smirk tercetak di wajah tampannya.
“Berhentilah
menutupi perasaanmu padaku.” Ucap Jongin.
“Aku
memang tak mencintaimu. Kau sendiri yang menyatakan cintamu padaku. Tetapi
bagaimana karena aku tak mencintaimu sama sekali.” Jelas Thiya masih memasang
wajah datarnya.
CHU~~
Jongin
tiba-tiba saja mencium Yeoja itu, membuat sepasang mata kecil yeoja itu
membulat. Orang-orang yang ada di lobi pun terbelalak menyaksikan moment itu.
Fans diantara mereka yang melihatnya berteriak histeris.
“Tidak
mungkin kau tak mencintaiku kalau wajahmu merah merona seperti mau meledak
seperti itu!”
Thiya
hanya mematung.
“Sudahlah
kubilang apa. Kau tak bisa menyembunyikan perasaanmu padaku. Thiya Kim, yeoja
yang mengaku menjadi manajerku dan dengan beraninya mengubah hidupku, membuat
hidupku berubah 360 derajar. Ck. Berani sekali.”
CHUU~~
“Dan
beraninya kau mengambil hatiku. Thiya Kim!”
Thiya
sudah tak bisa bergerak. Banyak pasang mata yang menyaksikan keberanian seorang
Kim Jongin.
“Sekarang
kau masih berani bilang kalau kau tak mencintaiku. Baiklah. Aku akan menciumu
lagi didepan para fansku sekarang.”
Baru
saja Jongin akan kembali mencium Thiya sebelum..
“Na..nado
saranghae, Kai..” Bisik Thiya cukup pelan sambil menunduk.
“Hm?
Apa? Aku tak dengar?” Thiya mengutuk dirinya sendiri. Ia tahu kalau Kai
pastilah mendengarnya.
“Nado..
saranghae, Kai..” Ucap Thiya yang kali ini mengeraskan suaranya.
“Apa?
Aku masih tak dengar?”
“KIM
JONGIN KAU MENYEBALKAN!!” Pekik Thiya kesal.
“Haha…
mianhae baby.. mianhae.. akhirnya aku bisa melihat ekspresi manismu selain
ekspresi datar yang biasanya kau perlihatkan padaku..”
Thiya
menunduk, ia sudah merasa malu saat ini. Kim Jongin benar-benar tidak tahu
tempat. Ia terlalu berani.
“Yes!!
Dia membalas perasaanku!!!” Pekik Jongin tiba-tiba.
Orang-orang
yang menyaksikan berteriak riuh. Entah dari mana fans-fans fanatic Jongin juga
ada disana.
‘Uh..
bagaimana ini aku malu…’ Gumam Thiya.
“Angkat
kepalamu, Baby…” Gumam Jongin sambil menarik dagu Thiya.
CHU~
“KKYAAAAAAAAAAAA!!!!!!!”
Teriakan riuh para fans yang sejak kapan memasang kamera ponsel maupun kamera
digital yang mereka bawa mengabadikan moment idolanya itu.
Mungkin
saja esok hari, entah diacara televisi atau di majalah dan tabloid, pasti semua
akan gempar soal..
‘KIIM
JONGIN MENDAPATKAN BALASAN CINTANYA, THIYA KIM. CHUKKHAHAMNIDA!!’
.
.
.
.
.
.
END
fiuh...
saya keringetan
ngebayanginnya aja keringetan
panas woy gerah
kipas angin mana kipas angin
sekian ff dadakan ini hoho
gomawo udah baca :D
seperti biasaaa kecup basah dari author cantik
MUUAAAHH
*readers muntah*
Kurang panaaaaaaas, terlalu banyak TYPO hahaha
BalasHapusLain kali nulis nya diperhatiin ya thor, di cek spya gk bnyk typo lg. Ak kn jd bingung bc ny. Cm saran thor. Bkn ff yg bgs lg ne thor. Tp tnang thor. Niff kreeeennn ajik gilee
BalasHapushaha iya sipp ,.. ketauan aku emang gak pernah cek setelah ngetik haha
BalasHapussaran ditampung beb
gomawoo udah baca..
Bagus thor ceritanya. Tpi msh ada beberapa typo .. sma 'merubahku 360 derajat' klu pke logika itu kn lingkaran. Berarti sifatnya hanya berputar dan balik lg kesifat semula. Ngerti gk ? Klu 180 derajat. Mungkin bsa
BalasHapus