Oh Manager!


Title : Oh Manager!
Author : NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Main Cast : Kim Jongin (Kai) EXO-K, Thiya Kim (OC)
Genre : Romance
Rate: T (PG-16)
Length: Oneshoot
 Disclaimer: The character belongs to God and their parents but the story is mine ^^

Cuap-cuap author:
 Anneyong.. kembali dengan FF baru... :D
FF ini idenya dadakan.. dadakan banget, jadi mohon maaf kalau alurnya kecepetan atau endingnya pasaran atau malah ceritanya yang pasaran.. hehe
cerita dadakan yang semoga saja berkenan dihati anda semua *mendadak formal*
oke, saya kembali dengan couple fenomenal di blog saya, KAITHIYA. 
karena sudah lama ngga nulis nih couple, jadi cerita dadakan ini emang tiba-tiba terlintas couple ini... 
Ratenya naik saat ending yaa hehe
 baiklah, mending langsung dibaca saja yaa:D


 Happy reading :D









Kim Jongin. Atau Kai. Siapa yang tak kenal dia? Tampan, berkharisma, bertalenta. Tatapan matanya yang tajam bisa membuat siapapun yang melihatnya tak bisa lepas. Memilikki kulit tan yang memberi kesan seksi padanya. Seorang Dancer dan Rapper terkenal. Dia sudah memiliki banyak fans meskipun belum lama debut. Kharismanya diatas panggung tiada tandingnya. Siapapun yang melihatnya akan terpesona. Setidaknya itu yang public ketahui.

Kim Jongin yang sebenarnya…

Seorang Kim Jongin..

Adalah..

“Ya! Minggir! Kalian tidak lihat aku akan lewat sini?! Seenaknya menghalangi jalanku!”

“Kerjakan yang benar, Bodoh! Manajer macam apa kau ini? Tidak bisa mengerjakan semuanya dengan baik! Ck!!”

“Aku tidak mau makanan ini! Kau ini bagaimana membaeriku makanan macam ini! Buang ini! Buang!!”

Seseorang dengan temperamental yang tinggi. Tidak bisa menerima sesuatu yang tak ia inginkan. Selalu tidak puas dengan hal yang ada didepannya. Semua yang dilihatnya selalu salah. Manusia bersifat otoriter. Selalu ingin yang sempurna.

“Mi..mianhae Tuan, maafkan aku, ak.. akan aku tukar dengan makanan baru… Ap.. apa yang anda inginkan, tuan?” Seorang namja terlihat ketakutan mendapatkan tatapan tajam dari Kim Jongin.

“What? Kau ini manajerku! Bagaiana bisa kau tak tahu apa yang aku inginkan , Bodoh!”

PRANG!

Piring berisi makanan itu berserakan di lantai setelah mendapatkan tendangan dari seorang Kim Jongin. Sedangkan seorang namja yang diketahui seorang manajer dari seornag Kim Jongin hanya menatap nanar piring yang sudah tak berbentuk itu.

“Ck! Aku makan diluar saja.” Dengan itu Jongin berlalu pergi.
.
.
.
.
.
“Kumohon, aku sudah jengah menghadapi sifatnya itu, aku tidak sanggup. Aku ingin mengundurkan diri.” Sang manajer menahan kesalnya berbicara dengan atasannya.

“Tapi, bagaimana jika kau berhenti nanti, siapa yang akan menggantikanmu?” Tanya seorang pria paruh baya didepannya yang diketahui menrupakan sang atasan.

“Aku tidak peduli, sajangnim, aku hanya ingin lepas dari artis itu, aku punya kehidupan sendiri yang harus aku urus. AKu tak sanggup lagi mengaturnya. Aku tak sanggup.”

Namja paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia tahu kalau akhirnya akan jadi begini. Ia merutuki sifat artisnya yang kelewat keras kepala itu.

“Haah.. baiklah, permohonanmu diterima. Aku berharap kau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.” Ujar namja paruh baya itu.

“Kamshahamnida, Sajangnim. Jeongmal Kamshahamnida” Namja itu membungkuk berkali-kali. Ia tersenyum sebelum berpamitan dan dan pergi dari ruangan atasannya itu.

Namja paruh baya itu melonggarkan dasinya dan beranjak menuju jendela.

“Sepertinya memang sudah waktunya aku memanggilmu kembali.” Ujar namja itu pelan.
.
.
.
.
.
.
Terlihat seorang yeoja berambut pendek bermata kecil tengah menarik koper berwarna biru tua keluar dari pintu kedatangan Incheon Airport. Yeoja itu melepas kacamata hitamnya. Dan mengambil ponsel di saku jaketnya. Ia mencari nomor sebelum menekan tombol hijau.

“Yeobosseyo? Appa? Aku sudah tiba di incheon….”

“…..”

“Ehm baiklah aku akan menunggu. Gomawo appa..”

Yeoja itu kembali memasukkan ponsel dedalam saku jaketnya dan kembali berjalan menarik kopernya.

“Tidak biasanya Appa tiba-tiba memintaku pulang. Pasti ada sesuatu yang penting.” Gumamnya.
.
.
.
.
.
“Ah.. anakku .. apa kabar?” Ujar seorang namja paruh baya ketika mendapati sang putrid masuk keruangannya.

“Baik, appa.” Jawab sang anak setelah memberikan pelukan singkat pada appanya.

“Jadi, apa yang membuatu harus pulang, appa? Tanya yeoja itu to the point setelah ia mendudukan dirinya di sofa.

“Hm, ada sesuatu yang harus kamu kerjakan disini, Thiya.” Sang appa mendudukan diri di hadapan anaknya.

Thiya mendengarkan dengan baik penjelasan sang appa. Mengenai tujuan sang appa menyuruhnya pulang dari Australia.

Thiya Kim, seorang yeoja berusia 23 tahun yang sedang berkuliah di Australia. Dia tidak melanjutkan pekerjaan ayahnya yang bergerak dibidang entertainment. Ia lebih memilih melanjutkan S2 nya di bidang psikologi. Dan saat ini sepertinya sang appa sangat membutuhkannya.

“Baik appa, aku mengerti.”

“Bagus, appa akan meminta sopir untuk mengantarmu ke tempatnya.”

Thiya membungkuk sebelum beranjak dari ruangan itu.
.
.
.
.
.
KRIIIIIIIIIIIING KRIIIIIIIINGG

“Aish.. siapa yang menyalakan alarm berisik seperti ini…!! Manajer Zhang! Cepat matikan alarm itu! Berisik! Aku ingin tidur!!” Seorang namja berkuli tan itu berteriak dari dalam selimutnya. Sinar matahari tak bisa membuatnya membuka mata. Benar-benar pemalas.

“Ya! Manajer Zhang kau tak dengar? SIapa yang menyalakan alarm berisik ini woooy!!” Teriaknya lagi.

SRAK

Seketika ruangan itu menjadi terang ketika seorang yeoja berambut pendek membuka tirai besar sehingga sinar matahari bisa masuk menerangi ruangan itu.

“Ya! Apalagi ini?! Siapa yang berani melakukan ini?! Manajer Zhang?! Tutup kembali tirainya atau kau akan dipecat!!” Ujar namja itu lagi sambil menarik selimut sampai menutupi wajahnya menghalau cahaya yang masuk.

“Mohon maaf Jongin-ssi. Sudah aku yang menyalakan alarm itu. Dan saat ini sudah waktunya anda bangun. Jam 8 nanti anda harus hadir di acara live talkshow. Dan setelah itu anda harus mengisi acara fanmeet.” Jelas yeoja itu panjang sambil menarik selimut sang namja.

“YA! Beraninya kau! Cerewet!” Jongin mencoba meraih selimut itu dengan mata yang masih terpejam.

Tapi yeoja itu sepertinya tak bisa diajak main-main. Ia buru-buru menarik selimut biru muda itu dan segera melipatnya.

Mau tak mau Jongin membuka matanya. Ia hampir sana melemparkan umpatannya lagi sebelum mendapati seorang yeoja sedang berdiri disamping tempat tidurnya, menyilangkan tangan di dada sambil menatapnya tajam.

“Nuguya?” Tanya Jongin. Ia tidak begitu jelas melihat wajah yeoja itu karena silau oleh sinar matahari.

“Namaku Thiya Kim, manajer Zhang kemarin baru mengajukan surat pengunduran diri. Dan mulai hari ini aku yang akan menjadi manajermu. Ah, bukan manajer, mungkin lebih menjadi pengawasmu.” Jelas yeoja itu.

“Ha?” Jongin yang masih mencerna kalimat yeoja di hadapannya itu hanya memasang tampang cengo.

“Lemot! Cepatlah bangun dan mandi! Waktumu tak banyak Kim Jongin!” Ucap yeoja itu lagi sebelim berbalik meninggalkan kamar itu.

“Aish! Apa-apaan yeoja jelek itu!” ucap Jongin sambil menggaruk kepalanya kasar.

“Aku mendengar itu Kim Jongin! Segeralah mandi atau kau akan keluar dengan sebelah kaki!”

Mendengar itu Jongin langsung mengkeret. Dengan segala umpatannya ia segera beranjak ke kamar mandi.

Jongin baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia melihat ke tempat tidurnya yang sudah rapi. Sangat rapih. Lebih rapih dari biasanya. Ia juga melihat sepasang baju dan celananya disana. Kaos putih dan kemeja warna biru tua, dengan jeans hitam.

“Apa yeoja yang menyiapkan ini semua?” Tanyanya entah pada siapa.

Tampa pikir panjang ia langsung memakai baju yang telah disiapkan itu.

“Tak kusangka seleranya bagus juga.” Ujarnya sambil merapikan kemejanya. Ia menyisir rambutnya menatap cermin besar.

“Yah..  Handsome as always..” narsisnya. Ia langsung ke luar kamar. Ke dapur, mencari makanan.

Sampai disana Jongin mendapati Thiya sedang menata makanan di meja makan. Ia mendekatinya. Berjalan sambil memasukan kedua tangan ke kantung celananya.

“Segeralah habiskan makanannya setelah itu kita segera pergi ke stasiun tv.” Ucap Thiya singkat.

Jongin hampir saja protes melihat makanan yang disajikan di meja makan bukan makanan yang ia inginkan.

“Ya-“

“Tidak ada protes atau tidak ada makanan sampai malam.” Ucap Thiya dengan nada dingin. Ia menarik kursi dihadapan Jongin.

“Ish! Siapa kau ini?!” Tanya Jongin.

“Au sudah mengatakannya tadi pagi. Kau tidak mendengarkanku? Atau kau terlau lemot untuk menyerap perkataanku tadi?” jawab Thiya dingin sambil menatap datar kearah Jongin.

“Ya! Apa yang kau katakana hah? Ka-“

“Segera habiskan makananmu sebelum aku memaksamu menghabiskan makanan itu dengan kasar.” Jongin langsung bungkam. Ia langsung saja memakan makanan itu. Makanan sederhana yang tentu saja tak Jongin suka.

“Aku akan menuntutmu nanti.” Ucap Jongin pelan sambil mengunyah makanannya.

“Sayangnya kau tidak akan bisa menuntutku Kim jongin. Dan jangan bicara saat makan. Itu membuang banyak waktu.” Jawab Thiya datar. Matanya tak teralihkan dari buku catatan yang ia baca.

‘Sialan! Siapa yeoja ini sebenarnya! Seenaknya saja dia mengaturku seperti ini!’ Racau Jongin dalam hati. Hanya dalam hati. Dia tak mau ambil resiko jika ia benar-benar mengatakannya di depan yeoja ini. Poor Jongin.
.
.
.
.
.
“Yak.. hari ini edisi special karena kita mengundang Rapper dan Dancer yang sangat digandrungi saat ini, kali ini kita akan menguak semua tentangnya yang pasti membuat kalian penasaran.. Sekarang kita panggil, KAI..!!” Ucap sang MC seketika penonton di studio yang didominasi-atau memang semuanya- yeoja langsung berteriak histeris. Teriakan itu tambah kencang saat seorang namja naik ke atas panggung memberikan sedikit salam dan flying kiss sebelum duduk di kursi yang disediakan.

“KYAAAAAAA KAII I LOVE YOUUUUU….!!!!”

“KIM JONGIN MARRY MEEEE…!!!!!”

“KYAAAA KAIII LIHAT SINIII LIHAT SINIIIIII!!!”

Begitulah kira-kira teriakan penggemar yang menggema di ruangan itu. Kai atau Jongin hanya memberikan senyum- atau lebih tepat smirk- nya yang membuat teriakan makin kencang.

“Yaa… tenang.. tenang semuanya, Kai, atau Kim Jongin. Yaa.. apa dia tampan?” tanya MC pada penonton.

“NEEEEE!!!!”

“Dia tampan?”

“NEEEEEEE….!!!!!”

“Hahaha tentu saja, baiklah sebaiknya kita mulai. Kai, apa kabar?”

“Baik, dan aku merasa lebih baik ketika bertemu kalian.. neomu yeoppo yeoja..” Jawab Kai dengan smirk yang tak lepas dari wajah tampannya.

“KKKYAAAAAAAAA!!!!” teriakan histeris itu menggema lagi. Entahlah sepertinya mereka punya pita suara cadangan.

“Wah, wah… sepertinya suasana di studio kali ini panas sekali. Kai, apa kesibukanu sekarang selain promosi dari panggung ke panggung dan pemotretan beberapa produk terkenal?” tanya sang MC.

“Ehm, aku juga masih mengisi beberapa fansign dan fanmeet dan blablablablablabla…..”

Di backstage, Thiya melihat artisnya itu tepat di pintu menuju panggung. Ia memutar matanya bosan.

“Muka dua. Sok tampan. Sok seksi. Sok keren. Jika kalian mengetahui dirinya yang asli, aku tak yakin kalau kalian masih au berteriak untuknya seperti ini” Gumamnya.

Thiya masih menyaksikan Kai dari sini sampai seseorang menepuk bahunya.

“Permisi, kau manajer baru Kim Jongin?” tanya orang itu.

“Ah, ne?” Thiya membungkuk pada orang itu.

“Ah, tidak, hanya saja, kau orang beruntung bisa menjadi manajer barunya. Aku tak mengerti kenapa manajer sebelumnya mengundurkan diri. Padahal banyak yang ingin menjadi manajer seorang Kim Jongin. Secara dia tampan dan baik hati. Juga rapih dan sopan.. Menyenangkan sekali menjadi orang terdekatnya.” Ucap orang itu.

Thiya hanya tersenyum. Menutupi rasa ingin muntahnya mendengar penjelasan yeoja dihadapannya ini.

‘Oh god, seandainya yeoja ini tahu jika kenyataanya berbanding terbalik dengan apa yang barusan ia katakan. Kim Jongin. Benar-benar bisa menutupi keburukannya. Cih’

Jongin sudah kembali dari panggung setelah memberi berbagai fanservis mulai dari flying kiss sampai sexy dance sampai memamerkan otot abs nya. Beberapa fans mungkin keluar dari studio denga darah mengalir dari kedua lubang hidungnya.

Jongin masuk ke ruang ganti dan disana dia sudah mendapati handuk dan sebotol air minum.

“Ah. Aku tak suka air mineral. AKu ingin Cola” rutuknya.

“Cobalah menerima apa adanya dan jangan menginginkan yang tidak ada. Karena semua yang ada di dunia ini tidak seperti yang kau inginkan.” Thiya masuk ke ruang ganti sambil membawakan baju ganti untuk Jongin. Ia melemparkan baju itu dan dengan sigap Jongin menangkapnya.

Thiya baru saja akan beranjak keluar sebelum tangan kekar Jongin meraih pergelangan tangannya. Jongin menariknya mendekat dan menghempaskan Thiya ke tembok.

“Akh!” Pekik Thiya merasa sakit di punggungnya.

“Apa yang kau mau hah? Seenaknya saja kau datang dan mengatur hidupku seperti ini. Apa urusanmu?” Tanya Jongin datar. Tangannya mengunci tubuh Thiya. Ia menatap tajam Thiya berharap yeoja di hadapannya ini merasa takut. Tapi sepertinya harapannya salah. Nyatanya Thiya sekarang masih menatap Jongin datar. Tidak ada gurat ketakutan sedikitpun.

“Lepaskan atau kau akan menyesal Kim Jongin.” Ucap Thiya datar tak berniat menjawab pertanyaan Jongin.

Bukannya melepaskan kekangannya Jongin justru mendekatkan tubuhnya makin menghimpit Thiya ke tembok.

‘Sial. Apa yang akan dia lakukan? Ini terlalu dekat’ umpat Thiya dalam hati.

“Kau mau bermain-main denganku? Thiya Kim? Apa kau hanya seorang fans fanatikku yang mengaku menjadi manajerku, dan dengan sengaja kau memaksa manajer Zhang untuk berhenti? Cih, caramu sungguh berani. Kau sesaeng fans huh? Kau stalker huh? Cih” Ucap Jongin dengan smirk khasnya. Thiya masih memasang wajah datarnya.

“Sayangnya, aku sama sekali tidak mengidolakanmu, tuan Kim Jongin yang sombong. Aku malah tak mengerti orang sepertiu menjadi public figure seperti ini.” Jawab Thiya. Tatapannya menantang tatapan tajam Jongin.

“Huh, sudah jelas itu karena aku memang banyak disukai. Siapa yang mampu melawan karismaku..” Ucap Jongin penuh kesombongan.
“Cih, tunggu sampai mereka tahu seorang Kim Jongin yang asli. Bukan Kim Jongin atau Kai yang terlihat di publik.” Ucap Thiya. Rahang Jongin mengeras. Baru kali ini ia mendapati orang yang berani melawannya. Selama ini tak ada yang bisa melawannya sedikitpun. Siapapun tak ada yang bisa melawannya. Jika ad ayang melawannya pun dia hanya menampakkan tatapan tajamnya, dan semua selesai. Sepertinya kali ini Jongin harus sedikit berusaha menghadapi Thiya.

“Lepaskan. Kau harus segera pergi ke tempat fanmeet.” Ujar Thiya sambil melepas paksa tanggan Jongin yang mengurungnya.

Jongin mematung. Ia kaget dengan reaksi Thiya.

“Cih. Kau akan menyesal Thiya Kim!” desisinya. Ia lalu segera berganti pakaian dan segera beranjak menuju tempat berikutnya.
.
.
.
.
.
“Bagaimana Kim Jongin, Thiya?” Tanya seorang pria paruh baya.

“Dia itu hanya anak manja. Menurutku.” Jawab Thiya setelah mendudukan tubuhnya di kursi dehadapan meja sang appa.

“Aku menyerahkan dia padamu. Agar sedikit mengubah sifat sombong dan keras kepalanya. Aku khawatir jika suatu saat public bisa mengetahui kelakuan yang sebenarnya.” Lanjut pria paruh baya itu.

“Aku mengerti kenapa manajer Zhang memilih mundur dari pekerjaanya. Kalau yang dihadapi adalah orang seperti Kim Jongin, siapapun yang menjadi manajernya kurasa akan menyerah dan kabur. Aku tak mengerti kenapa appa menerbitkan artis seperti dia. Seharusnya ia mendapatkan attitude class ekstra. Biar dia tahu bagaimana bersikap yang benar. Sungguh dia bisa menggunakan topeng dengan baik untuk menutupi dia yang sebenarnya.” Jelas Thiya panjang lebar.

“Talentanya sangat hebat dan tidak mungkin untuk menunda debutnya. Dan untuk sifatnya yang seperti itu, itu semakin parah semenjak popularitasnya naik. Itu tujuan sebenarnya appa memanggilmu. Appa rasa kau bisa sedikit demi sedikit mengubahnya”

“Mengubah sifat seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, appa.”

“Aku tahu, anakku. Maka dari itu appa mengutusmu. Appa tahu kalau kau bisa merubahnya.”

“Ish..” Thiya mendengus kesal. Ia sempat merutuki appanya yang seenaknya seperti ini. Baru beberpa hari menjadi manajer Kim Jongin ia merasa kesal. Pantas saja Manajer Zhang tidak mau melanjutkan pekerjaan ini.

“Lagi pula appa perhatikan kau cukup bisa menghadapi Jongin, Thiya.” Ucap sang appa.

‘Appa tidak tahu bagaimana aku  mati-matian menahan kesal padanya. Haah.. ujian untukku sebagai calon psikolog. Oke, Thiya kau tak boleh menyerah. Kau hanya harus mengurus anak anjing yang manja dan egois bertopeng serigala buas. Thiya Hwaiting!’ gumam Thiya dalam hati.

“Baiklah appa. Sepertinya cukup sesi curhatnya. Aku akan kembali ke tempatnya. Besok aku akan datang untuk melapor lagi.” Pamit Thiya sebelum pergi.
.
.
.
.
.
Jongin baru saja sampai di apartemen. Setelah pulang dari show tadi dia memisahkan diri dari Thiya. Ya. Kabur lebih tepatnya. Ia berjalan sempoyongan ke dalam apartemennya.

“Dari mana saja kau Kim Jongin! Kenapa sampai pulang selarut ini?!” Pekik Thiya mendapati Jongin yang hendak masuk ke kamarnya.

“Ha.. hik! Kau yeoja sombong.. hik! Apa yang kau .. hik! Lakukan.. hik! Di apartemenku hik!” Ucap Jongin sambil cegukan.

“Ya Tuhan! Kim Jongin kau mabuk?!” Pekik Thiya sambil mendekati Jongin.

Thiya hendak meraih tangan Jongin tapi terlambat. Jongin menghempaskan Thiya ke sofa ruang tamu dan menindih yeoja itu.

“K..kim Jongin.. ap.. apa yang kau lakukan” Ujar Thiya tergagap karena kaget mendapat perlakuan tiba-tiba seperti ini.

“Kau.. hik! Kapan kau akan menyerah.. hik! Kau terlalu banyak mengatur hidupku.. Hik! Kau yeoja menyebalkan! Hik! Kau seenaknya datang kemari Hik! Kau berlagak seperti.. Hik! Seperti kau mengerti aku! Hik! Kau tak tahu apa-apa, Thiya Kim! Hik!”

“Kim Jongin lepaskan aku! Kau bau alcohol!” Thiya mendorong Jongin kuat-kuat. Tapi nihil. Tentu saja karena Jongin adalah namja dan tenaganya pastilah lebih kuat.

“Cih.. berhenti mengatur hidupku.. hik! Atau kau.. hik! Akan menyesal!” Jongin memajukan wajahnya.

“Ya! Kim Jongin! Berhenti! Kau gila!!” Thiya mendorong bahu Jongin. Thiya sebenarnya merasa takut dengan apa yang akan dilakukan Jongin. Dia mati-matian menahan air matanya karena takut.

“Aku gila semenjak kau masuk dan seenaknya mengaturku!” Jongin makin memajukan wajahnya sehingga jarak mereka hanya beberapa senti.

“Kim Jong-mmph!!” Jongin membungkam bibir Thiya dan melumatnya. Menghentikan umpatan Thiya. Thiya masih saja mendorong dan memukul dada Jongin berharap dia bisa lepas dari namja ini. Airmata yang tadi ditahan kini sudah mengalir dipipinya. Entah mendapat kekuatan darimana Thiya menggerakan kakinya dan menendang perut Jongin membuat namja itu melepaskan cengkramannya.

Dengan segera Thiya berlari keluar ruangan itu dan membanting pintu dengan keras.

Jongin terdiam, dia duduk mematung di sofa. Ia memegang kepalanya yang terasa pening.

“Apa yang barusan kulakukan?” Gumamnya pelan.

“Bodoh.”
.
.
.
.
.
“Hosh.. hosh.. hosh…” Thiya masih terdiam di depan pintu apartemen Jongin. Ia masih mengatur nafasnya. Ia masih terisak. Ia menyentuh pelan bibirnya.

‘ci..ciuman pertamaku.. kenapa ciuman pertamaku sekasar itu’ Thiya mash terisak. Ia berjalan meninggalkan apartemen itu. Sepertiya laporan kepada appanya setelah ini sedikit panjang.
.
.
.
.
.
Jongin membuka matanya. Ia meraih jam weker yang disimpan di meja nakas. Jam menunjukkan pukul 06.00 AM. Pagi. Dan Jongin bangun tanpa bunyi alarm, tanpa keributan dan tanpa paksaan dari siapapun. Sungguh suatu keajaiban.

 Ia segera bangun dan membersihkan diri. Ia harus menyiapkan pakaiannya sendiri. Ia tak tahu jadwalnya hari ini, karena seharian Thiya tak datang atau menghubunginya. Ia pergi ke dapur. Ta mendapati apapun disana. Hanya meja kosong. Ia membuka kulkas mencoba mencari makanan. Dan hanya menemukan sebungkus ramyun instan.

Jongin terdiam. Dia merasa sendirian dan kesepian. Menyiapkan segalanya sendirian. Dia belum pernah seperti ini sebelumnya. Ia selalu meminta sesuatu yang ingin ia dapatkan dan tak perlu repot menyiapkannya karena pasti itu sudah tersedia.

Ia terpaksa memasak ramyun instan itu sendiri. Meskipun ia tak tahu bagaimana cara memasaknya. Hanya menggunakan insting.

Tiba-tiba ia mengingat manajernya dahulu, manajer Zhang. Ia masih tak tahu kenapa alasan manajernya itu mengundurkan diri. Ia ingat bagaimana ia dengan egoisnya meminta sesuatu yang ia inginkan. Dan marak ketika keinginannya tidak sesuai. Ia menunduk. Sepertinya ia mengerti kenapa manajer yang menjaganya semenjak sebelum debut itu ingin berhenti menjadi manajernya. Apa dia terlalu egois dank eras kepala?

Lalu ingatannya beralih pada Thiya. Yeoja yang tiba-tiba saja datang dan masuk kedalam kehidupannya. Dengan segala ketegasannya ia mengatur Jongin. Jongin tentu saja diperlakukan seperti itu. Dengan segala aturan-aturan yang ditetapkan Thiya padanya. Tapi Jongin berangsur-angsur dapat terbiasa dan mengikutinya. Untuk menerima semua yang ada dan tidak meminta sesuatu yang tidak ada. Juga tidak memaksakan keegoisan diri sendiri. Sebenarnya Jongin sudah mulai terbiasa dengan adanya Thiya. Meskipun peraturannya yang tegas membuatnya kesal.

Tapi semuanya menjadi hancur gara-gara kelakuannya kemarin. Ketika ia mabuk. Dan hampir saja melakukan sesuatu yang salah pada Thiya. Jongin tahu sekarang dimana kesalahannya.

‘Haah… bodoh sekali. Kenapa aku malah jadi merindukan Thiya seperti ini.’

“Akh! Panas!” pekiknya keras ketika tak sengaja menyentuh panci yang panas. Ia segera mendinginkan tangannya di kran air.

‘Ternyata sendirian itu sulit seperti ini’

.
.
.
.
.
.
Jongin Berjalan di lobi gedung manajemennya. Ia tersenyum kepada orang-orang yang ia temui. Benerapa orang terbelalak kaget mendapati Jongin yang biasanya tak pernah tersenyum ramah seperti ini.

“Anneyong, apa Kim Sajangnim ada?” tanya Jongin ramah tak lupa dengan senyum kepada seorang recepsionist.

“Anneyong, Tuan Jongin. Kim Sajangnim baru saja tiba. Dia ada di ruangannya.” Jawab sang recepsionist ramah.

“Kamshahamnida” Jongin membungku sebelum meninggalkan pusat informasi dan beranjak menuju ruangan presidennya.

“Apa itu benar-benar Kim Jongin?” Tanya recepsionist lain yang menyaksikan interaksi Jongin tadi.

“Sungguh, aku tak percaya sekarang dia seramah itu..”

“Ne, kabarnya semenja manajer Zhang berhenti, ia diawasi oleh seorang yeoja. Dan aku tak tahu bagaimana ceritanya kelakuan Kim Jongin berubah pesat seperti itu.”

“Dan aku dengar sekarang dia sudah jarang memaksakan keinginannya lagi.”

“Siapa ya yeoja itu?”

“Ehem, kudengar sih, putri Kim Sajangnim yang pulang dari Australia itu…”

“Hmm.. kalau tak salah namanya Thiya Kim, benar kan?”

“Ne, sepertinya itu!”

“Aigoo.. yeoja itu pasti kuat sekali menghadapi kelakuan Kim Jongin. Haha”

Memang, sebagian karyawan di manajemen itu sedikitnya tahu soal kelakuan Jongin selama ini. Kim Jongin yang egois, keras kepala, otoriter. Kim Jongin yang jarang tersenyum kecuali didepan public. Mereka merasa sedikit lega dengan melihat senyum tulus dan berbicara dengan sopan. Suatu Keajaiban.

TOK TOK TOK

Cklek

“AH.. Kim Jongin.. Kemarilah” Sambut namja paruh baya mendapati Jongin membuka pintu ruangannya. Kim Sajangnim.

“Anneyong, Kim Sajangnim.” Ucap Jongin sopan sambil membungkuk sebelum duduk dihadapan Kim Sajangnim. Kim Sajangnim terlihat takjub melihat Jongin yang tiba-tiba bersikap sopan seperti ini. Langka sekali.

“Apa yang membawamu kemari?” Tanya Kim Sajangnim.

“Ehm.. itu.. sebelumnya aku meminta maaf atas sikapku selama ini, Sajangnim. Aku baru sadar kalau sikapku begitu buruk. Aku tidak menyadarinya.” Jelas Jongin. Kim Sajangnim tersenyum.

“Juga.. soal manajer Zhang. Aku menyesal memperlakukannya seperti itu.” Jongin menunduk. Kim Sajangnim bisa melihat penyesalan yang dalam di raut wajah Jongin.

“Juga.. emh.. Kim Sajangnim, apa kau tahu.. yeoja bernama Thiya Kim.. Aku tidak terlalu mengenalnya tapi dia tiba-tiba saja datang padaku..”

“Tentu saja, aku tahu.” Jawab Kim Sajangnim.

Jongin mengangkat kepalanya. Menunggu Kim Sajangnim memberitahukan siapa Thiya yang sebenarnya.

“Dia Putriku.” Lanjut Kim Sajangnim.

Kim Sajangnim bisa melihat raut terkejut di wajah Jongin.

“Biarkan aku menjelaskan ini. Aku mengundangnya pulang ke Seoul sehari setelah manajer Zhang memutuskan mengundurkan diri. Aku melakukan itu karena aku punya alasan yang kuat. Aku miris meliha manajer Zhang yang datang padaku sambil menangis memintaku memberhentikannya karena dia sudah jengah dengan sifatmu.” Jelas Kim Sajangnim.

“Mianhae..” Gumam Jongin.

“Dan Thiya, aku mempercayakannya untuk merubahu. Memang itu tak mudah. Dan sifat itu tak akan bisa berubah. Tapi setidaknya dengan adanya Thiya, aku bisa memantau perubahanmu. Aku tahu kelakuanmu setiap hari dari informasi yan diberikan Thiya. Begitu pun kejadian malam beberapa hari lalu.”

Jongin menegang. Keringat dingin mengaliri pelipisnya. Ia ingat ketika ia mabuk malam itu.

“AKu sangat terkejut mendapati Thiya pulang sambil menangis. Akhirnya ia menceritakan segalanya. Aku membiarkan Thiya tak kembali karena dia butuh tenang sejenak.”

“Mianhae, Sajangnim.. Jeongmal Mianhae..”

Dari cerita yang kudapatkan dari Thiya. Aku bisa memperhatikan perubahan sikapmu yang makin baik meski itu tidak secara signifikan. Tapi aku sedikitnya lega. Dan soal kejadian malam itu aku sebenarnya sangat marah padamu.”

Jongin menunduk.

“Mengapa artisku sampai mabuk seperti itu. Lalu hampir menyakiti anakku.”

“Mianhae..”

“Aku memaafkanmu Kim Jongin. Aku sudah bilang kan, aku lega dengan perubahan sikapmu, apalagi hari ini. Jujur saja aku takjub dan tak percaya kau bersikap sesopan ini.”

“Kamshahamnida Sajangnim…”

“Dan.. aku harap sekarang kau mengerti Kim Jongin. Aku tahu kau sudah dewasa, Kau adalah seorang public figure yang dieli-elukan namanya saat ini. Meskipun kau menyembunyikan sifat aslimu. Suatu saat mereka akan mengetahuinya, maka dari itu kupikir langkahku ini tepat.”

Jongin terdiam. Ia merasakan penyesalan dan kelegaan sekaligus. Sekarang ia bertekad merubah sifat buruknya itu.

“Emh.. sajangnim, apa aku bisa bertemu dengan Thiya? Aku .. ingin berterimakasih dan.. meminta maaf padanya..”

Hening beberapa saat.

“Maafkan aku Jongin. Kau terlambat saat ini. Setelah kejadian malam itu Thiya kembali ke Australia.”

DEG

Jongin menunduk lagi. Ini artinya sudah tidak bisa bertemu lagi?

“Dia berkata dia senang bisa bekerjasama denganmu. Dan dia berharap kau bisa mengubah sifat burukmu.” Jelas Kim Sajangnim.
.
.
.
.
.
Satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Bagaimana keadaan sang artis tampan bertalenta kita?

Popularitasnya semakin naik. Penggemarnya bertambah. Kini ia tak hanya dikenal sebagai artis tampan berkharisma dan bertalenta. Tetapi sebagai artis tampan bertalenta berkharisma juga ramah dan sopan. Meskipun kali ini tidak punya manajer tetap, ia tetap menjalankan pekerjaan dengan baik. Eskipun sebenarnya ia sangat merindukan manajer lamanya, Manajer Zhang. Juga merindukan sosok yeoja yang belakangan ini menghilang tetapi tak menghilangkan kesan di hati Jongin.

“KKAAAIIIII KYAAAAA!!!!”

“KAAAAIIII SARANGHAEEEE!!!!!”

“Wah.. waah penampilan yang sangat keren dari Kai! Aku tak percaya ini. Mengapa kau semakin keren dari hari ke hari, Kai?” tanya Sang MC disuatu acara music.

Kai hanya menjawabnya dengan senyuman. Bukan Smirk yang biasa ia lakukan. Tapi senyum tulus yang bisa mengukir senyum di bibir siapapun jika melihatnya.

“Ada yang ingin kau katakana sebelum meninggalkan panggung, Kai-ssi?” Tanya sang MC lagi.

“Ehm.. aku ingin berterimakasih pada fans yang telah mencintaiku. Aku juga mencintai kalian. Juga, aku ingin mengatakan ini pada manajerku, Manajer Zhang. Manajer Zhang apa kau melihatku? Aku harap kau melihatku. Ah aku tak tahu harus bilang apa, yang jelas aku ingin manajer Zhang yang kembali mengatur jadwalku dan memantauku.. haha.. dan juga… ehm apa aku boleh berkata pada satu orang lagi?”

“Ah tentu saja!”

“Uh ini untuk seseorang yang bernama Thiya Kim. AKu hanya akan mengatakan terimakasih, dan aku sangat merindukanmu, Aku mencintaimu Thiya Kim.”

Kalimat terakhir yang dilontarkan Kai mengundang teriakan seisi studio.

“Ow..ow.. apa ini bisa menjadi gossip bahwa Kai sudah memiliki kekasih?” tanya sang MC ikut heboh dengan pernyataan Kai.

“Ah.. tidak, aku tidak tahu bagaimana perasaanya padaku. Hanya saja aku mencintainya. Memang perteuan kami sangat singkat dan aku merasa hanya merepotkan dan mengesalkannya, tapi aku sadar kalau aku mencintainya sejak aku tak bertemu lagi dengannya. Ah, Thiya aku harap kau menyaksikanku sekarang.. Saranghae Thiya!”

Penonton di studio berteriak histeris. Sebagian ikut senang, sebagian ada yang sedih karena idolanya mempunyai tambatan hati sendiri.

“Woahh.. apa ini bisa disebut pernyataan cintamu padanya, Kai-ssi?”

“Sepertinya begitu.. Para fansku, apa kalian mendukungku?” teriak Kai pada para fansnya.

“NEEEEEEE…!!!!”

“KAAIIII HWAITIING!! SARANGHAE KAAAIIII!!!”

“Wah.. hebat sekali… pernyataan cinta yang menakjubkan. Aku juka mendukungmu, Kai-ssi. Dan untuk yeoja bernama Thiya Kim, dimanapun kau berada, kuharap kau melihat kesungguhan Kai-ssi!” Teriak MC.

Kai turun dari panggung setelah membungkuk dan tersenyum pada para penonton. Ia juga membungkuk sopan dan mengucapkan terimakasih pad apara kru yang bekerja sama di backstage.

 Ia meraih handuk dan mengusap keringatnya. Ia hendak mencari minuman ketika seseorang menyodorkan sebotol minuman padanya. Ia endongak melihat siapa orang itu.

“Ma.. manajer Zhang?” takjub Kai mendapati manajernya berada didepannya.

“Kau terlihat mengenaskan dipanggung tadi, Jongin. Aku tak menyangka kau bisa juga seperti itu.” Ucap sang manajer dengan senyum di bibirnya.

Jongin tentu saja senang. Ia mendapatkan kembali manajernya.

“Gomawo manajer Zhang, aku janji aku tak akan seperti dulu lagi.” Ujar Jongin.

“Ne, buktikanlah padaku bahwa seorang Kim Jongin sudah berubah.”
.
.
.
.
.
Jongin saat ini sedang free job. Hubungannya dengan sang manajer sangat baik. Bahkan sekarang mereka sudah seperti saudara.

“Jongin-ah, ada seseorang yang menunggumu di lobi apartemen.” Ujar Manajer Zhang.

“Nugu?” tanya Jongin.

“Entahlah, dia bilang kau harus menemuinya di lobi sekarang.”

“Ah.. seenaknya sekali memintaku menunggu. Dia pikir dia siapa?”

“Jongin, Please jangan kembali ke sifat lamamu.”

“Ahahaha.. mianhae Manajer Zhang hehe… Baiklah aku akan menemuinya.” Jongin langsung mengambil jaketnya dan segera keluar apartemennya. Ia sangat penasaran pada siapa yang mengajaknya bertemu ini.

Jongin sampai di lobi apartemen tapi ia tak menemukan siapapun yang dikenalnya. Dia sedikit mondar mandir dan menanyakan ke recepsionist apa ada yang menunggunya. Dan jawaban dari sang recepsionist hanya gelengan kepala karena tidak tahu.

Jongin sedikit mengumpat. Apa dia dikerjai?

Jongin memilih duduk di sofa yang ada di lobi. Ia kesal melupakan ponselnya di apartemenya sehingga ia tak bisa menghubungi manajernya.

“Itu pernyataan cinta terbodoh yang pernah kulihat.” Jongin menengok mendengar suara itu.

Seorang yeoja berdiri dibelakang Jongin dengan melipat tangannya didada. Jongin terkejut melihat yeoja itu. Yeoja itu mendekati Jongin yang masih mematung.

“Tapi itu pernyataan cinta yang terhebat.” Lanjut yeoja itu sambil tersenyum.

Jongin masih menatap tak percaya dengan apa yang sudah ada didepannya. Sang Yeoja yang merasa diabaikan tiba-tiba saja memasang wajah kesal. Ia menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya.

“Hya!! Kim Jongin!” teriak yeoja itu tepat didepan Jongin.

GREP..

Umpatan yang hendak dilontarkan yeoja itu terhenti ketika Jongin memeluknya erat.

“Thiya.. bogoshipeo..” bisik Jongin. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Thiya dan menghirup feromon yeoja itu.

“Nado, Jongin-ah” jawab Thiya.

“Saranghae, Thiya.”

“Tapi aku tidak mencintaimu, Kim Jongin.”

Mendengar itu Jongin melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat yeoja dihadapannya itu. Sesaat kemudiam smirk tercetak di wajah tampannya.

“Berhentilah menutupi perasaanmu padaku.” Ucap Jongin.

“Aku memang tak mencintaimu. Kau sendiri yang menyatakan cintamu padaku. Tetapi bagaimana karena aku tak mencintaimu sama sekali.” Jelas Thiya masih memasang wajah datarnya.

CHU~~

Jongin tiba-tiba saja mencium Yeoja itu, membuat sepasang mata kecil yeoja itu membulat. Orang-orang yang ada di lobi pun terbelalak menyaksikan moment itu. Fans diantara mereka yang melihatnya berteriak histeris.

“Tidak mungkin kau tak mencintaiku kalau wajahmu merah merona seperti mau meledak seperti itu!”

Thiya hanya mematung.

“Sudahlah kubilang apa. Kau tak bisa menyembunyikan perasaanmu padaku. Thiya Kim, yeoja yang mengaku menjadi manajerku dan dengan beraninya mengubah hidupku, membuat hidupku berubah 360 derajar. Ck. Berani sekali.”

CHUU~~

“Dan beraninya kau mengambil hatiku. Thiya Kim!”

Thiya sudah tak bisa bergerak. Banyak pasang mata yang menyaksikan keberanian seorang Kim Jongin.

“Sekarang kau masih berani bilang kalau kau tak mencintaiku. Baiklah. Aku akan menciumu lagi didepan para fansku sekarang.”

Baru saja Jongin akan kembali mencium Thiya sebelum..

“Na..nado saranghae, Kai..” Bisik Thiya cukup pelan sambil menunduk.

“Hm? Apa? Aku tak dengar?” Thiya mengutuk dirinya sendiri. Ia tahu kalau Kai pastilah mendengarnya.

“Nado.. saranghae, Kai..” Ucap Thiya yang kali ini mengeraskan suaranya.

“Apa? Aku masih tak dengar?”

“KIM JONGIN KAU MENYEBALKAN!!” Pekik Thiya kesal.

“Haha… mianhae baby.. mianhae.. akhirnya aku bisa melihat ekspresi manismu selain ekspresi datar yang biasanya kau perlihatkan padaku..”

Thiya menunduk, ia sudah merasa malu saat ini. Kim Jongin benar-benar tidak tahu tempat. Ia terlalu berani.

“Yes!! Dia membalas perasaanku!!!” Pekik Jongin tiba-tiba.

Orang-orang yang menyaksikan berteriak riuh. Entah dari mana fans-fans fanatic Jongin juga ada disana.

‘Uh.. bagaimana ini aku malu…’ Gumam Thiya.

“Angkat kepalamu, Baby…” Gumam Jongin sambil menarik dagu Thiya.

CHU~

“KKYAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” Teriakan riuh para fans yang sejak kapan memasang kamera ponsel maupun kamera digital yang mereka bawa mengabadikan moment idolanya itu.

Mungkin saja esok hari, entah diacara televisi atau di majalah dan tabloid, pasti semua akan gempar soal..

‘KIIM JONGIN MENDAPATKAN BALASAN CINTANYA, THIYA KIM. CHUKKHAHAMNIDA!!’

.
.
.
.
.
.

END






fiuh...
saya keringetan
ngebayanginnya aja keringetan
panas woy gerah
kipas angin mana kipas angin 

sekian ff dadakan ini hoho
gomawo udah baca :D

seperti biasaaa kecup basah dari author cantik

MUUAAAHH

*readers muntah*

Komentar

  1. Kurang panaaaaaaas, terlalu banyak TYPO hahaha

    BalasHapus
  2. Lain kali nulis nya diperhatiin ya thor, di cek spya gk bnyk typo lg. Ak kn jd bingung bc ny. Cm saran thor. Bkn ff yg bgs lg ne thor. Tp tnang thor. Niff kreeeennn ajik gilee

    BalasHapus
  3. haha iya sipp ,.. ketauan aku emang gak pernah cek setelah ngetik haha
    saran ditampung beb
    gomawoo udah baca..

    BalasHapus
  4. Bagus thor ceritanya. Tpi msh ada beberapa typo .. sma 'merubahku 360 derajat' klu pke logika itu kn lingkaran. Berarti sifatnya hanya berputar dan balik lg kesifat semula. Ngerti gk ? Klu 180 derajat. Mungkin bsa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer