Finnaly I Got You!
Title
: Finnaly I Got You
Author
: NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Main
Cast : Zhang Yixing a.k.a Lay (EXO-M), Kim Sungyoung (OC)
Other
cast : Byun Baekhyun (EXO-M), Choi Eun Ah (OC)
Genre
: Romance
Rate
: T (PG-15)
Length
: Oneshoot
Disclaimer
: The cast are belongs to God and their parents, but the story is pure mine ^^
Cuap-cuap
Author:
Anneyong…
Ketemu
lagi sama saya Author yang paling kece menurut saya sendiri..(jangan ada yang
protes! *dibakar readers)#plakk kembali ke topic..
Akhirnya
saya netik FF lagi setelah sekian lamaa… *nyanyi bareng Ridho Rhoma*
FF
ini sebenarnya didedikasikan buat saengie kuu yang paling lucuuuuu yang lagi
ulangtahun.. sengaja ff ini di post tepat di tanggal ultahnya hehe…
Saengil
Chukkhahamnida Saeng…. Miaan onnie Cuma bisa memberikan FF geje bin ajaib ini…
tapi semoga Saeng suka yaahh.. oke deehh silakan di baca hadiahnya ya Saengie…
hehe
Buat
Readers tercintahhh selamat membacaaa :D
Warning…
Sorry for typos.. bahasa ngga baku dan kekurangan lainnya… Keep learning :D
Happy Reading :D
Bruk!
“Aku
lapaaaarrrr…!!!!” Gadis berseragam SMA itu menjatuhkan dirinya di lantai. Saat
ini ia sedang berada di atap gedung sekolah, tempat favoritnya. Ia memejamkan
mata merasakan hembusan angin, ah, bukan, ia memejamkan mata merasakan melodi
tak beraturan dari salah satu bagian tubuhnya, yakni perutnya. Suaranya
mengerikan.
“Ya!
Baekhyun-ah! Eun ah-ya! Berhentilah bermesraan dihadapanku! Itu menjijikan!”
teriaknya lagi menegur dua orang sahabat karibnya sedang asyiknya mengobrol di
hadapanya.
Gadis
itu melemparkan deathglarenya pada kawannya itu, namun yang di tegur hanya
menunjukkan ekspresi yang seakan mengatakan pergi-saja-kau-mengganggu-momen-kami.
“Ahh
kalian bermesraan tidak tahu tempat!”
“Kau
lapar Sung Young-ah?” Tanya Eun Ah, sahabat dekat Sung Young –gadis itu-
“Apa
perlu aku berteriak sekali lagi? AKU LAPAAAAARRRR…!!!!” Baekhyun dan Eun Ah
menutup telinga mereka. Mereka tak mau ambil resiko sakit telinga setelah
mendengar teriakan 6 oktaf dari Sung Young.
“Arra
arra.. ayo kita ke kantin, ne?” Eun Ah bangkit dari duduknya dan meraih lengan
Sung Young untuk berdiri. Ia mengerti sahabatnya ini sedang super bad mood.
Akhirnya
mereka bertiga turun dari atap dan berjalan menuju kantin.
“Kau
dengar Sung Young-ah.. katanya dokter sekolah kita sedang cuti melahirkan.. dan
sekarang digantikan dokter baru..” Ujar Eun Ah sambil mengantri mengambil
makanan.
“So?
Ada hubungannya denganku? Apa dengan mengetahui itu aku bisa kaya? Aku bisa
kenyang???” jawab Sung Young asal membuat Eun Ah mendengus sebal.
“Aku
hanya memberitahumu Sungie sayaaaanggg…!” nada bicara Eun Ah meninggi.
“What?
Sungie?? Panggilan macam apa itu??” protes Sung Young. Eun Ah memutar bola
matanya malas. Sahabatnya ini sangat menyebalkan jika sudah begini.
“Ehm,
girls, sudah selesaikah mengambil makanannya? Ayo kita segera cari kursi okee…”
Baekhyun yang sedari tadi menyaksikan percekcokan kecil dua yeoja itu akhirnya
mulai angkat bicara.
Mereka
menuju bangku pojok, Eun Ah berjalan dibelakang Baekhyun, sedangkan Sung Young
berjalan dibelakang pasangan babyface itu.
Brak!
Prang!
Tanpa
sadar Sung Young menabrak sesuatu, ah bukan, seseorang. Nampan berisi
makanannya terlepas dari tangannya dan berserakan di lantai kantin. Sung Young
memejamkan matanya erat, ia sudak pasrah saja ketika ia merasa tubuhnya oleng
gara-gara tabrakan tadi. Tapi sebuah lengan dengan sigap menahan pinggang Sung
Young dan menahan tubuh yeoja itu agar tidak jatuh.
“Gwaenchana?”
Sung Young perlahan membuka matanya dan mendapati sesosok namja dengan dimple
di pipi kanannya menatapnya penuh rasa khawatir.
“A..ah..
mi.. mianhae.. aku berjalan sambil melamun..” Ucap Sung Young gagap sambil
mencoba melepaskan pelukan namja itu.
“Justru
aku yang seharusnya minta maaf, makananmu berserakan dan tidak bisa dimakan
lagi..” Ucap namja itu.
“Ah..
gwaenchana.. aku bisa mengambil lagi..” Sung Young merapikan seragamnya yang
sedikit berantakan. “Omo! Ke..kemejamu..! kemejamu kotor!” Pekik Sung Young
setelah melihat sedikit noda di kemeja biru yang namja itu pakai.
Namja
itu menunduk dan benar, ada noda saus tomat yang cukup banyak disana.
“Ah..
ini tidak apa-apa..”
“Tidak!
Aku harus membersihkannya! Cepat lepaskan kemejamu!” Ujar Sung Young refleks.
“A..apa?!”
Namja itu kaget dengan perintah Sungyoung barusan. Jelas saja. Sungyoung
tiba-tiba saja memintanya melepas kemejanya di tempat umum seperti ini.
Meskipun kemeja itu memang tidak terkancing karena namja itu memakai T-shirt
didalamnya, tapi tetap saja, sedikit ambigu.
“BHUAHHAHAHAHAHHAHAHHAHHAHAA!!”
Sungyoung terkejut mendapati orang-orang sekitarnya tertawa terbahak-bahak.
Sepertinya sejak peristiwa tabrakan tadi keduanya jadi pusat perhatian di
kantin sekolah yang luas itu.
Sungyoung
menunduk. Wajahnya memerah karena malu. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak
pernah memperhatikan sekitar.
“Mi..mianhae..
jeongmal mianhae.. mianhae..” Ucap Sungyoung sambil membungkuk berkali-kali.
“Gwaenchana..
ini, kau ingin membersihkannya kan?” ucap namja itu sambil menyodorkan kemeja
birunya.
Sungyoung
mendongak menatap namja itu, dilihatnya namja itu tersenyum manis
memperlihatkan dimple menawannya. Sungyoung menelan salivanya berat. Shit..
mengapa orang ini tersenyum seperti itu. Batinnya.
“Halooo..
kau masih sadar?” namja itu mengerak-gerakkan tangannya dihadapan Sungyoung.
Seketika Sungyoung tersadar dari fantasi liarnya(?).
“A..ah..
ne, aku akan membersihkan kemejamu, sekali lagi.. Mianhae.. mianhae…” Sungyoung
kembali membungkukkan badannya.
“Ne,
gomawo sudah mau membersihkan kemejaku.. Em.. namaku Zhang Yixing.. siapa
namamu?” katanya seraya mengulurkan tangan kanannya dihadapan Sungyoung.
“A..aku..
Kim Sungyoung imnida.. bagapta..” Sungyoung menyambut uluran tangan namja
bernama Yixing itu.
Namja
itu beranjak pergi dari kantin meninggalkan Sungyoung yang masih mematung
disana. Sungyoung cepat-cepat tersadar dan kembali memesan makanannya. Sesaat
tadi ia sempat melupakan perutnya yang meronta-ronta minta diisi itu.
“Ah,
tidak usah, namja tadi sudah menggantinya, katanya kau tak perlu mambayar
lagi..” Ucap yeoja paruh baya penjaga kantin ketika Sungyoung hendak membayar
makanannya.
“Ah?
Jinjja?”
“Ne,
ia bilang mau menggantikan makananmu yang jatuh tadi…”
“Ah..
gomawo ahjumma..” Sungyoung segera menuju kursi dimana Eun Ah dan Baekhyun
berada.
“Aku
tak menyangka kau seberani itu, Sungie-ah…” Ucap Baekhyun setelah Sungyoung
menempelkan tulang duduknya di kursi.
“Otakmu
pervert juga, Sungie-ah..” Sambung Eun Ah.
“Lanjutkan
saja makan kalian dan berhenti panggil aku ‘Sungie’!” Ucap Sungyoung cuek
sambil memasukan makanan kedalam mulutnya. Santai sekali. Ya.. santai.. padahal
dalam hatinya..
‘Ya Tuhan! Yang barusan itu apa?? Yang
tadi itu apa??? Namja itu siapaa?? Ya Tuhaann..Ya tuhaaann!!!’
Baekhyun
dan Eun Ah menghela nafas berat dan melanjutkan acara makan mereka.
“Huh..
padahal tadi suasananya bagus.. makan bersama Eun Ah chagiya sambil menonton
drama gratis live pula…” Gumam Baekhyun pelan, tapi masih terdengar oleh
Sungyoung.
“Kau
bilang apa tadi? Heh Bacon?!” terasa deathglare mengerikan dari Sungyoung.
“A..ah..
cuaca cerah, ya Chagiya…” ucap Baekhyun menatap memelas kepada Eun Ah.
Eun
Ah menatap Sungyoung yang makan dengan lemas. Bukan seperti Sungyoung yang
biasanya. Ia juga melihat kemeja biru di pangkuan Sungyoung. Eun Ah hendak
bertanya, tapi ia urungkan karena sepertinya Sungyoung sedang un-ask-able.
.
.
.
.
.
Sungyoung
POV
Aku
berjalan setengah berlari di koridor ini. Sial aku kesiangan.. Gara-gara
semalaman aku tidak bisa tidur..ah sudahlah.. aku tidak bisa tidur memikirkan
si Yixing itu! Ah entahlah kenapa. Yang pasti aku sudah mencuci bajunya dan aku
harus menyerahkannya hari ini juga.
Brak!
AKu
membuka pintu kelasku kasar setelah sebelumnya melirik jam yang melingkar di
pergelangan tanganku. Syukurlah.. masih ada 3 menit lagi sampai Han sonsaengnim
datang. Aku buru-buru ke tempat dudukku. Mengatur nafasku yang memburu.
“Sungie-ah..
kenapa terlambat?” Eun Ah bertanya disampingku.
“Gwaenchana..”
jawabku seadanya.
“Kau
pucat Sungie-ah.. sebelum berangkat kau sarapan kan?” Eun Ah menyentuh dahiku
dengan punggung tangannya.
Uh,
sial aku pusing… aku baru ingat semalam aku melewatkan makan malamku, dan tadi
pagi pun aku melewatkan sarapanku, pantas saja.. aku lemas..
“Gwaenchana
Eun ah-ya…”
Author
POV
Sungyoung
masih mengatur nafasnya. Tapi tubuhnya tiba-tiba saja limbung dan..
Bruk!
“Sungyoung-ah!
Ya Tuhan.. ada apa denganmu!! Baekkie tolong cepat bawa dia ke UKS…” Eun Ah
panic mendapati Sungyoung ambruk. Dengan segera baekhyun menggendong Sungyoung
dan membawanya ke UKS, ditemani Eun Ah dibelakangnya.
“Cepat
baring kan dia disini…” Ucap seorang namja yang berada di UKS. Dengan cepat ia
memeriksa keadaan Sungyoung.
“Bagaimana
Sungyoung..?” Tanya Eun Ah.
“Dia
baik-baik saja, hanya karena perutnya kosong.. biarkan saja dia disini sampai
ia sadar…tenang saja aku yang akan menjaganya” Jelas namja itu.
“Ng
Gomawo.. uisa-nim..” Ucap Baekhyun sambil membungkuk.
“AH..
jangan panggil aku seformal itu.. ” Ucap namja itu sedikit terkekeh.
Eun
Ah sedikit memutar ingatannya.
‘Oh
iya.. dia ini namja yang kemarin di kantin itu kan?’ gumamnya dalam hati.
“Kau
ini….?”
“Ah..
ne.. Zhang Yixing imnida.. aku dokter baru di sekolah ini, menggantikan nn.
Jung yang sedang cuti melahirkan…” ucap namja itu yang ternyata Yixing.
“Ah..
ne.. kalian.. Byun Baekhyun.. dan Choi Eun Ah?” Baekhyun dan Eun Ah mengangguk.
“Aku
yang akan menjaga Sungyoung disini, sekarang kalian bisa kembali ke kelas..
pelajaran sudah dimulai kan?” Baekhyun dan Eun Ah kembali mengangguk.
“Gomawo
Yixing-ssi…” ucap mereka sebelum pergi dari UKS.
“Hm..
ada-ada saja..” Yixing menggeleng sedikit terkekeh. Ia menatap Sungyoung yang masih
belum sadar dan mendekatinya.
“Dasar
ceroboh.. bisa-bisanya membiarkan perut kosong seperti itu.. Tunggu disini
sebentar ne?” ujarnya pelan sambil mengusap rambut Sungyoung sekilas kemudian
pergi ke luar ruang UKS.
.
.
.
Gadis
itu membuka matanya perlahan. Kepalanya masih terasa pening. Ia mengerjapkan
matanya imut, mencoba membiasakan sinar yang masuk ke matanya. Ia mendapati
atap putih dalam pandangannya.
“Sudah
bangun, eum?” Sungyoung menoleh kearah sumber suara itu. Terlihat Yixing
menyembul dari balik gorden warna crème tersebut membawa nampan berisi makanan.
“Hah?
Kau.. itu..” Sungyoung berusaha mengingat-ingat.
“Tidak
mungkin kau lupa padaku kan?” ujar Yixing sedikit terkekeh. Ia berjalan
mendekati tempat tidur Sungyoung dan meletakkan nampan itu di meja nakas
sebelah tempat tidur.
“Kenapa
kau ada disini?” Tanya Sungyoung curiga. Ia curiga saja kalau orang yang kemarin
ia temui dan tak sengaja ketumpahan saus tomatnya ternyata orang jahat yang
mencoba menculiknya. Oke. Berlebihan Sungyoung.
“Ah!
Apa aku belum memberitahumu? Aku dokter baru di sekolah ini.. menggantikan
dokter sebelumnya yang sedang cuti melahirkan…” Jelasnya.
Sungyoung
mengangguk. Ternyata orang itu seorang dokter.. pantas saja..
“Ah,
ini. Kau belum makan kan? Aku membawakan ini..” Yixing menyodorkan nampan itu.
“Bagaimana
kau tahu aku belum makan?” Tanya Sungyoung.
“Tentu
saja aku tahu.. aku ini dokter. Yang memeriksamu itu aku. Aku tahu penyebab kau
pingsan…” Jelas Yixing.
“Ahaha..
mian.. “ Sungyoung mengambil nampan itu.
“Makanlah..
ehm.. sebenarnya ini masakanku, mian kalau itu kurang enak..” Yixing membantu
Sungyoung meletakkan nampan itu di meja lipat dihadapan Sungyoung. Kemudian
duduk dikursi samping ranjang.
“Ini
benar-benar masakan buatanmu? Hei ini benar-benar enak…” Ujar Sungyoung setelah
mencicipi makanan itu.
“Jinjja?
Gomawo…” Yixing tersenyum kembali menampakkan dimple menawannya. Samar terlihat
semburat merah di kedua pipi Sungyoung.
“Ehm..
ne… neomu mashita.. Yixing-ssi jjang..!” Ucap Sungyoung sambil mengunyah
makanannya.
“Jangan
panggil aku seformal itu.. Rasanya canggung..”
“Ne?
Kalau begitu aku akan memanggilmu.. Yixing uisanim? Yixing sonsaengnim?
Yixing…”
“Ya!
Itu sama saja! Terlalu formal!”
“Haha..
mianhae.. lantas bagaimana aku harus memanggilmu?”
“Kau
bisa panggil aku Lay..”
“Lay?”
“Ne..
itu nama kecilku.. teman-teman dekatku memanggilku seperti itu…”
“Oh..
Ne.. Lay-ssi..”
“Tidak
usak memakai embel-embel –ssi.. panggil namaku saja..”
“Oh
ya.. Ehm.. Lay…”
“Begitu
lebih baik..” Ucapnya tersenyum. Yixing atau Lay mengusap ujung bibir Sungyoung
yang sedikit belepotan saus.
“Pelan-pelan
makannya.. Sungie..”
“Hah?”
Sungyoung menghentikan kegiatan makannya dan menatap Lay.
“Aku
lebih nyaman memanggilmu dengan nama itu.. tidak apa-apakah Sungie?”
“Ehm..
terserah kau saja…” Sungyoung kembali melanjutkan makannya. Dapat dilihat
semburat merah yang manis terpampang di pipi chubbynya.
Lalu
terdengarlah obrolan hangat di ruangan itu. Sungyoung segera kembali ke kelas
setelah ia merasa baikan. Ia setengah berlari kembali ke kelasnya.
“Sungie~..
Gwaenchana?” Eun Ah langsung menghambur mendekati Sungyoung.
“Ah..
aku tidak apa-apa Eun Ah-ya.. mianhae.. membuatmu cemas..” Jawab Sungyoung
sambil duduk di bangkunya. Matanya melirik kearah paperbag berwarna coklat yang
tersimpan manis dibawah mejanya.
“Omo!
Aku lupa mengembalikan kemejanya…” Gumam Sungyoung.
“Ah..
aku kembalikan pulang sekolah saja…” Lanjutnya.
.
.
.
.
.
Sungyoung
melirik jam tangannya. Pukul 15.45, Sudah 45 menit berlalu sejak jam pulang
sekolah. Sekolah sudah sepi. Tentu saja.
“Ah..
gara-gara piket aku sampai terlambat pulang seperti ini…” Gerutunya sambil
membereskan tasnya.
Ia
segera beranjak dari ruangan kelasnya. Segera melangkahkan kakinya kearah UKS,
berharap Lay masih ada disana. Langkah itu berhenti tepat didepan pintu bercat
putih itu. Pintunya terkunci.
“Hhh..
sudah kuduga.. pastinya dia sudah pulang. Siapa yang mau berlama-lama di
sekolah… kukembalikan besok saja…” Sungyoung memutar arah menuju gerbang
sekolah.
Langkahnya
kembali berhenti ketika ia melewati ruang latihan dance yang biasa dipakai
ekstrakurikuler dance. Terdengar alunan music dari dalam. Hari ini tidak ada
kegiatan ekstrakurikuler, siapa yang memakai ruangan ini?
Penasaran,
Sungyoung membuka pintu ruangan yang besar itu, masuk kedalamnya dan mendapati
seorang namja yang mengenakan celana panjang warna coklat dengan atasan sehelai
kaos tanpa lengan berwarna putih. Namja itu sedang meliukan menggerakkan
tubuhnya mengikuti alunan music. Sepertinya dia tak menyadari kedatangan
Sungyoung.
“Lay..?”
Gumam Sungyoung pelan, sangat pelan. Matanya tak lepas dari namja itu.
Bagaimana ia menggerakkan tangan dan kakinya juga meliukkan tubuh lenturnya,
serta mengibaskan poninya yang terlihat basah karena keringat. Namja itu
berputar, dan…
“Huwaa!!”
BRUK!
Namja itu terjatuh dengan tidak elitnya ketika tak sengaja melihat Sungyoung
diujung ruangan dekat pintu sedang berdiri melihatnya ketika sedang berputar
tadi.
Sungyoung
mengerjabkan matanya lucu, sesaat tadi ia terpukau melihat tarian Lay.
“Ya!
Sejak kapan kau ada disana?” Kata Lay sambil berusaha berdiri.
“Ehm..
mianhae.. mengagetkanmu… tadi mencarimu ke ruang UKS tapi disana sepi, kukira
kau sudah pulang.. dan.. ya begitulah..” Jelas Sungyoung.
“Ssh..
ada apa kau mencariku?” Ucap Lay setelah duduk dan mengatur nafasnya.
“Aku
mau mengembalikan kemejamu..” Kemudian Sungyoung mendekati Lay dan menyerahkan
paperbag itu.
“Ah..
gomawo..” ucap Lay sambil tersenyum. Sungyoung tersenyum dan mengangguk.
“Akh!”
Pekik Lay ketika ia akan berdiri. Ia memegangi pergelangan kaki kanannya yang
terasa sakit.
“Gwaenchana?”
Sungyoung duduk disamping Lay dan menatap khawatir namja itu.
“Sepertinya
tadi aku terkilir..” ujar Lay sambil memijit pelan pergelangan kakinya.
“Uhm..
pasti gara-gara tadi.. mianhae..” Sungyoung menunduk.
“Ah…
aku baik-baik saja, ini sudah biasa bagi dancer sepertiku.. tidak apa-apa.
Tenang saja…” Lay tersenyum, ia terus memijat pelan pergelangan kakinya.
Keheningan tercipta di ruangan itu sampai Sungyoung membuka pembicaraan.
“Kau..
seorang dancer?” Ucap Sungyoung pelan.
“Ehm..
ya begitulah.. dance adalah hobiku.. menjadi seorang dancer adalah impianku”
jawab Lay.
“Lalu..
kenapa sekarang kau menjadi dokter?”
“Ayahku
menginginkanku menjadi dokter.. dan aku mencoba memenuhi keinginannya..” Jelas
Lay.
“Dia
memintaku bekerja sementara di sekolah miliknya, selama menunggu waktu
keberangkatanku kembali ke Cina dan praktek disana secara resmi..” lanjutnya.
“Tu..tunggu…
sekolah ini milik ayahmu?” Tanya Sungyoung terkejut.
“Ah..
ne..” Lay mengatakannya sambil tertunduk, tidak ada nada kesombongan di
ucapannya.
Sungyoung
memperhatikan Lay yang masih memijit kakinya. Ia melihat sinar mata Lay sedikit
redup. Mungkinkah.. menjadi dokter bukan keinginan Lay… Tapi Lay melakoninnya
karena keinginan ayahnya. Anak yang baik.. begitu gumam Sungyoung.
“Ehm..
mianhae.. aku banyak bertanya..” Ucap Sungyoung kemudian.
“Gwaenchanayo..
aku senang membicarakannya denganmu…” Ucap Lay sambil tersenyum.
“Ah..
sudah gelap.. ayo kuantarkan pulang..” Ujar Lay seraya berdiri.
“Ah..
ani.. tidak usah.. aku pulang sendiri saja..” Sungyoung segera beranjak dari
duduknya.
“Kau
pulang menggunakan apa?” Tanya Lay.
“Ehm..
Bis kota…”
“Tidak!
Aku akan mengantarmu!”
“Ah..
tidak usah..”
“Seorang
gadis tidak baik pulang sendiri di senja seperti ini. Dimana alamatmu?” Ucap
Lay final membuat Sungyoung mengurungkan niatnya untuk menolak lagi.
Lay
berjalan keujung ruangan, mengusap keringatnya memakai handuk lalu mengenakan
cardigan abu-abu dan sedikit merapihkan rambutnya. Kemudian menggantungkan tas
MCM coklatnya di bahu kanan dan menjinjing paperbag berisi kemeja yang tadi
dibawa Sungyoung.
“Kajja…”
Lay menarik tangan Sungyoung dan keluar dari ruangan itu.
Keadaan
sekolah sudah sangat sepi, terang saja.. sekarang sudah hampir jam 5 sore. Lay
segera mendekati mobilnya yang berada di parkiran. Sungyoung membulatkan
matanya mendapati sebuah mobil sport berwarna putih dihadapannya. Lay
membukakan pintu untuk Sungyoung. Gadis itu segera masuk. Lay memutar dan duduk
dibelakang kemudi. Mobil itu mulai berjalan keluar halaman sekolah luas itu.
Lagi-lagi
hening yang tercipta diantara mereka. Seakan semburat orange di langit sore tidak
bisa membuat dua anak manusia itu mulai membuka mulut mencairkan suasana.
Mereka seperti terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Sungyoung
sedikit memperhatikan namja disebelahnya ini. Entah kenapa rasanya beda sekali
ketika ia mengenakan jas putih dokternya dengan ia yang hanya mengenakan kaus
putih dilapis cardigan seperti ini. Ia sedikit penasaran berapa usia namja ini.
“Engh..
Sebenarnya berapa umurmu?” Akhirnya Sungyoung menyuarakan pikirannya.
“Ne?”
Lay sepertinya masih focus menyetir tidak begitu mendengarkan Sungyoung.
“Em..
umurmu…?”
“Ah..
21.. wae?” jawab sekaligus tanya Lay. Ia masih focus ke jalan dan mengendalikan
kemudinya.
“Ti..tidak
apa-apa.. hanya saja.. rasanya beda kau yang seperti ini dengan kau yang mengenakan
jas dokter itu…”
Lay
terkekeh mendengar penjelasan Sungyoung.
“Kau
mengira aku pria berumur 40?” Tanya Lay.
“Ah..
ani! Aku tidak berfikiran seperti itu!”
Kembali
hening, entahlan sepertinya mereka suka sekali diam-diaman seperti ini.
“21
tahun dan seorang dokter? Apa dia seorang jenius?” Sungyoung berucap dalam
hati.
“Tunggu…
tadi dia bilang sementara bekerja di sekolah sampai waktunya kembali ke Cina?
Apa dia akan pergi?” Lanjutnya masih dalam hati.
Lay
yang memperhatikan gerak gerik Sungyoung mulai membuka mulutnya.
“Wae?
Kau terlihat gelisah?” tanyanya.
“Ehm..
itu..”
“Hm?
Apa?” desak Lay.
“Tadi
kau bilang… kau akan ke Cina?” Akhirnya Sungyoung kembali menyuarakan
pikirannya.
“Ah..
itu.. iya aku akan pulang ke Cina ketika aku sudah mendapat izin praktek
disana..”
Sungyoung
kembali terdiam. Ada sedikit perasaan tidak rela ketika mendengar Lay akan
pergi ke Cina. Entahlah rasanya seperti kehilangan. Hey Sungyoung ada apa
denganmu?
Perjalanan
itu berlanjut. Kembali dengan keheningan.
.
.
.
.
.
Waktu
tentu saja tidak diam. Sejak kejadian ‘mengantar pulang’ itu, Sungyoung dan Lay
enjadi dekat. Sederhana saja, hanya hubungan teman.
Pagi
itu Eun Ah sedang asik menusuk-nusuk(?) pipi chubby Sungyoung. Sedangkan
Sungyoung hanya diam sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Hari ini ia
merasa tak bertenaga.
“Sungie-ah..
ada apa sih? Kenapa lemas begitu eoh?” Tanya Eun Ah.
“Entahlah
Eun Ah-ya..” Tanya Sungyoung tak bersemangat.
“Huaaa
syukurlah kau tidak protes kupanggil seperti itu…” ucap Eun Ah.
“Apa
gara-gara dokter itu juga memanggilmu seperti itu???” Eun Ah sedikit menggoda.
BLUSH!
Pipi Sungyoung merona merah.
“A..ah…
apa yang kau bicarakan Eun Ah-ya..”
“Hihihihi..
jangan sangka aku tak tahu Sungie-ah.. aku itu mengenalmu, sangat. Aku dan kau
sudah bersahabat sejak masih menjadi janin. Aku sangat tahu sifatmu.
Sungie-ah.. kau menyukai dokter itu?” Tanya Eun Ah frontal.
Sungyoung
membulatkan matanya. Ia memalingkan wajahnya yang makin memerah mencoba
menghindari tatapan sahabatnya dan menyembunyikan rona merah wajahnya.
Eun
Ah hanya terkikik melihat tingkah sahabatnya ini.
‘Sahabatku
ini sedang jatuh cinta rupanya… kyaaa lucunyaaaa’ teriak Eun Ah dalam hati.
.
.
.
.
.
Sekarang
Sungyoung sedang bersama Lay. Mereka berdua sedang menghabiskan waktu di Lotte
World. Kalian bertanya kenapa mereka berdua? Hey, mereka sudah akrab ingat? Dan
sepertinya mereka sudah merasa nyaman satu sama lain.
Sungyoung
sedang duduk di kursi dekat pohon ditengah Lotte World. Ia sedang menunggu Lay
membeli minuman. Ia melirik mendapati dua orang yeoja sedang mengobrol riang.
Ia mengenali mereka, mereka siswa kelas sebelah, Sungyoung memang tidak akrab
dengan mereka, hanya mengenalnya.
“Kau
tahu? Aku sekarang sedang menaruh perhatianku pada dokter sekolah kita itu..”
salah satu yeoja itu berkata.
“Dokter
Yixing maksudmu? Ah… iya dia memang tampan…” yeoja satunya menimpali.
“Ya!
Dia itu milikku! Enak saja kau rebut…Aku yang akan mendapatkannya!”
“Ah..
kau ini, aku kan hanya bilang dia tampan!”
“Tapi..
rasanya aku sering melihatnya bersama yeoja… hm… anak kelas sebelah kita itu..
ah.. aku lupa siapa namanya..”
“Ee?
Benarkah?”
“Ne,
mereka sering terlihat berdua.. padahal kan yeoja itu tidak ada menariknya… ia
tidak pernah berdandan.. gayanya pun biasa.. aku tidak mengerti kenapa dokter
Yixing selalu bersamanya! Mana mungkin kan selera dokter Yixing seperti itu..
dia kan dokter muda tampan dan modis.. mana mungkin kan? Hahahha”
Kedua
yeoja itu tertawa lepas, lalu pergi. Sepertinya mereka kembali menikmati
permainan di taman bermain itu.
Sungyoung
menunduk. Ia menggigit bibirnya. Ia tak sengaja mendengarkan obrolan kedua
yeoja itu. Ia kesal. Apa salah jika dirinya yang berada di samping Lay. Apa
salah kalau dirinya yang sering bersama Lay? Apa salah kalau dirinya mulai…
mencintai Lay?
“Ah..
mianhae Sungie-ah! Tadi ada kesalahan di mesin penjual minumannya… Mian
membuatmu menunggu lama..” Lay masih mengatur nafasnya yang sedikit tersengal
karena ia tadi sedikit berlari.
“Sungia-ah..?
Gwaenchanayo? Ada apa denganmu?” Lay yang menyadari ada yang tidak beres dengan
Sungyoung merundukan tubuhnya mencoba menatap Sungyoung yang terus menunduk.
“Kau
sakit?” Lay mencoba menyentuh dahi Sungyoung tapi tangan Sungyoung segera menahannya.
Sungyoung
segera berdiri dan berlari menjauhi Lay.
“Ya!
Sungyoung! Mau kemana?!” Lay yang kaget dengan sikap Sungyoung yang tiba-tiba,
mematung ditempatnya. Ia mencoba mengejar Sungyoung tetapi tak menemukan jejak
gadis itu.
“Aish..!
Ada apa dengannya?!” Ucap Lay frustasi sambil mengacak rambutnya.
.
.
.
.
.
BRAK!!
Sungyoung
membanting kasar pintu kamarnya. Kedua orang tua Sungyoung yang baru saja
datang terlihat kaget mendapati putri semata wayangnya pulang dalam keadaan
menangis. Ya.. Sungyoung menangis.
“Chagiya..
kau kenapa..?” Umma mengetuk pintu kamar aegyanya itu.
“….”
Tidak ada jawaban dari dalam.
Sang
Umma melirik kea rah suaminya yang berdiri dibelakangnya. Sang Appa menghela
nafas berat.
“Biarkanlah
dia sendiri. Suruh saja maid membuatkan makanan untuknya. Antarkan padanya
ketika ia mulai tenang.” Ucap sang Appa.
Ya..
keluarga Sungyoung termasuk keluarga berada. Tetapi Sungyoung menolak fasilitas
sopir yang diberikan sang Appa. Ia lebih suka pergi kemanapun menggunakan Bis.
Sungyoung adalah gadis mandiri, ia tidak mau merepotkan siapapun meskipun
orangtuanya memfasilitasinya. Ia menyukai kesederhanaan. Maka dari itu
Sungyoung lebih suka mengenakan apapun yang hanya ingin ia kenakan, tanpa
berdandan lebih, seperti kebanyakan teman-teman di sekolahnya mengingat sekolah
itu diisi oleh anak-anak pengusaha kaya dan anak-anak berprestasi. Dan sejak
bertemu Lay, Sungyoung merasa sedikit tertegun, Lay yang ia tahu pasti berasal dari
keluarga berada, dengan segala kerendahan hatinya, Lay tidak pernah
menyombongkan dirinya. Bahkan ia rela melepaskan impiannya demi membahagiakan
orangtuanya. Sungyoung merasa segan padanya. Dan ya.. sekarang Sungyoung mulai
mencntainya. Tapi rasanya menyakitkan.
Sungyoung
berdiri di depan cermin besar. Ia memperhatikan penampilannya.
Kaus
oblong yang ukurannya kebesaran, celana jeans pendek selutut, rambut pendek
yang dibiarkan terurai.
“Benar..
mana mungkin Lay mau menyukai orang sepertiku.. Aku terlihat suram. Pasti lay
menyukai yeoja yang cantik…” Ucapnya sambil menunduk.
“Kalau
dia menyukaiku, pasti dia sudah mengatakannya dari dulu..” lanjutnya.
“Hhhaaahh….”
Ia menghela nafas panjang. Ia membanting tubuhnya ke kasur empuknya. Meraih
sebuah bantal dan meletakkannya diatas wajahnya.
“HUUAAAAAAAAAAHHH
AKU KESAAAAAAAALLLLLL!!!!!!!” Akhirnya ia berteriak.
Diluar
kamar Sungyoung, Appa hampir saja menumpahkan gelas kopinya, Umma hampir saja
terpeleset tangga. Sedangkan para maid yang tengah menyiapkan makan malam
tersentak hampir menumpahkan masakan mereka.
.
.
.
.
.
.
Sudah
berhari-hari Sungyoung dan Lay tidak terlihat bersama. Ah lebih tepatnya
Sungyoung telihat menghindar ketika tak sengaja bertemu Lay disekolah. Bahkan
Sungyoung memutar jalan menuju kelas agar tidak melewati ruang UKS.
Sungyoung
akan menolak jika diajak kekantin. Eun Ah merasa khawatir dengan sahabatnya
ini. Tak jarang Sungyoung juga melewatkan makan malam bersama keluarganya. Dari
hari ke hari Sungyoung makin terlihat pucat. Ia terlihat tak bertenaga.
“Aku
harus lebih kurus lagi.. agar aku bisa memakai baju yang manis dan lucu” gumam
Sungyoung ketika berada dikamarnya.
Ah
Sungyoung.. tak tahukah kau? Keadaanmu sekarang menyedihkan. Tubuhmu kurus dan
kulitmu pucat.
.
.
.
.
Lay
sedang bergerak mengikuti alunan music. Beberapa hari ini ia terlihat tak
bersemangat. Ia menghabiskan waktu di ruang dance sampai ia merasa lelah.
“Akh!”
Ia memekik kemudian membaringkan tubuhnya di lantai kayu ruangan itu. Ia
mengatur nafasnya yang menderu. Matanya menatap lurus ke langit-langit.
“Sungyoung..
ada apa denganmu? Kenapa kau menjauhiku eoh?” Tanyanya entah pada siapa. Ia
masih mengatur nafasnya sampai sebuah suara mengagetkannya.
Lay
menoleh kearah pintu mendapati bayangan seseorang dari kaca pintu. Ia lalu
segera berdiri dan berlari kearah pintu dan pendapati Sungyoung yang telah
berlari menjauh dari tepat itu.
“Sungie..!!
Sungyoungie..!!” Lay mengejar yeoja itu.
“Tunggu!
Sungyoungie..!!!” Lay mempercepat larinya dan sebisa mungkin meraih tangan
Sungyoung.
.
.
.
.
Sungyoung
kembali pulang sekolah terlambat. Ia berjalan gontai hendak keluar dari area
sekolah. Namun langkahnya terhenti ketika melewati ruang dance. Ia mengintip
dari kaca pintu ruangan itu.
“Lay..”
Gumamnya.
“Aku
merindukanmu, Lay” Gumamnya lagi. Tak terasa matanya sudah basah. Tak sengaja
ia menjatuhkan tas yang tadi digenggamnya. Ia segera mengambil tas itu. Ia
terkejut mendapati Lay yang tengah berjalan kearah pintu. Ia segera lagi dari
tempat itu. Tak dipedulikannya teriakan Lay yang memanggilnya. Ia terus saja
berlari.
“Sungyoung!
Berhenti!” Lay berhasil meraih pergelangan tangan Sungyoung. Namja itu langsung
menarik sang yeoja kedalam dekapannya. Lay masih mengatur nafasnya setelah
berlari tadi. Ia merasakan tubuh yeoja dalam dekapannya bergetar. Sungyoung
menangis.
“Sungyoung..
kenapa denganmu?” Ucap Lay pelan sambil mengelus punggung Sungyoung.
Tak
ada jawaban dari Sungyoung, hanya terdengar isakan. Lay makin mengeratkan
pelukannya ketika merasakan tubuh Sungyoung melemas.
“Sunyoungie..
kau kurus..” Ucap Lay lirih.
“Lay..
kumohon.. jangan mendekat padaku lagi..” Ucap Sungyoung lemah.
“Eh?
Wae?” Tanya Lay sedikit menaikkan suaranya.
“Karena…
aku..” Seketika itu Sungyoung makin melemas dan ia terjatuh. Untungnya dengan
sigap Lay menangkap tubuhnya. Sungyoung pingsan. Lay segera saja membawanya ke
mobil dan mengantar Sungyoung pulang ke rumahnya.
“Sungyoungie…
ada apa denganmu?” Ucap Lay dalam hati.
.
.
.
.
.
.
Lay
duduk disamping tempat tidur Sungyoung. Beberapa saat lalu ia tiba dirumah
Sungyoung dan para maid langsung membukakan pintu kamar Sungyoung agar ia
segera dibaringkan. Orang tua Sungyoung tak ada dirumah. Lay sempat meminta
maid untuk membuatkan makanan. Lay duduk sambil menggenggam dan mengelus tangan
halus Sungyoung yang sekarang terlihat kurus. Matanya tak henti menatap wajah
cantik Sungyoung meskipun pipinya terlihat tirus.
Sungyoung
bergerak gelisah, Lay langsung mengusap dahi Sungyoung lembut.
“Sungie…
kau sudah merasa baikan?” Tanya Lay lembut.
Sungyoung
mengerjabkan matanya mencoba membiasakan cahaya yang masuk ke retinanya.
Matanya membulat mendapati Lay dihadapannya.
“La..Lay..”
Lirihnya.
Lay
tersenyum manis. Ia memberikan senyum terbaiknya guna menenangkan yeoja ini. Ia
mengusap rambut Sungyoung lembut dan merapikan rambut pendek yang sedikit
berantakan itu.
“Ah..
kau belum makan.. Ini makanlah dulu..” Ucap Lay sambil membantu Sungyoung
duduk.
Sungyoung
menggeleng.
“Wae?
Kau harus makan…”
“A..aku
harus lebih kurus lagi..” ucap Sungyoung. Lay menghela nafas berat. Ada apa
dengan Sungyoung ini.
“Jelaskan
padaku.. ada apa sebenarnya?” Tanya Lay. Ia sudah merasa jengah. Ia sedih
melihat keadaan Sungyoung sekarang.
“Kenapa
kau seperti ini? Tiba-tiba saja kau menghindariku belakangan ini. Dan lihat
keadaanmu sekarang! Kau seperti orang sakit Sungyoung!” Lay sedikit menaikkan
suaranya tetapi masih berusaha meredam emosinya.
“A..ku..
aku harus lebih kurus.. supaya.. aku bisa.. memakai baju yang cantik.. dan bisa..
lebih pantas berada disampingmu…tap..i aku sadar aku jelek.. sebisa apapun aku
berusaha menjadi yeoja yang manis aku tidak mungkin bisa..” ucap Sungyoung
pelan dan terbata. Mendengar itu Lay membulatkan matanya tak percaya. Sungyoung
itu polos atau apa?
“Sungie…hahh..
dengarkan aku..” Ucap Lay sambil menghela nafasnya. Ia menggenggam tangan
Sungyoung erat.
“Siapa
yang bilang jika kurus kau akan menjadi cantik? Siapa yang bilang dengan cara
seperti ini, cara menyiksa diri seperti ini kau akan menjadi cantik?” Ucapan
Lay lagi-lagi terputus karena ia kembali menghela nafas beratnya.
“Dengar…
Sungyoungie.. alasan utama selama ini aku mendekatimu adalah.. sudah jelas
bukan? Karena aku mencintaimu.. Aku suka padamu.. Dengan sikapmu seperti ini
aku merasa bersalah.. sangat.. Sungyoungie.. dengan cara seperti ini hanya
membuatmu menderita, sayang.. Aku tidak suka kau begini.. AKu mencintai
Sungyoung yang imut dengan pipi chubbynya, aku menyukai Sungyoung yang makan
dengan lahap… Aku mencintaimu apa adanya….” Ucap Lay.
Sungyoung
terdiam, ia masih mencerna ucapan Lay barusan. Apa tadi? Lay bilang ia
mencintai Sungyoung?
“Uhm..
tapi.. kau itu tampan.. pasti kau cocok dengan yeoja manis yang cocok memakai
pakaian yang imut dan cantik.. tidak seperti..” Ucapan Sungyoung terpotong saat
Lay memeluknya.
“Aku
mencintaimu Sungyoung.. Aku tidak peduli jikalau suatu saat kau menjadi gemuk
atau apapun terserah.. Yang aku cintai adalah Sungyoung, hanya Sungyoung..
Sungyoung yang bagaimanapun, bagiku tetap Sungyoung… Dimataku Sungyoung tetap
yang tercantik…Kumohon Sungyoung.. aku tidak mau melihatmu seperti ini…” Ucap
Lay.
Sungyoung
tidak membalas perkataan Lay. Ia menggerakan tangannya membalas pelukan Lay.
“Hiks..
mi..mianhae.. Lay.. aku hiks.. tidak percaya diri…” Ucap Sungyoung akhirnya.
Lay
melepaskan pelukannya. Ia menghapus airmata Sungyoung dengan lembut. Lalu
mengecup kedua kelopak mata Sungyoung. Mata itu menatap Lay teduh, meski
terlihat sedikit kantung mata yang menghitam, tapi bagi Lay wajah itu tetap
cantik.
“Saranghae,
Sungie.. Saranghae, Kim Sung Young…” Ucap Lay.
“Nado..
saranghae, Zhang Yixing” Jawab Sungyoung.
Lay
tersenyum, ia kembali merapikan rambut Sungyoung.
“Sekarang
makan, ne? Sepertinya aku harus menyiapkan program perbaikan gizi untukmu…”
canda Lay sambil terkekeh pelan. Ia meraih piring yang berisi makanan yang
terletak di atas meja sebelah tempat tidur Sungyoung.
“Lay..
Suapi~~~” Ucap Sungyoung.
“Aih..
Sungyoung-ku telah kembali… Aigoo kyeopta..” Ucap Lay seraya mencubit hidung
Sungyoung pelan.
Blush!
Semburat merah tak bisa disembunyikan Sungyoung.
Lay
mulai menyuapi Sungyoung. Sungyoung kembali makan dengan lahap. Lay benar, ia
hanya menyiksa dirinya sendiri dengan cara seperti ini. Untunglah Sungyoung…
“Enak?”
Tanya Lay. Sungyoung hanya mengangguk.
“Mau
kubuat lebih enak?” Tanya Lay lagi.
“Eh?
Bagaimana?” Tanya Sungyoung balik.
“Memakai
‘ini’” Ucap Lay sambil menunjuk bibirnya sendiri.
Sungyoung
yang mengerti ucapan Lay langsung membulatkan matanya.
“MWO?!
Andwae!!! Tidak perlu! Begini sudah sangat enak!!” Ucap Sungyoung dengan
semburat merah dipipinya. Ia segera meraih piring yang ada ditangan Lay dan
memakan makanannya sendiri.
Lay
terkekeh. Ia terus menatapi Sungyoung yang makan dengan ekspresi yang terlihat
imut di mata Lay.
“Syukurlah..
kau sudah baikan? Mulai sekarang aku yang akan memantau makanmu. Kalau perlu
aku akan membuatkan bekal untukmu setiap hari” Ucap Lay protektif.
“Hehe..
terserah kau saja, kau seperti Umma saja.. hehe” Lay mengusak rambut Sungyoung
pelan.
“Jangan
seperti ini lagi ya.. Kau tidak tahu rasanya jadi aku ketika kau tiba-tiba saja
menjauh dariku…” Ucap Lay. Sungyoung mengangguk. Lay tersenyum.
“Saranghae..”
“Nado”
Dan
mereka kembali menyalurkan kehangatan dan rasa cinta melalui pelukam yang
hangat. (saya ngiri nulis ini. Beneran.. *tendang author mengganggu jalan
cerita!*)
.
.
.
.
.
.
Pagi
itu Lay menjemput Sungyoung, Mereka ke sekolah bersama. Ah manisnya..
Lay
menggandeng tangan Sungyoung selama mereka berjalan dari parkiran. Terlihat
orang-orang yang memperhatikan mereka diantaranya ada yang terkejut, memuji
sampai mencibir. Lay melirik Sungyoung yang menunduk ketika mereka melewati
sekelompok yeoja yang entah sedang membisikkan apa sambil menatap Sungyoung
sinis.
“Ah..
apa gara-gara in Sungie-ku menjauhiku?” gumam Lay dalam hati.
Dalam
sehali hentakkan Lay menarik Sungyoung kedalam pelukannya. Dan..
CHU~
Mata
Sungyoung membulat sempurna.
“Kyaaaaaaaa!!!”
teriakan riuh terdengar disekeliling mereka.
Lay
mencium Sungyoung dihadapan semuanya.
“Ayo
kita pergi, Sungyoungie-ku yang cantik…” Ucap Lay sengaja mengeraskan suaranya
sambil sedikit melirik kearah sekelompok yeoja tadi yang mematung karena momen
itu terjadi tepat dihadapan mereka.
“Ya!
Kau Pabbo! Apa yang kau lakukan!!” Umpat Sungyoung.
“Hanya
memberitahu mereka kalau kau sekarang MILIKKU!” jawab Lay menekankan kata
‘milikku’.
Ah~
sudahlah Sungyoung… jangan lagi mencoba menyembunyikan semburat merah mu lagi…
“Lebih
baik aku makan 30 porsi ramen daripada seperti ini lagi” Histeris Sungyoung
dalam hati.
Lay
dan Sungyoung terus berlalu, meninggalkan beberapa orang yang masih mematung
ditempatnya.
“Woahh…
Yixing-ssi Jjang!! Hebat…!! Chagi.. kenapa kita tidak seperti mereka saja??”
ucap Baekhyun nakal ketika tak sengaja menyaksikan kejadian tadi.
PLETAK!
“Shireo!! Lakukan saja dengan tembok!!” Eun Ah menjitak namjachingunya itu dan berlalu meninggalkannya.
“Shireo!! Lakukan saja dengan tembok!!” Eun Ah menjitak namjachingunya itu dan berlalu meninggalkannya.
“Yaaa…
Chagii.. ayolaaahhh aku ingin seperti merekaa chagiii…” Baekhyun mengikuti sambil
merajuk memakai jurus aegyo puppy eyesnya pada Eun Ah meskipun yeojanya itu tak
mempedulikannya. Poor Baekhyun.
Lay
masih menggandeng tangan Sungyoung. Sedangkan Sungyoung masih menunduk menahan
malu. Entahlah wajahnya kini sudah seperti kepiting rebus.
“Chagiya..
bagaimana kalau hari ini kau bolos saja eum? Kita lanjutkan yang tadi…” Bisik
Lay tepat ditelinga Sungyoung mencoba mengoda yeojanya itu.
PLETAK!
BUGH!
Satu
jitakan berhasil mendarat di kepala Lay. Disusul tas Sungyoung yang mendarat
dengan manis di wajah Lay.
“ANDWAEEEE….!!
LAY AKU TIDAK MENYANGKA KAU SE-PERVERT ITU!! PERGI SAJA KE CINA SANA! DOKTER
PERVERT!!!” Teriak Sungyoung tak kenal tempat.
“Hahahaha….
Aku pasti akan membawamu serta ke Cina, Baby… hehe” Lay masih saja menggoda
Sungyoung. Oh Lay… Kenapa kau jadi seperti ini?
Sungyoung
menghempaskan tangan Lay kasar dan segera berlalu menuju kelasnya mengakhiri
pagi yang rumit ini. Rumit? Atau menyenangkan untukmu, Sungyoung?
“HAHAHA… Finally I Got You! Sungyoung!!” ucap Lay.
“HAHAHA… Finally I Got You! Sungyoung!!” ucap Lay.
Dan
suasana pagi yang menggemparkan di sekolah itu mereda karena bel tanda
pelajaran dimulai sudah berbunyi. Tentu kejadian itu memberi perubahan bagi
kehidupan sekolah Sungyoung. Terimalah nasibmu Sungyoung…. Kau akan mendapat
godaan tiap hari, dari teman-temanmu, dari guru-guru mu.. dan tentunya dari
namjachingu mu itu… satu pesan, tetap makan yang banyak ya! Sungie~~
END
Wuah..
jujur-jujuran aja nih ya.. author ngiri sama FF author sendiri #plakk
Hehe
lupakan…
Sekali
lagi Saengil Chukhahamnida buat MAWAR DIAH PRATIWI a.k.a KIM SUNGYOUNG hehehe~~
Semoga
panjang umur ya adekku.. tetep lucu yaaa dimatakuuuu… teteh(?) selalu sayang
kamuuuu mumumuuaacchh :* oh iya satu lagii… makan yang banyak ya sayaaanggg :D
hehe
Daaann
buat readers tercintahhh
Gomawo
udah baca hehehe
Kecup
basah dari author Kece MUUAHH!!!
*kabuuuuuur
waduhhhh cast nya sama dunia nyatanya mirip banget :D hahaha ceritanya juga romantis :) ciyeeee mawar ciyeeee #sikut sikut mawar .....
BalasHapushahahahaha sabar ya buat authornya :P hahahahayyyy
good job ! :D lagi dong lagi lagi FF nya :D
aduuh aku maluuu :* haha makasih kakak ku sayaaang, salam cinta dari mawar diah pratiwi. ahhhhhh~ yang pasti makan no 1 tetup hohohoohohohoho, kado yang hebat ^^
BalasHapuswuaahh makasih kembalii hhehe senengnyaaa ~~~
Hapushehe traktiran ah *plak hehehee