Finnaly I Got You!


Title : Finnaly I Got You
Author : NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Main Cast : Zhang Yixing a.k.a Lay (EXO-M), Kim Sungyoung (OC)
Other cast : Byun Baekhyun (EXO-M), Choi Eun Ah (OC)
Genre : Romance
Rate : T (PG-15)
Length : Oneshoot
Disclaimer : The cast are belongs to God and their parents, but the story is pure mine ^^

Cuap-cuap Author:
Anneyong…
Ketemu lagi sama saya Author yang paling kece menurut saya sendiri..(jangan ada yang protes! *dibakar readers)#plakk kembali ke topic..
Akhirnya saya netik FF lagi setelah sekian lamaa… *nyanyi bareng Ridho Rhoma*
FF ini sebenarnya didedikasikan buat saengie kuu yang paling lucuuuuu yang lagi ulangtahun.. sengaja ff ini di post tepat di tanggal ultahnya hehe…
Saengil Chukkhahamnida Saeng…. Miaan onnie Cuma bisa memberikan FF geje bin ajaib ini… tapi semoga Saeng suka yaahh.. oke deehh silakan di baca hadiahnya ya Saengie… hehe
Buat Readers tercintahhh selamat membacaaa :D

Warning… Sorry for typos.. bahasa ngga baku dan kekurangan lainnya… Keep learning :D






 Happy Reading :D








 
Bruk!


“Aku lapaaaarrrr…!!!!” Gadis berseragam SMA itu menjatuhkan dirinya di lantai. Saat ini ia sedang berada di atap gedung sekolah, tempat favoritnya. Ia memejamkan mata merasakan hembusan angin, ah, bukan, ia memejamkan mata merasakan melodi tak beraturan dari salah satu bagian tubuhnya, yakni perutnya. Suaranya mengerikan.

“Ya! Baekhyun-ah! Eun ah-ya! Berhentilah bermesraan dihadapanku! Itu menjijikan!” teriaknya lagi menegur dua orang sahabat karibnya sedang asyiknya mengobrol di hadapanya.

Gadis itu melemparkan deathglarenya pada kawannya itu, namun yang di tegur hanya menunjukkan ekspresi yang seakan mengatakan pergi-saja-kau-mengganggu-momen-kami.

“Ahh kalian bermesraan tidak tahu tempat!”

“Kau lapar Sung Young-ah?” Tanya Eun Ah, sahabat dekat Sung Young –gadis itu-

“Apa perlu aku berteriak sekali lagi? AKU LAPAAAAARRRR…!!!!” Baekhyun dan Eun Ah menutup telinga mereka. Mereka tak mau ambil resiko sakit telinga setelah mendengar teriakan 6 oktaf dari Sung Young.

“Arra arra.. ayo kita ke kantin, ne?” Eun Ah bangkit dari duduknya dan meraih lengan Sung Young untuk berdiri. Ia mengerti sahabatnya ini sedang super bad mood.

Akhirnya mereka bertiga turun dari atap dan berjalan menuju kantin.

“Kau dengar Sung Young-ah.. katanya dokter sekolah kita sedang cuti melahirkan.. dan sekarang digantikan dokter baru..” Ujar Eun Ah sambil mengantri mengambil makanan.

“So? Ada hubungannya denganku? Apa dengan mengetahui itu aku bisa kaya? Aku bisa kenyang???” jawab Sung Young asal membuat Eun Ah mendengus sebal.

“Aku hanya memberitahumu Sungie sayaaaanggg…!” nada bicara Eun Ah meninggi.

“What? Sungie?? Panggilan macam apa itu??” protes Sung Young. Eun Ah memutar bola matanya malas. Sahabatnya ini sangat menyebalkan jika sudah begini.

“Ehm, girls, sudah selesaikah mengambil makanannya? Ayo kita segera cari kursi okee…” Baekhyun yang sedari tadi menyaksikan percekcokan kecil dua yeoja itu akhirnya mulai angkat bicara.

Mereka menuju bangku pojok, Eun Ah berjalan dibelakang Baekhyun, sedangkan Sung Young berjalan dibelakang pasangan babyface itu.

Brak! Prang!

Tanpa sadar Sung Young menabrak sesuatu, ah bukan, seseorang. Nampan berisi makanannya terlepas dari tangannya dan berserakan di lantai kantin. Sung Young memejamkan matanya erat, ia sudak pasrah saja ketika ia merasa tubuhnya oleng gara-gara tabrakan tadi. Tapi sebuah lengan dengan sigap menahan pinggang Sung Young dan menahan tubuh yeoja itu agar tidak jatuh.

“Gwaenchana?” Sung Young perlahan membuka matanya dan mendapati sesosok namja dengan dimple di pipi kanannya menatapnya penuh rasa khawatir.

“A..ah.. mi.. mianhae.. aku berjalan sambil melamun..” Ucap Sung Young gagap sambil mencoba melepaskan pelukan namja itu.

“Justru aku yang seharusnya minta maaf, makananmu berserakan dan tidak bisa dimakan lagi..” Ucap namja itu.

“Ah.. gwaenchana.. aku bisa mengambil lagi..” Sung Young merapikan seragamnya yang sedikit berantakan. “Omo! Ke..kemejamu..! kemejamu kotor!” Pekik Sung Young setelah melihat sedikit noda di kemeja biru yang namja itu pakai.

Namja itu menunduk dan benar, ada noda saus tomat yang cukup banyak disana.

“Ah.. ini tidak apa-apa..”

“Tidak! Aku harus membersihkannya! Cepat lepaskan kemejamu!” Ujar Sung Young refleks.

“A..apa?!” Namja itu kaget dengan perintah Sungyoung barusan. Jelas saja. Sungyoung tiba-tiba saja memintanya melepas kemejanya di tempat umum seperti ini. Meskipun kemeja itu memang tidak terkancing karena namja itu memakai T-shirt didalamnya, tapi tetap saja, sedikit ambigu.

“BHUAHHAHAHAHAHHAHAHHAHHAHAA!!” Sungyoung terkejut mendapati orang-orang sekitarnya tertawa terbahak-bahak. Sepertinya sejak peristiwa tabrakan tadi keduanya jadi pusat perhatian di kantin sekolah yang luas itu.

Sungyoung menunduk. Wajahnya memerah karena malu. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak pernah memperhatikan sekitar.

“Mi..mianhae.. jeongmal mianhae.. mianhae..” Ucap Sungyoung sambil membungkuk berkali-kali.

“Gwaenchana.. ini, kau ingin membersihkannya kan?” ucap namja itu sambil menyodorkan kemeja birunya.

Sungyoung mendongak menatap namja itu, dilihatnya namja itu tersenyum manis memperlihatkan dimple menawannya. Sungyoung menelan salivanya berat. Shit.. mengapa orang ini tersenyum seperti itu. Batinnya.

“Halooo.. kau masih sadar?” namja itu mengerak-gerakkan tangannya dihadapan Sungyoung. Seketika Sungyoung tersadar dari fantasi liarnya(?).

“A..ah.. ne, aku akan membersihkan kemejamu, sekali lagi.. Mianhae.. mianhae…” Sungyoung kembali membungkukkan badannya.

“Ne, gomawo sudah mau membersihkan kemejaku.. Em.. namaku Zhang Yixing.. siapa namamu?” katanya seraya mengulurkan tangan kanannya dihadapan Sungyoung.

“A..aku.. Kim Sungyoung imnida.. bagapta..” Sungyoung menyambut uluran tangan namja bernama Yixing itu.

Namja itu beranjak pergi dari kantin meninggalkan Sungyoung yang masih mematung disana. Sungyoung cepat-cepat tersadar dan kembali memesan makanannya. Sesaat tadi ia sempat melupakan perutnya yang meronta-ronta minta diisi itu.

“Ah, tidak usah, namja tadi sudah menggantinya, katanya kau tak perlu mambayar lagi..” Ucap yeoja paruh baya penjaga kantin ketika Sungyoung hendak membayar makanannya.

“Ah? Jinjja?”

“Ne, ia bilang mau menggantikan makananmu yang jatuh tadi…”

“Ah.. gomawo ahjumma..” Sungyoung segera menuju kursi dimana Eun Ah dan Baekhyun berada.

“Aku tak menyangka kau seberani itu, Sungie-ah…” Ucap Baekhyun setelah Sungyoung menempelkan tulang duduknya di kursi.

“Otakmu pervert juga, Sungie-ah..” Sambung Eun Ah.

“Lanjutkan saja makan kalian dan berhenti panggil aku ‘Sungie’!” Ucap Sungyoung cuek sambil memasukan makanan kedalam mulutnya. Santai sekali. Ya.. santai.. padahal dalam hatinya..

‘Ya Tuhan! Yang barusan itu apa?? Yang tadi itu apa??? Namja itu siapaa?? Ya Tuhaann..Ya tuhaaann!!!’

Baekhyun dan Eun Ah menghela nafas berat dan melanjutkan acara makan mereka.

“Huh.. padahal tadi suasananya bagus.. makan bersama Eun Ah chagiya sambil menonton drama gratis live pula…” Gumam Baekhyun pelan, tapi masih terdengar oleh Sungyoung.

“Kau bilang apa tadi? Heh Bacon?!” terasa deathglare mengerikan dari Sungyoung.

“A..ah.. cuaca cerah, ya Chagiya…” ucap Baekhyun menatap memelas kepada Eun Ah.

Eun Ah menatap Sungyoung yang makan dengan lemas. Bukan seperti Sungyoung yang biasanya. Ia juga melihat kemeja biru di pangkuan Sungyoung. Eun Ah hendak bertanya, tapi ia urungkan karena sepertinya Sungyoung sedang un-ask-able.
.
.
.
.
.

Sungyoung POV

Aku berjalan setengah berlari di koridor ini. Sial aku kesiangan.. Gara-gara semalaman aku tidak bisa tidur..ah sudahlah.. aku tidak bisa tidur memikirkan si Yixing itu! Ah entahlah kenapa. Yang pasti aku sudah mencuci bajunya dan aku harus menyerahkannya hari ini juga.

Brak!

AKu membuka pintu kelasku kasar setelah sebelumnya melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Syukurlah.. masih ada 3 menit lagi sampai Han sonsaengnim datang. Aku buru-buru ke tempat dudukku. Mengatur nafasku yang memburu.

“Sungie-ah.. kenapa terlambat?” Eun Ah bertanya disampingku.

“Gwaenchana..” jawabku seadanya.

“Kau pucat Sungie-ah.. sebelum berangkat kau sarapan kan?” Eun Ah menyentuh dahiku dengan punggung tangannya.

Uh, sial aku pusing… aku baru ingat semalam aku melewatkan makan malamku, dan tadi pagi pun aku melewatkan sarapanku, pantas saja.. aku lemas..

“Gwaenchana Eun ah-ya…”

Author POV

Sungyoung masih mengatur nafasnya. Tapi tubuhnya tiba-tiba saja limbung dan..

Bruk!

“Sungyoung-ah! Ya Tuhan.. ada apa denganmu!! Baekkie tolong cepat bawa dia ke UKS…” Eun Ah panic mendapati Sungyoung ambruk. Dengan segera baekhyun menggendong Sungyoung dan membawanya ke UKS, ditemani Eun Ah dibelakangnya.

“Cepat baring kan dia disini…” Ucap seorang namja yang berada di UKS. Dengan cepat ia memeriksa keadaan Sungyoung.

“Bagaimana Sungyoung..?” Tanya Eun Ah.

“Dia baik-baik saja, hanya karena perutnya kosong.. biarkan saja dia disini sampai ia sadar…tenang saja aku yang akan menjaganya” Jelas namja itu.

“Ng Gomawo.. uisa-nim..” Ucap Baekhyun sambil membungkuk.

“AH.. jangan panggil aku seformal itu.. ” Ucap namja itu sedikit terkekeh.

Eun Ah sedikit memutar ingatannya.

‘Oh iya.. dia ini namja yang kemarin di kantin itu kan?’ gumamnya dalam hati.

“Kau ini….?”

“Ah.. ne.. Zhang Yixing imnida.. aku dokter baru di sekolah ini, menggantikan nn. Jung yang sedang cuti melahirkan…” ucap namja itu yang ternyata Yixing.

“Ah.. ne.. kalian.. Byun Baekhyun.. dan Choi Eun Ah?” Baekhyun dan Eun Ah mengangguk.

“Aku yang akan menjaga Sungyoung disini, sekarang kalian bisa kembali ke kelas.. pelajaran sudah dimulai kan?” Baekhyun dan Eun Ah kembali mengangguk.

“Gomawo Yixing-ssi…” ucap mereka sebelum pergi dari UKS.

“Hm.. ada-ada saja..” Yixing menggeleng sedikit terkekeh. Ia menatap Sungyoung yang masih belum sadar dan mendekatinya.

“Dasar ceroboh.. bisa-bisanya membiarkan perut kosong seperti itu.. Tunggu disini sebentar ne?” ujarnya pelan sambil mengusap rambut Sungyoung sekilas kemudian pergi ke luar ruang UKS.
.
.
.
Gadis itu membuka matanya perlahan. Kepalanya masih terasa pening. Ia mengerjapkan matanya imut, mencoba membiasakan sinar yang masuk ke matanya. Ia mendapati atap putih dalam pandangannya.

“Sudah bangun, eum?” Sungyoung menoleh kearah sumber suara itu. Terlihat Yixing menyembul dari balik gorden warna crème tersebut membawa nampan berisi makanan.

“Hah? Kau.. itu..” Sungyoung berusaha mengingat-ingat.

“Tidak mungkin kau lupa padaku kan?” ujar Yixing sedikit terkekeh. Ia berjalan mendekati tempat tidur Sungyoung dan meletakkan nampan itu di meja nakas sebelah tempat tidur.

“Kenapa kau ada disini?” Tanya Sungyoung curiga. Ia curiga saja kalau orang yang kemarin ia temui dan tak sengaja ketumpahan saus tomatnya ternyata orang jahat yang mencoba menculiknya. Oke. Berlebihan Sungyoung.

“Ah! Apa aku belum memberitahumu? Aku dokter baru di sekolah ini.. menggantikan dokter sebelumnya yang sedang cuti melahirkan…” Jelasnya.

Sungyoung mengangguk. Ternyata orang itu seorang dokter.. pantas saja..

“Ah, ini. Kau belum makan kan? Aku membawakan ini..” Yixing menyodorkan nampan itu.

“Bagaimana kau tahu aku belum makan?” Tanya Sungyoung.

“Tentu saja aku tahu.. aku ini dokter. Yang memeriksamu itu aku. Aku tahu penyebab kau pingsan…” Jelas Yixing.

“Ahaha.. mian.. “ Sungyoung mengambil nampan itu.

“Makanlah.. ehm.. sebenarnya ini masakanku, mian kalau itu kurang enak..” Yixing membantu Sungyoung meletakkan nampan itu di meja lipat dihadapan Sungyoung. Kemudian duduk dikursi samping ranjang.

“Ini benar-benar masakan buatanmu? Hei ini benar-benar enak…” Ujar Sungyoung setelah mencicipi makanan itu.

“Jinjja? Gomawo…” Yixing tersenyum kembali menampakkan dimple menawannya. Samar terlihat semburat merah di kedua pipi Sungyoung.

“Ehm.. ne… neomu mashita.. Yixing-ssi jjang..!” Ucap Sungyoung sambil mengunyah makanannya.

“Jangan panggil aku seformal itu.. Rasanya canggung..”

“Ne? Kalau begitu aku akan memanggilmu.. Yixing uisanim? Yixing sonsaengnim? Yixing…”

“Ya! Itu sama saja! Terlalu formal!”

“Haha.. mianhae.. lantas bagaimana aku harus memanggilmu?”

“Kau bisa panggil aku Lay..”

“Lay?”

“Ne.. itu nama kecilku.. teman-teman dekatku memanggilku seperti itu…”

“Oh.. Ne.. Lay-ssi..”

“Tidak usak memakai embel-embel –ssi.. panggil namaku saja..”

“Oh ya.. Ehm.. Lay…”

“Begitu lebih baik..” Ucapnya tersenyum. Yixing atau Lay mengusap ujung bibir Sungyoung yang sedikit belepotan saus.

“Pelan-pelan makannya.. Sungie..”

“Hah?” Sungyoung menghentikan kegiatan makannya dan menatap Lay.

“Aku lebih nyaman memanggilmu dengan nama itu.. tidak apa-apakah Sungie?”

“Ehm.. terserah kau saja…” Sungyoung kembali melanjutkan makannya. Dapat dilihat semburat merah yang manis terpampang di pipi chubbynya.

Lalu terdengarlah obrolan hangat di ruangan itu. Sungyoung segera kembali ke kelas setelah ia merasa baikan. Ia setengah berlari kembali ke kelasnya.

“Sungie~.. Gwaenchana?” Eun Ah langsung menghambur mendekati Sungyoung.

“Ah.. aku tidak apa-apa Eun Ah-ya.. mianhae.. membuatmu cemas..” Jawab Sungyoung sambil duduk di bangkunya. Matanya melirik kearah paperbag berwarna coklat yang tersimpan manis dibawah mejanya.

“Omo! Aku lupa mengembalikan kemejanya…” Gumam Sungyoung.

“Ah.. aku kembalikan pulang sekolah saja…” Lanjutnya.
.
.
.
.
.
Sungyoung melirik jam tangannya. Pukul 15.45, Sudah 45 menit berlalu sejak jam pulang sekolah. Sekolah sudah sepi. Tentu saja.

“Ah.. gara-gara piket aku sampai terlambat pulang seperti ini…” Gerutunya sambil membereskan tasnya.

Ia segera beranjak dari ruangan kelasnya. Segera melangkahkan kakinya kearah UKS, berharap Lay masih ada disana. Langkah itu berhenti tepat didepan pintu bercat putih itu. Pintunya terkunci.

“Hhh.. sudah kuduga.. pastinya dia sudah pulang. Siapa yang mau berlama-lama di sekolah… kukembalikan besok saja…” Sungyoung memutar arah menuju gerbang sekolah.

Langkahnya kembali berhenti ketika ia melewati ruang latihan dance yang biasa dipakai ekstrakurikuler dance. Terdengar alunan music dari dalam. Hari ini tidak ada kegiatan ekstrakurikuler, siapa yang memakai ruangan ini?

Penasaran, Sungyoung membuka pintu ruangan yang besar itu, masuk kedalamnya dan mendapati seorang namja yang mengenakan celana panjang warna coklat dengan atasan sehelai kaos tanpa lengan berwarna putih. Namja itu sedang meliukan menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan music. Sepertinya dia tak menyadari kedatangan Sungyoung.

“Lay..?” Gumam Sungyoung pelan, sangat pelan. Matanya tak lepas dari namja itu. Bagaimana ia menggerakkan tangan dan kakinya juga meliukkan tubuh lenturnya, serta mengibaskan poninya yang terlihat basah karena keringat. Namja itu berputar, dan…

“Huwaa!!”

BRUK! Namja itu terjatuh dengan tidak elitnya ketika tak sengaja melihat Sungyoung diujung ruangan dekat pintu sedang berdiri melihatnya ketika sedang berputar tadi.

Sungyoung mengerjabkan matanya lucu, sesaat tadi ia terpukau melihat tarian Lay.

“Ya! Sejak kapan kau ada disana?” Kata Lay sambil berusaha berdiri.

“Ehm.. mianhae.. mengagetkanmu… tadi mencarimu ke ruang UKS tapi disana sepi, kukira kau sudah pulang.. dan.. ya begitulah..” Jelas Sungyoung.

“Ssh.. ada apa kau mencariku?” Ucap Lay setelah duduk dan mengatur nafasnya.

“Aku mau mengembalikan kemejamu..” Kemudian Sungyoung mendekati Lay dan menyerahkan paperbag itu.

“Ah.. gomawo..” ucap Lay sambil tersenyum. Sungyoung tersenyum dan mengangguk.

“Akh!” Pekik Lay ketika ia akan berdiri. Ia memegangi pergelangan kaki kanannya yang terasa sakit.

“Gwaenchana?” Sungyoung duduk disamping Lay dan menatap khawatir namja itu.

“Sepertinya tadi aku terkilir..” ujar Lay sambil memijit pelan pergelangan kakinya.

“Uhm.. pasti gara-gara tadi.. mianhae..” Sungyoung menunduk.

“Ah… aku baik-baik saja, ini sudah biasa bagi dancer sepertiku.. tidak apa-apa. Tenang saja…” Lay tersenyum, ia terus memijat pelan pergelangan kakinya. Keheningan tercipta di ruangan itu sampai Sungyoung membuka pembicaraan.

“Kau.. seorang dancer?” Ucap Sungyoung pelan.

“Ehm.. ya begitulah.. dance adalah hobiku.. menjadi seorang dancer adalah impianku” jawab Lay.

“Lalu.. kenapa sekarang kau menjadi dokter?”

“Ayahku menginginkanku menjadi dokter.. dan aku mencoba memenuhi keinginannya..” Jelas Lay.

“Dia memintaku bekerja sementara di sekolah miliknya, selama menunggu waktu keberangkatanku kembali ke Cina dan praktek disana secara resmi..” lanjutnya.

“Tu..tunggu… sekolah ini milik ayahmu?” Tanya Sungyoung terkejut.

“Ah.. ne..” Lay mengatakannya sambil tertunduk, tidak ada nada kesombongan di ucapannya.

Sungyoung memperhatikan Lay yang masih memijit kakinya. Ia melihat sinar mata Lay sedikit redup. Mungkinkah.. menjadi dokter bukan keinginan Lay… Tapi Lay melakoninnya karena keinginan ayahnya. Anak yang baik.. begitu gumam Sungyoung.

“Ehm.. mianhae.. aku banyak bertanya..” Ucap Sungyoung kemudian.

“Gwaenchanayo.. aku senang membicarakannya denganmu…” Ucap Lay sambil tersenyum.

“Ah.. sudah gelap.. ayo kuantarkan pulang..” Ujar Lay seraya berdiri.

“Ah.. ani.. tidak usah.. aku pulang sendiri saja..” Sungyoung segera beranjak dari duduknya.

“Kau pulang menggunakan apa?” Tanya Lay.

“Ehm.. Bis kota…”

“Tidak! Aku akan mengantarmu!”

“Ah.. tidak usah..”

“Seorang gadis tidak baik pulang sendiri di senja seperti ini. Dimana alamatmu?” Ucap Lay final membuat Sungyoung mengurungkan niatnya untuk menolak lagi.

Lay berjalan keujung ruangan, mengusap keringatnya memakai handuk lalu mengenakan cardigan abu-abu dan sedikit merapihkan rambutnya. Kemudian menggantungkan tas MCM coklatnya di bahu kanan dan menjinjing paperbag berisi kemeja yang tadi dibawa Sungyoung.

“Kajja…” Lay menarik tangan Sungyoung dan keluar dari ruangan itu.

Keadaan sekolah sudah sangat sepi, terang saja.. sekarang sudah hampir jam 5 sore. Lay segera mendekati mobilnya yang berada di parkiran. Sungyoung membulatkan matanya mendapati sebuah mobil sport berwarna putih dihadapannya. Lay membukakan pintu untuk Sungyoung. Gadis itu segera masuk. Lay memutar dan duduk dibelakang kemudi. Mobil itu mulai berjalan keluar halaman sekolah luas itu.

Lagi-lagi hening yang tercipta diantara mereka. Seakan semburat orange di langit sore tidak bisa membuat dua anak manusia itu mulai membuka mulut mencairkan suasana. Mereka seperti terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Sungyoung sedikit memperhatikan namja disebelahnya ini. Entah kenapa rasanya beda sekali ketika ia mengenakan jas putih dokternya dengan ia yang hanya mengenakan kaus putih dilapis cardigan seperti ini. Ia sedikit penasaran berapa usia namja ini.

“Engh.. Sebenarnya berapa umurmu?” Akhirnya Sungyoung menyuarakan pikirannya.

“Ne?” Lay sepertinya masih focus menyetir tidak begitu mendengarkan Sungyoung.

“Em.. umurmu…?”

“Ah.. 21.. wae?” jawab sekaligus tanya Lay. Ia masih focus ke jalan dan mengendalikan kemudinya.

“Ti..tidak apa-apa.. hanya saja.. rasanya beda kau yang seperti ini dengan kau yang mengenakan jas dokter itu…”

Lay terkekeh mendengar penjelasan Sungyoung.

“Kau mengira aku pria berumur 40?” Tanya Lay.

“Ah.. ani! Aku tidak berfikiran seperti itu!”

Kembali hening, entahlan sepertinya mereka suka sekali diam-diaman seperti ini.

“21 tahun dan seorang dokter? Apa dia seorang jenius?” Sungyoung berucap dalam hati.

“Tunggu… tadi dia bilang sementara bekerja di sekolah sampai waktunya kembali ke Cina? Apa dia akan pergi?” Lanjutnya masih dalam hati.

Lay yang memperhatikan gerak gerik Sungyoung mulai membuka mulutnya.

“Wae? Kau terlihat gelisah?” tanyanya.

“Ehm.. itu..”

“Hm? Apa?” desak Lay.

“Tadi kau bilang… kau akan ke Cina?” Akhirnya Sungyoung kembali menyuarakan pikirannya.

“Ah.. itu.. iya aku akan pulang ke Cina ketika aku sudah mendapat izin praktek disana..”

Sungyoung kembali terdiam. Ada sedikit perasaan tidak rela ketika mendengar Lay akan pergi ke Cina. Entahlah rasanya seperti kehilangan. Hey Sungyoung ada apa denganmu?

Perjalanan itu berlanjut. Kembali dengan keheningan.
.
.
.
.
.
Waktu tentu saja tidak diam. Sejak kejadian ‘mengantar pulang’ itu, Sungyoung dan Lay enjadi dekat. Sederhana saja, hanya hubungan teman.

Pagi itu Eun Ah sedang asik menusuk-nusuk(?) pipi chubby Sungyoung. Sedangkan Sungyoung hanya diam sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Hari ini ia merasa tak bertenaga.

“Sungie-ah.. ada apa sih? Kenapa lemas begitu eoh?” Tanya Eun Ah.

“Entahlah Eun Ah-ya..” Tanya Sungyoung tak bersemangat.

“Huaaa syukurlah kau tidak protes kupanggil seperti itu…” ucap Eun Ah.

“Apa gara-gara dokter itu juga memanggilmu seperti itu???” Eun Ah sedikit menggoda.

BLUSH! Pipi Sungyoung merona merah.

“A..ah… apa yang kau bicarakan Eun Ah-ya..”

“Hihihihi.. jangan sangka aku tak tahu Sungie-ah.. aku itu mengenalmu, sangat. Aku dan kau sudah bersahabat sejak masih menjadi janin. Aku sangat tahu sifatmu. Sungie-ah.. kau menyukai dokter itu?” Tanya Eun Ah frontal.

Sungyoung membulatkan matanya. Ia memalingkan wajahnya yang makin memerah mencoba menghindari tatapan sahabatnya dan menyembunyikan rona merah wajahnya.

Eun Ah hanya terkikik melihat tingkah sahabatnya ini.

‘Sahabatku ini sedang jatuh cinta rupanya… kyaaa lucunyaaaa’ teriak Eun Ah dalam hati.
.
.
.
.
.
Sekarang Sungyoung sedang bersama Lay. Mereka berdua sedang menghabiskan waktu di Lotte World. Kalian bertanya kenapa mereka berdua? Hey, mereka sudah akrab ingat? Dan sepertinya mereka sudah merasa nyaman satu sama lain.

Sungyoung sedang duduk di kursi dekat pohon ditengah Lotte World. Ia sedang menunggu Lay membeli minuman. Ia melirik mendapati dua orang yeoja sedang mengobrol riang. Ia mengenali mereka, mereka siswa kelas sebelah, Sungyoung memang tidak akrab dengan mereka, hanya mengenalnya.

“Kau tahu? Aku sekarang sedang menaruh perhatianku pada dokter sekolah kita itu..” salah satu yeoja itu berkata.

“Dokter Yixing maksudmu? Ah… iya dia memang tampan…” yeoja satunya menimpali.

“Ya! Dia itu milikku! Enak saja kau rebut…Aku yang akan mendapatkannya!”

“Ah.. kau ini, aku kan hanya bilang dia tampan!”

“Tapi.. rasanya aku sering melihatnya bersama yeoja… hm… anak kelas sebelah kita itu.. ah.. aku lupa siapa namanya..”

“Ee? Benarkah?”

“Ne, mereka sering terlihat berdua.. padahal kan yeoja itu tidak ada menariknya… ia tidak pernah berdandan.. gayanya pun biasa.. aku tidak mengerti kenapa dokter Yixing selalu bersamanya! Mana mungkin kan selera dokter Yixing seperti itu.. dia kan dokter muda tampan dan modis.. mana mungkin kan? Hahahha”

Kedua yeoja itu tertawa lepas, lalu pergi. Sepertinya mereka kembali menikmati permainan di taman bermain itu.

Sungyoung menunduk. Ia menggigit bibirnya. Ia tak sengaja mendengarkan obrolan kedua yeoja itu. Ia kesal. Apa salah jika dirinya yang berada di samping Lay. Apa salah kalau dirinya yang sering bersama Lay? Apa salah kalau dirinya mulai… mencintai Lay?

“Ah.. mianhae Sungie-ah! Tadi ada kesalahan di mesin penjual minumannya… Mian membuatmu menunggu lama..” Lay masih mengatur nafasnya yang sedikit tersengal karena ia tadi sedikit berlari.

“Sungia-ah..? Gwaenchanayo? Ada apa denganmu?” Lay yang menyadari ada yang tidak beres dengan Sungyoung merundukan tubuhnya mencoba menatap Sungyoung yang terus menunduk.

“Kau sakit?” Lay mencoba menyentuh dahi Sungyoung tapi tangan Sungyoung segera menahannya.

Sungyoung segera berdiri dan berlari menjauhi Lay.

“Ya! Sungyoung! Mau kemana?!” Lay yang kaget dengan sikap Sungyoung yang tiba-tiba, mematung ditempatnya. Ia mencoba mengejar Sungyoung tetapi tak menemukan jejak gadis itu.

“Aish..! Ada apa dengannya?!” Ucap Lay frustasi sambil mengacak rambutnya.
.
.
.
.
.
BRAK!!

Sungyoung membanting kasar pintu kamarnya. Kedua orang tua Sungyoung yang baru saja datang terlihat kaget mendapati putri semata wayangnya pulang dalam keadaan menangis. Ya.. Sungyoung menangis.

“Chagiya.. kau kenapa..?” Umma mengetuk pintu kamar aegyanya itu.

“….” Tidak ada jawaban dari dalam.

Sang Umma melirik kea rah suaminya yang berdiri dibelakangnya. Sang Appa menghela nafas berat.

“Biarkanlah dia sendiri. Suruh saja maid membuatkan makanan untuknya. Antarkan padanya ketika ia mulai tenang.” Ucap sang Appa.

Ya.. keluarga Sungyoung termasuk keluarga berada. Tetapi Sungyoung menolak fasilitas sopir yang diberikan sang Appa. Ia lebih suka pergi kemanapun menggunakan Bis. Sungyoung adalah gadis mandiri, ia tidak mau merepotkan siapapun meskipun orangtuanya memfasilitasinya. Ia menyukai kesederhanaan. Maka dari itu Sungyoung lebih suka mengenakan apapun yang hanya ingin ia kenakan, tanpa berdandan lebih, seperti kebanyakan teman-teman di sekolahnya mengingat sekolah itu diisi oleh anak-anak pengusaha kaya dan anak-anak berprestasi. Dan sejak bertemu Lay, Sungyoung merasa sedikit tertegun, Lay yang ia tahu pasti berasal dari keluarga berada, dengan segala kerendahan hatinya, Lay tidak pernah menyombongkan dirinya. Bahkan ia rela melepaskan impiannya demi membahagiakan orangtuanya. Sungyoung merasa segan padanya. Dan ya.. sekarang Sungyoung mulai mencntainya. Tapi rasanya menyakitkan.

Sungyoung berdiri di depan cermin besar. Ia memperhatikan penampilannya.

Kaus oblong yang ukurannya kebesaran, celana jeans pendek selutut, rambut pendek yang dibiarkan terurai.

“Benar.. mana mungkin Lay mau menyukai orang sepertiku.. Aku terlihat suram. Pasti lay menyukai yeoja yang cantik…” Ucapnya sambil menunduk.

“Kalau dia menyukaiku, pasti dia sudah mengatakannya dari dulu..” lanjutnya.

“Hhhaaahh….” Ia menghela nafas panjang. Ia membanting tubuhnya ke kasur empuknya. Meraih sebuah bantal dan meletakkannya diatas wajahnya.

“HUUAAAAAAAAAAHHH AKU KESAAAAAAAALLLLLL!!!!!!!” Akhirnya ia berteriak.

Diluar kamar Sungyoung, Appa hampir saja menumpahkan gelas kopinya, Umma hampir saja terpeleset tangga. Sedangkan para maid yang tengah menyiapkan makan malam tersentak hampir menumpahkan masakan mereka.
.
.
.
.
.
.
Sudah berhari-hari Sungyoung dan Lay tidak terlihat bersama. Ah lebih tepatnya Sungyoung telihat menghindar ketika tak sengaja bertemu Lay disekolah. Bahkan Sungyoung memutar jalan menuju kelas agar tidak melewati ruang UKS.

Sungyoung akan menolak jika diajak kekantin. Eun Ah merasa khawatir dengan sahabatnya ini. Tak jarang Sungyoung juga melewatkan makan malam bersama keluarganya. Dari hari ke hari Sungyoung makin terlihat pucat. Ia terlihat tak bertenaga.

“Aku harus lebih kurus lagi.. agar aku bisa memakai baju yang manis dan lucu” gumam Sungyoung ketika berada dikamarnya.

Ah Sungyoung.. tak tahukah kau? Keadaanmu sekarang menyedihkan. Tubuhmu kurus dan kulitmu pucat.
.
.
.
.
Lay sedang bergerak mengikuti alunan music. Beberapa hari ini ia terlihat tak bersemangat. Ia menghabiskan waktu di ruang dance sampai ia merasa lelah.

“Akh!” Ia memekik kemudian membaringkan tubuhnya di lantai kayu ruangan itu. Ia mengatur nafasnya yang menderu. Matanya menatap lurus ke langit-langit.

“Sungyoung.. ada apa denganmu? Kenapa kau menjauhiku eoh?” Tanyanya entah pada siapa. Ia masih mengatur nafasnya sampai sebuah suara mengagetkannya.

Lay menoleh kearah pintu mendapati bayangan seseorang dari kaca pintu. Ia lalu segera berdiri dan berlari kearah pintu dan pendapati Sungyoung yang telah berlari menjauh dari tepat itu.

“Sungie..!! Sungyoungie..!!” Lay mengejar yeoja itu.

“Tunggu! Sungyoungie..!!!” Lay mempercepat larinya dan sebisa mungkin meraih tangan Sungyoung.
.
.
.
.
Sungyoung kembali pulang sekolah terlambat. Ia berjalan gontai hendak keluar dari area sekolah. Namun langkahnya terhenti ketika melewati ruang dance. Ia mengintip dari kaca pintu ruangan itu.

“Lay..” Gumamnya.

“Aku merindukanmu, Lay” Gumamnya lagi. Tak terasa matanya sudah basah. Tak sengaja ia menjatuhkan tas yang tadi digenggamnya. Ia segera mengambil tas itu. Ia terkejut mendapati Lay yang tengah berjalan kearah pintu. Ia segera lagi dari tempat itu. Tak dipedulikannya teriakan Lay yang memanggilnya. Ia terus saja berlari.

“Sungyoung! Berhenti!” Lay berhasil meraih pergelangan tangan Sungyoung. Namja itu langsung menarik sang yeoja kedalam dekapannya. Lay masih mengatur nafasnya setelah berlari tadi. Ia merasakan tubuh yeoja dalam dekapannya bergetar. Sungyoung menangis.

“Sungyoung.. kenapa denganmu?” Ucap Lay pelan sambil mengelus punggung Sungyoung.

Tak ada jawaban dari Sungyoung, hanya terdengar isakan. Lay makin mengeratkan pelukannya ketika merasakan tubuh Sungyoung melemas.

“Sunyoungie.. kau kurus..” Ucap Lay lirih.

“Lay.. kumohon.. jangan mendekat padaku lagi..” Ucap Sungyoung lemah.

“Eh? Wae?” Tanya Lay sedikit menaikkan suaranya.

“Karena… aku..” Seketika itu Sungyoung makin melemas dan ia terjatuh. Untungnya dengan sigap Lay menangkap tubuhnya. Sungyoung pingsan. Lay segera saja membawanya ke mobil dan mengantar Sungyoung pulang ke rumahnya.

“Sungyoungie… ada apa denganmu?” Ucap Lay dalam hati.
.
.
.
.
.
.
Lay duduk disamping tempat tidur Sungyoung. Beberapa saat lalu ia tiba dirumah Sungyoung dan para maid langsung membukakan pintu kamar Sungyoung agar ia segera dibaringkan. Orang tua Sungyoung tak ada dirumah. Lay sempat meminta maid untuk membuatkan makanan. Lay duduk sambil menggenggam dan mengelus tangan halus Sungyoung yang sekarang terlihat kurus. Matanya tak henti menatap wajah cantik Sungyoung meskipun pipinya terlihat tirus.

Sungyoung bergerak gelisah, Lay langsung mengusap dahi Sungyoung lembut.

“Sungie… kau sudah merasa baikan?” Tanya Lay lembut.

Sungyoung mengerjabkan matanya mencoba membiasakan cahaya yang masuk ke retinanya. Matanya membulat mendapati Lay dihadapannya.

“La..Lay..” Lirihnya.

Lay tersenyum manis. Ia memberikan senyum terbaiknya guna menenangkan yeoja ini. Ia mengusap rambut Sungyoung lembut dan merapikan rambut pendek yang sedikit berantakan itu.

“Ah.. kau belum makan.. Ini makanlah dulu..” Ucap Lay sambil membantu Sungyoung duduk.

Sungyoung menggeleng.

“Wae? Kau harus makan…”

“A..aku harus lebih kurus lagi..” ucap Sungyoung. Lay menghela nafas berat. Ada apa dengan Sungyoung ini.

“Jelaskan padaku.. ada apa sebenarnya?” Tanya Lay. Ia sudah merasa jengah. Ia sedih melihat keadaan Sungyoung sekarang.

“Kenapa kau seperti ini? Tiba-tiba saja kau menghindariku belakangan ini. Dan lihat keadaanmu sekarang! Kau seperti orang sakit Sungyoung!” Lay sedikit menaikkan suaranya tetapi masih berusaha meredam emosinya.

“A..ku.. aku harus lebih kurus.. supaya.. aku bisa.. memakai baju yang cantik.. dan bisa.. lebih pantas berada disampingmu…tap..i aku sadar aku jelek.. sebisa apapun aku berusaha menjadi yeoja yang manis aku tidak mungkin bisa..” ucap Sungyoung pelan dan terbata. Mendengar itu Lay membulatkan matanya tak percaya. Sungyoung itu polos atau apa?

“Sungie…hahh.. dengarkan aku..” Ucap Lay sambil menghela nafasnya. Ia menggenggam tangan Sungyoung erat.

“Siapa yang bilang jika kurus kau akan menjadi cantik? Siapa yang bilang dengan cara seperti ini, cara menyiksa diri seperti ini kau akan menjadi cantik?” Ucapan Lay lagi-lagi terputus karena ia kembali menghela nafas beratnya.

“Dengar… Sungyoungie.. alasan utama selama ini aku mendekatimu adalah.. sudah jelas bukan? Karena aku mencintaimu.. Aku suka padamu.. Dengan sikapmu seperti ini aku merasa bersalah.. sangat.. Sungyoungie.. dengan cara seperti ini hanya membuatmu menderita, sayang.. Aku tidak suka kau begini.. AKu mencintai Sungyoung yang imut dengan pipi chubbynya, aku menyukai Sungyoung yang makan dengan lahap… Aku mencintaimu apa adanya….” Ucap Lay.

Sungyoung terdiam, ia masih mencerna ucapan Lay barusan. Apa tadi? Lay bilang ia mencintai Sungyoung?

“Uhm.. tapi.. kau itu tampan.. pasti kau cocok dengan yeoja manis yang cocok memakai pakaian yang imut dan cantik.. tidak seperti..” Ucapan Sungyoung terpotong saat Lay memeluknya.

“Aku mencintaimu Sungyoung.. Aku tidak peduli jikalau suatu saat kau menjadi gemuk atau apapun terserah.. Yang aku cintai adalah Sungyoung, hanya Sungyoung.. Sungyoung yang bagaimanapun, bagiku tetap Sungyoung… Dimataku Sungyoung tetap yang tercantik…Kumohon Sungyoung.. aku tidak mau melihatmu seperti ini…” Ucap Lay.

Sungyoung tidak membalas perkataan Lay. Ia menggerakan tangannya membalas pelukan Lay.

“Hiks.. mi..mianhae.. Lay.. aku hiks.. tidak percaya diri…” Ucap Sungyoung akhirnya.

Lay melepaskan pelukannya. Ia menghapus airmata Sungyoung dengan lembut. Lalu mengecup kedua kelopak mata Sungyoung. Mata itu menatap Lay teduh, meski terlihat sedikit kantung mata yang menghitam, tapi bagi Lay wajah itu tetap cantik.

“Saranghae, Sungie.. Saranghae, Kim Sung Young…” Ucap Lay.

“Nado.. saranghae, Zhang Yixing” Jawab Sungyoung.

Lay tersenyum, ia kembali merapikan rambut Sungyoung.

“Sekarang makan, ne? Sepertinya aku harus menyiapkan program perbaikan gizi untukmu…” canda Lay sambil terkekeh pelan. Ia meraih piring yang berisi makanan yang terletak di atas meja sebelah tempat tidur Sungyoung.

“Lay.. Suapi~~~” Ucap Sungyoung.

“Aih.. Sungyoung-ku telah kembali… Aigoo kyeopta..” Ucap Lay seraya mencubit hidung Sungyoung pelan.

Blush! Semburat merah tak bisa disembunyikan Sungyoung.

Lay mulai menyuapi Sungyoung. Sungyoung kembali makan dengan lahap. Lay benar, ia hanya menyiksa dirinya sendiri dengan cara seperti ini. Untunglah Sungyoung…

“Enak?” Tanya Lay. Sungyoung hanya mengangguk.

“Mau kubuat lebih enak?” Tanya Lay lagi.

“Eh? Bagaimana?” Tanya Sungyoung balik.

“Memakai ‘ini’” Ucap Lay sambil menunjuk bibirnya sendiri.

Sungyoung yang mengerti ucapan Lay langsung membulatkan matanya.

“MWO?! Andwae!!! Tidak perlu! Begini sudah sangat enak!!” Ucap Sungyoung dengan semburat merah dipipinya. Ia segera meraih piring yang ada ditangan Lay dan memakan makanannya sendiri.

Lay terkekeh. Ia terus menatapi Sungyoung yang makan dengan ekspresi yang terlihat imut di mata Lay.

“Syukurlah.. kau sudah baikan? Mulai sekarang aku yang akan memantau makanmu. Kalau perlu aku akan membuatkan bekal untukmu setiap hari” Ucap Lay protektif.

“Hehe.. terserah kau saja, kau seperti Umma saja.. hehe” Lay mengusak rambut Sungyoung pelan.

“Jangan seperti ini lagi ya.. Kau tidak tahu rasanya jadi aku ketika kau tiba-tiba saja menjauh dariku…” Ucap Lay. Sungyoung mengangguk. Lay tersenyum.

“Saranghae..”

“Nado”

Dan mereka kembali menyalurkan kehangatan dan rasa cinta melalui pelukam yang hangat. (saya ngiri nulis ini. Beneran.. *tendang author mengganggu jalan cerita!*)
.
.
.
.
.
.
Pagi itu Lay menjemput Sungyoung, Mereka ke sekolah bersama. Ah manisnya..
Lay menggandeng tangan Sungyoung selama mereka berjalan dari parkiran. Terlihat orang-orang yang memperhatikan mereka diantaranya ada yang terkejut, memuji sampai mencibir. Lay melirik Sungyoung yang menunduk ketika mereka melewati sekelompok yeoja yang entah sedang membisikkan apa sambil menatap Sungyoung sinis.

“Ah.. apa gara-gara in Sungie-ku menjauhiku?” gumam Lay dalam hati.

Dalam sehali hentakkan Lay menarik Sungyoung kedalam pelukannya. Dan..

CHU~

Mata Sungyoung membulat sempurna.

“Kyaaaaaaaa!!!” teriakan riuh terdengar disekeliling mereka.

Lay mencium Sungyoung dihadapan semuanya.

“Ayo kita pergi, Sungyoungie-ku yang cantik…” Ucap Lay sengaja mengeraskan suaranya sambil sedikit melirik kearah sekelompok yeoja tadi yang mematung karena momen itu terjadi tepat dihadapan mereka.

“Ya! Kau Pabbo! Apa yang kau lakukan!!” Umpat Sungyoung.

“Hanya memberitahu mereka kalau kau sekarang MILIKKU!” jawab Lay menekankan kata ‘milikku’.

Ah~ sudahlah Sungyoung… jangan lagi mencoba menyembunyikan semburat merah mu lagi…

“Lebih baik aku makan 30 porsi ramen daripada seperti ini lagi” Histeris Sungyoung dalam hati.

Lay dan Sungyoung terus berlalu, meninggalkan beberapa orang yang masih mematung ditempatnya.

“Woahh… Yixing-ssi Jjang!! Hebat…!! Chagi.. kenapa kita tidak seperti mereka saja??” ucap Baekhyun nakal ketika tak sengaja menyaksikan kejadian tadi.

PLETAK!

“Shireo!! Lakukan saja dengan tembok!!” Eun Ah menjitak namjachingunya itu dan berlalu meninggalkannya.

“Yaaa… Chagii.. ayolaaahhh aku ingin seperti merekaa chagiii…” Baekhyun mengikuti sambil merajuk memakai jurus aegyo puppy eyesnya pada Eun Ah meskipun yeojanya itu tak mempedulikannya. Poor Baekhyun.

Lay masih menggandeng tangan Sungyoung. Sedangkan Sungyoung masih menunduk menahan malu. Entahlah wajahnya kini sudah seperti kepiting rebus.

“Chagiya.. bagaimana kalau hari ini kau bolos saja eum? Kita lanjutkan yang tadi…” Bisik Lay tepat ditelinga Sungyoung mencoba mengoda yeojanya itu.

PLETAK! BUGH!

Satu jitakan berhasil mendarat di kepala Lay. Disusul tas Sungyoung yang mendarat dengan manis di wajah Lay.

“ANDWAEEEE….!! LAY AKU TIDAK MENYANGKA KAU SE-PERVERT ITU!! PERGI SAJA KE CINA SANA! DOKTER PERVERT!!!” Teriak Sungyoung tak kenal tempat.

“Hahahaha…. Aku pasti akan membawamu serta ke Cina, Baby… hehe” Lay masih saja menggoda Sungyoung. Oh Lay… Kenapa kau jadi seperti ini?

Sungyoung menghempaskan tangan Lay kasar dan segera berlalu menuju kelasnya mengakhiri pagi yang rumit ini. Rumit? Atau menyenangkan untukmu, Sungyoung?

“HAHAHA… Finally I Got You! Sungyoung!!” ucap Lay.

Dan suasana pagi yang menggemparkan di sekolah itu mereda karena bel tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi. Tentu kejadian itu memberi perubahan bagi kehidupan sekolah Sungyoung. Terimalah nasibmu Sungyoung…. Kau akan mendapat godaan tiap hari, dari teman-temanmu, dari guru-guru mu.. dan tentunya dari namjachingu mu itu… satu pesan, tetap makan yang banyak ya! Sungie~~

END





Wuah.. jujur-jujuran aja nih ya.. author ngiri sama FF author sendiri #plakk
Hehe lupakan…
Sekali lagi Saengil Chukhahamnida buat MAWAR DIAH PRATIWI a.k.a KIM SUNGYOUNG hehehe~~
Semoga panjang umur ya adekku.. tetep lucu yaaa dimatakuuuu… teteh(?) selalu sayang kamuuuu mumumuuaacchh :* oh iya satu lagii… makan yang banyak ya sayaaanggg :D hehe

Daaann buat readers tercintahhh
Gomawo udah baca hehehe
Kecup basah dari author Kece MUUAHH!!!

*kabuuuuuur

Komentar

  1. waduhhhh cast nya sama dunia nyatanya mirip banget :D hahaha ceritanya juga romantis :) ciyeeee mawar ciyeeee #sikut sikut mawar .....
    hahahahaha sabar ya buat authornya :P hahahahayyyy
    good job ! :D lagi dong lagi lagi FF nya :D

    BalasHapus
  2. Mawar Diah Pratiwi1 Februari 2013 pukul 01.03

    aduuh aku maluuu :* haha makasih kakak ku sayaaang, salam cinta dari mawar diah pratiwi. ahhhhhh~ yang pasti makan no 1 tetup hohohoohohohoho, kado yang hebat ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. wuaahh makasih kembalii hhehe senengnyaaa ~~~
      hehe traktiran ah *plak hehehee

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer