Morning
Title : Morning
Author: NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Cast: Byun Baekhyun (EXO-K), Choi Eun Ah (OC)
Genre : Romance, friendship, sad.
Rated : T
Length : Oneshoot
Disclaimer : The character is not mine but the plot and story full mine.
Anneyoooonggg :D
MORNIIING :D hahaha
Author cantik badaaaiii #gubrakkh kembali dengan ff geje lagi... kali ini terinspirasi dari mimpi saya sendiri yang tiba-tiba datang di malam dingin yang romantis.. #plakk!
oke deehhh sekarang kita intip ceritanya pemirsahhh CEKIDOT....:D
TOK..TOK..
“Eun
Ah chagi.. bangun sayang..” panggil seorang wanita paruh baya didepan sebuah
pintu kayu bercat putih.
“Eughh..
sebentar lagi Umma… 5 menit..” jawab seseorang dari dalam dengan suara parau.
Wanita
paruh baya berwajah lembut itu menghela nafas pelan.
“Ayo
bangun sayang.. Bukannya kau akan membeli sarapan pagi ini..”
Tak
ada sahutan dari dalam, wanita itu kembali mengetuk pintu kamar anak perempuannya.
Tak
lama kemudian, tedengar suara gaduh dari dalam.
“Eun
Ah? Ada apa?” Tanya wanita itu khawatir.
“Sebentar
Umma…” ucap, lebih tepatnya teriakan dari dalam kamar. Tak lama muncul sesosok
gadis bertubuh mungil dibalik pintu bercat putih itu.
“Umma…
hehe maaf aku susah bangun..” Gadis bernama Choi Eun Ah itu hanya memberikan
cengiran kuda melihat Ummanya sedang berdiri sambil menyilangkan kedua
tangannya di dada ketika ia baru saja keluar.
“Aku
pergi dulu, Umma…” katanya dan segera berlalu.
“Hati-hati
sayang…”
Eun
Ah POV
Hmmm
udara pagi ini segar sekali… Huahh… meski cuaca masih sangat dingin.. jelas
saja ini masih jam setengah 6 pagi. Aku mengeratkan mantel tebal yang melapisi
piyamaku. Aku menyusuri jalan yang masih terdapat kubangan air disana-sini
karena hujan deras semalam. Kalian tak bertanya kenapa aku keluar rumah sepagi
ini? Hehe Aku sedang mencari sarapan, sekalian berjalan-jalan pagi. Aku suka
sekali. Tempat yang kutuju adalah Kedai langganan keluarga kami,letaknya bisa
ditempuh dengan berjalan kaki.
Aku
selalu pergi tiap pagi untuk membeli sarapan untukku dan ibuku, mengingat ibu
sagat sibuk dengan pekerjaanya, sehingga aku harus membeli sarapan, tapi aku
menikmatinya. Karena tiap pagi aku bisa merasa dunia hanya milikku.
Aku
terus saja berjalan sambil mengeratkan mantelku.Pagi ini lebih dingin dari hari
biasanya,apa karena hujan semalaman ya?
“Eun
Ah…” Panggil sebuah suara lirih. Aku menengok mencari suara itu. Aku edarkan
pandangan kesekeliling, tapi tak juga aku temukan sumber suara itu. Aku
mengidikkan bahu dan kembali berjalan. Aku kaget setengah mati ketika aku
sadari sebuah tangan yang dingin menggenggam pergelangan tanganku.
“Huwaaaa”
Aku berteriak kaget dan segera menutup mataku dengan tanganku.
Aku
gemetar Karena takut, apa itu hantu? Gyaaaaaa!!!
Aku
menggerakan tanganku acak mencoba melepaskan genggaman tangan itu sampai sebuah
suara menyadarkanku.
“Ya!
Choi Eun Ah! Ini akuu..!! Jangan memukulku seperti itu!” Teriak suara itu,
kewalahan karena aku terus memukulnya.
“Ba..Baekhyun?!”
aku kaget mendapati namja yag tadi menggenggam tanganku dan sempat kuanggap
hantu ini.
“Huh..
kau kira aku hantu eoh?” Katanya setelah melepaskan tanganku dan merapikan
mantelnya.
“M..mianhae…”
Kataku menyesal. Aku menunduk malu.
“Choi
Eun Ah~ Bogoshipeoyoo…..!” Serunya sambil memelukku. Aku terkesiap, benar juga,
kami sudah setahun lebih tak bertemu.
Dia
Byun Baekhyun, sahabatku yang paling dekat, sangat dekat. Tapi kami harus
berpisah karena dia mengejar impiannya jadi penyanyi dan belajar di luar
negeri.. Yah sepertinya tak perlu kujelaskan lagi bagaimana aku merindukannya.
Aku
balas memeluknya erat, tangannya terasa dingin di punggungku.
“Ada
apa dengan ransel besar ini?” Tanyaku heran ketika kudapati ransel besar di
punggung Baekhyun.
“Ah..
ani.. ehm.. sebenarnya aku baru dari airport dan belum sempat kerumah.. hehe” jelasnya
sambil menunjukkan smile eyesnya yang membuat jantung siapapun yang melihatnya
berdetak tak beraturan.
“Aigooo…
Jadi kau langsung kesini huh?” Tanyaku.
“Yah..
begitulah hehe..” jawabnya masih dengan senyuman khasnya.
“Seharusnya
kau pulang dulu, Baekkie.. Pasti orangtuamu merindukanmu eoh?” kataku sambil
sesekali merapatkan mantelku. Sepertinya seharian ini akan terasa dingin.
“Aku
sudah mengabari mereka kalau aku ke tempatmu dulu.. dan.. tentu saja mereka
mengizinkan…” jawabnya santai, kulihat ia pun mengencangkan mantelnya.
“Yah
setidaknya kau harus menyimpan dulu barang-barangmu ituu…” kataku tak mau
kalah.
“Ya!
Kau tidak senang aku datang?!” Katanya yang mungkin mulai bête dengan obrolan
ini haha..
“Ahahahhaha…
Ahni… Ahni.. Lantas apa yang membawamu segera kemari eum?” tanyaku lagi.
“Karena
aku merindukanmu…” Jawabnya dengan suara yang lembut, sangat lembut. Mata itu
menatapku lekat, mengunci segala pergerakanku. Mataku kerap melihat sepasang
iris lembut nan memabukkan itu.
“Ehm..
jadi, apa yang kau lakukan pagi-pagi sekali ini?” tanyanya mencairkan suasana.
“Ah…
a.. aku eh.. mencari sarapan..” Sial, kenapa aku jadi gugup begini?
“Hem..
kutemani, kajja!” Katanya dan menarik tanganku kedalam genggamannya. Aku masih
dalam kekagetanku ketika aku mengikuti langkahnya. Tanganku terlihat jauh lebih
kecil dari tangannya. Meskipun tubuhnya termasuk kecil untuk ukuran namja,
tetapi tubuhku juga jauuuhh lebih kecil.. Sehingga aku pikir.. apa kami
terlihat serasi? Ahahah aku pabbo!
Dia
terus saja menggenggam tanganku sambil menyusuri jalan berair ini. Tangannya
terasa dingin sekali. Udara pagi ini tak menghangat juga, padahal mentari sudah
jelas kulihat terbit diufuk timur. Tapi mengapa tak juga cuaca hari ini menjadi
hangat?
Author
POV
Dua
anak manusia itu terlihat bercengkrama akrab sambil sesekali tertawa. Sang
namja menggenggam erat tangan mungil sang yeoja yang dirindukannya ini. Entah
kenapa Baekhyun begitu merindukan sahabat karibnya ini.
Bisa
dirasakan Eun Ah gemuruh didadanya. Jantungnya memburu untuk keluar saat ia
melihat Baekhyun tersenyum, tertawa atau ketika mereka tiba-tiba saja temu
pandang.
Begitu
pula dengan Baekhyun, rasanya waktu setahun lebih mereka berpisah membuatnya
enggan melepaskan tangan mungil itu.
Tak
lama mereka telah sampai di kedai yang dituju Eun Ah. Pemilik kedai menyambut
mereka hangat, dengan cepat menyajikan minuman hangat untuk sedikit
menghangatkan tubuh dari dinginnya cuaca hari ini.
“Sepertinya
hari ini akan hujan.. hmm” kata ahjumma pemilik kedai yang telah akrab dengan
Eun Ah.
“Yah..
sepertinya begitu, Ahjumma.. tak biasanya sedingin ini..” Jawab Eun Ah setelah
menyesap sedikit minuman hangat itu. Bisa ia lihat Ahjumma itu menatap tanya
pada Baekhyun.
“Ah..
ahjumma perkenalkan, ini temanku, Baekhyun, dia baru saja tiba disini..” Eun Ah
menjelaskan seakan mengerti tatapan Ahjumma itu.
“Baekhyun
inmida.. bagapta..” ucap baekhyun seraya membungkuk sopan. Dibalas dengan
senyuman hangat ahjumma itu.
“Kau
selalu membeli makanan disini eum?” Tanya Baekhyun.
“Begitulah..
kedai ini langgananku dan eomma.. makanannya enak sekalii” jawab Eun Ah
berbinar.
Baekhyun
terkekeh pelan melihat tingkah yeoja mungil di sampingnya ini.
“Bagaimana
eomma mu?” tanyanya lagi.
“Yah,..
seperti itulah, dia makin sibuk semenjak Appa dipindahtugaskan bekerja diluar
kota, eomma makin sibuk dengan pekerjaanya. Makannya tiap pagi tak jarang ia
pergi duluan sebelum aku bangun, atau tak sempat sarapan atau membuat sarapan.
Sehingga aku harus membeli sendiri.. tapi tak apa, aku senang kalau setiap pagi
aku harus datang ke kedai ini.. hehe” Jelas Eun Ah panjang kali lebar diakhiri
senyuman di bibir tebalnya.
Baekhyun
tersenyum penuh arti menatap yeoja disampingnya ini, perlahan ia meraih tangan
mungil itu lagi dan menggenggamnya erat. Eun Ah tentu saja bertanya-tanya.
“Biarlah
seperti ini dulu sebentar saja” ucap Baekhyun seakan mengerti apa yang ada
dipikiran Eun Ah. Bisa ia rasakan genggaman Baekhyun semakin erat. Ia hanya
bisa menelan berat salivanya berkali-kali, dan mati-matian menyembunyikan wajah
putihnya yang sukses merona.
“Oh
jantung, tenanglah.. calm down please…!!” teriak Eun Ah dalam hati merasakan
gemuruh didadanya makin menjadi. Ia takut kalau detak jantungnya ini terasa
sampai tangannya yang tengah digenggam Baekhyun itu.
Ia
menatap Baekhyun dengan gerakan sepelan mungkin. Dilihatnya wajah Baekhyun yang
tengah menatap lurus kedepan. Tatapan matanya sedikit kosong. Eun Ah kembali
bertanya-tanya. Tapi pikiran-pikiran aneh yang sempat singgah di kepalanya
kembali sirna saat dengan cepat Baekhyun mengeratkan genggamannya dan membawa
tangan itu ke saku mantelnya, mencoba memberikan kehangatan lebih.
“Sudah
sedikit hangat eum?” Tanya Baekhyun sambil tersenyum.
“A..
ah.. n.ne..” Ah sudahlah sepertinya smile eyes itu sukses (lagi) membuat wajah
Eun Ah memerah seperti tomat masak.
“ini
pesananmu Eun Ah-ya.. maaf sedikit lama karena aku harus memasaknya sendiri…”
Ahjuma itu mengusik kegiatan dua sejoli ini dan sukses membuat genggaman itu
terlepas. Masing-masing dari mereka terlihat salah tingkah.. jelas saja..
“Aisssh..
padahal suasananya tadi bagus sekali” Umpat Baekhyun dalam hati.
Eun
Ah segera menyerahkan beberapa lembar won pada ahjumma itu kemudian membungkuk
dan memberi salam.
“Hari
ini sangat dingin.. sepertinya genggaman tangan tak buruk..” Ahjumma itu
berkata dengan nada sedikit menyindir dan terkekeh pelan.
Blush!
Dan
sukses membuat semburat merah muncul dipipi kedua orang yang hendak beranjak dari
kedai itu. Mereka berdua pamit dengan kikuk. Ahjumma itu terkekeh melihat
tingkah polah duo mungil itu.
“Haaah…
masa muda..” Ahjuma itu menghela nafas pelan ketika Baekhyun dan Eun Ah telah
keluar dari kedainya.
Baekhyun
dan Eun Ah kembali menyusuri jalanan yang masih becek itu, tapi kali ini
suasana terasa sedikit canggung. Tak ada satupun dari mereka yang memulai
percakapan. Sampai angin berhembus menusuk tulang. Eun Ah memeluk dirinya
sendiri dan menyembunyikan tangannya di saku mantelnya. Baekhyun yang menyadari
itu mendekatkan dirinya pada Eun Ah dan membawa tubuh mungil itu mendekat
padanya. Otomatis Eun Ah terkejut dengan sikap Baekhyun ini. Baekhyun semakin
mengeratkan pelukannya pada bahu Eun Ah mencoba menghilangkan kedinginan yang
tengah dirasakan yeoja itu, juga dirinya tentunya. Ia tersenyum melihat rona
merah di pipi Eun Ah semakin memerah. Dan perlahan suasana kikuk tadi mulai
mencair. Kembali dengan tawa dan obrolan hangat mereka.
Baekhyun
berhenti ketika mereka sampai di depan sebuah taman. Ia menatap taman itu sayu.
“Bisakah
kita mampir sebentar disini?” Tanyanya dan dijawab anggukan oleh Eun Ah.
Mereka
berdua duduk di ayunan di taman itu. Entah kapan terakhir kali mereka
bermain-main atau sekedar duduk menghabiskan waktu di ayunan seperti ini,
seperti yang biasa mereka lakukan di taman belakang sekolah mereka setiap waktu
pulang, iatirahat atau setiap waktu membolos.. haduh…
Hening,
tak ada yang bersuara diantara mereka, mereka sibuk dengan pikiran
masing-masing. Entah apa yang dipikirkan mereka author pun tak tahu (?)
“Eun
Ah..” Baekhyun membuka pembicaraan.
“Ne?”
Jawab sekaligus Tanya Eun Ah.
Baekhyun
menghela nafas dan menghadapkan wajahnya ke langit yang mulai terang. Matanya
melihat sekelompok burung-burung yang terbang menghiasi langit pagi itu. Eun Ah
masih setia menantikan apa yang akan diucapkan Baekhyun.
“Aku..
setelah ini akan segera pergi lagi.” Ucap Baekhyun tanpa memalingkan
pandangannya dari langit.
“Eh?”
ucap Eun Ah kaget. Ayolah.. mereka baru saja bertemu beberapa menit lalu masa
Baekhyun harus pergi lagi..
“Ne..
Aku harus segera pergi lagi. Waktuku sangat mendesak, Eun Ah..” ucap Baekhyun
kali ini menatap Eun Ah.
“Tapi..
kenapa? Kau bahkan belum pulang ke rumahmu kan?” Tanya Eun Ah parau. Ia
mati-matian menahan cairan di pelupuk matanya yang memaksa untuk keluar.
“Tapi,
waktuku tak banyak, aku harus segera pergi lagi.” Ucap Baekhyun.
“Tapi..
kita baru saja bertemu, Baekhyun-ah..” Ucap Eun Ah masih berusaha untuk tidak
menangis. Dirasakannya sesak didadanya. Pasalnya ia baru saja melepas kerinduan
yang sangat.
Baekhyun
berdiri dari duduknya dan mendekat pada Eun Ah, ditariknya tubuh mungil itu
kedalam pelukannya.
Hangat,
itu yang dirasakan Eun Ah saat ini.
“Mianhae,
tapi aku senang karena aku masih bisa bertemu denganmu” Ucap Baekhyun sambil
mengelus pelan punggung mungil itu, makin mengeratkan pelukanya, meletakan
dagunya di puncak kepala Eun Ah. Dirasakan tubuh itu bergetar, samar terdengar
isakan.
“Uljima,
Eun Ah.. setidaknya kita sudah bertemu kan?” ucap Baekhyun sedikit
merenggangkan pelukannya dan menghapus sungai kecil yang mengalir di pipi
mungil nan mulus Eun Ah.
Kembali
dipeluknya tubuh itu. Angin kembali berhembus makin menusuk tulang. Baekhyun
merapatkan pelukannya kembali.
“Saranghae,
Eun Ah..” Lirih Baekhyun pelan, mungkin hanya terdengar olehnya sendiri. Tapi
Eun Ah sempat mendengar gumaman itu meski tak terdengar jelas.
“Apa?
Kau tadi bilang apa Baekkie? Maaf aku tidak mendengarnya gara-gara angin
tadi..” Ucap Eun Ah seraya menatap Baekhyun.
“Ahni…
aku tak mengatakan apa-apa kok…” Jawab Baekhyun dan kembali memeluk Eun Ah, dan
mengecup puncak kepala gadis itu.
Mereka
saling berpamitan di pintu taman. Eun Ah melirik jam yang ada di ponselnya dan
sedikit terkejut. Tak terasa ia keluar cukup lama, eommanya pasti menunggu.
Setelah bersalaman mereka pun berpisah berlawanan arah.
“Eun
Ah SARANGHAE..!!!” Ucap Baekhyun keras tapi suaranya kembali tenggelam oleh
angin yang datang dengan kencang.
Eun
Ah menengok sebentar ke belakang dimana tadi ia berpisah dengan Baekhyun. Tak
didapatinya sosok namja itu.
“Apa
Baekhyun seburu-buru itu? Cepat sekali ia pergi..” Ia pun kembali meanjutkan
langkah kecilnya sedikit berlari karena taun nanti eommanya menyemprotnya
karena pergi terlalu lama.
CKLEK!
“Eomma..
aku pulang.. maaf menunggu lama, tadi- “ Ucapan Eun Ah terputus ketika Eomanya
mendekatinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Eun
Ah…! Tabahkan hatimu nak!” Ucap Eomma dan langsung memeluk putrinya itu ke
pelukannya. Tentu saja Eun Ah bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Eommanya
ini.
“Pemirsa,
terjadi kecelakaan Pesawat Korean airlines pada pukul 05.30 pagi tadi, pesawat
naas itu tergelincir landasan pesawat saat landing karena keadaan landasan yang
licin setelah hujan. Pesawat itu seketika meledak, dan terbakar…” Kalimat
berita itu segera terdengar di televisi. Entah sudah berapa kali kejadian itu
disiarkan, dan mungkin eomma sudah melihatnya terlebih dahulu. Seketika tubuh
Eun Ah melemas. Tapi hatinya masih bertanya-tanya.
“Eun
Ah…! Eomma mohon relakan dia…” Ucapan eomma terputus-putus membuat Eun Ah
geram.
“Siapa
yang eomma maksud relakan?!” Ucap Eun Ah sedikit berteriak karena rasa penasaran.
“D..dia..
B..baekhyun.. dia telah…” Eomma takkuasa menahan tangisnya. Eun Ah berdebar,
hampir ia akan bertanya lagi ketika layar televise menampilkan daftar nama
korban kecelakaan pesawat itu.
Tubuhnya
merosot seketika, tangisnya pecah. Nama Byun Baekhyun terpampang jelas di
antara nama-nama korban yang ditampilkan di televisi.
Ia
ingat, jam 05.30 pagi ini, saat ia bertemu Baekhyun tiba-tiba. Ia berfikir..
Baekhyun saat itu.. apa Baekhyun sengaja datang ke tempatnya untuk memberitahu
hal ini?
“Hiks..
Baekhyun-ah.. apa kau sengaja mendatangiku? Kenapa..kenapa kau tiba-tiba datang
seperti ini dan pergi begitu saja, Baekhyun-ah…” ucap Eun Ah sambil terisak.
Dadanya terasa sesak, mengingat jelas-jelas ia telah bertemu Baekhyun beberapa
menit yang lalu. Apa Baekhyun ingin memberi tahu sesuatu?
Eun
Ah berlari keluar rumahnya, masih dengan piyama dan mantel yang melekat
ditubuhnya, ia pergi ketempat tadi ia bertemu Baekhyun. Ia berlari
sekencang-kencangnya. DItabraknya orang-orang yang sudah mulai berlalu lalang
dijalanan. Langkahnya melambat ketika ia sampai di pintu taman itu.
Eun
Ah jatuh bertumpu di lututnya, nafasnya terengah-engah, mencoba mengambil
oksigen sebanyak-banyaknya. Tangisnya kembali pecah seketika.
Angin
yang menusuk itu kembali berhembus, entah dari mana perlahan Eun Ah mendengar
bisikan ‘SARANGHAE’. Mungkinkah kata itu yang Baekhyun katakana tadi? Batin Eun
Ah.
“Hiks..hiks..
Na..nado saranghae, Baekhyun-ah.. hiks.. huwaaaaaaaa hiks..” jawab Eun Ah
dengan tangisnya yang benar-benar tak tertahan lagi.
Pagi
berikutnya, dan Pagi pagi selanjutnya, Eun Ah tetap pergi keluar rumah untuk
kebiasaanya membeli sarapan. Walaupun semenjak pagi itu, ia meras asesuatu
hilang dari dirinya. Senyum hangat dan manis serta ramah itu masih teringat di
kepalanya. Dsn pagi itu, menambah berwarna kehidupan pagi Eun Ah.
END
Prok..prok..prokk...
baik itulah pemirsahh sepenggal kisah mimpi sayah yang miris huhuhu....
huwe tissu saya habis..
readers: So?
mueehehehehehhee
gomawo udah baca readers tersayang :D
kecup basahh dari author cantikk badaaaii ini MUAACH!! :*
huaaaaaahahahahahahahahaha sediiiiiihhhhhhh sroooottt sroootttt gak pake tissue bikinin aq yah
BalasHapuswihhh seru endingnya,,,
BalasHapusnyentuh d hati,,,
walaupun awal-awalnya terasa membingungkan...
good job
7 dari 10