My Lovely Brother

Rama POV

            Aku masih belum bisa berhenti menangis sepulang pemakaman. Masih kuingat betul kejadian saat terakhir kali aku bersama keluargaku, menikmati liburan dengan penuh kebahagiaan, sebelum kacelakaan itu merenggut nyawa kedua orangtuaku. Kulihat hyung-ku mendekatiku dan memelukku, tangisku makin pecah, tak bisa lagi kutahan. Kini aku hidup bersama hyung-ku, Donghae, keluargaku satu-satunya.

***

            Hampir setahun berlalu setelah kejadian itu, kini aku dan hyung-ku telah menjalani kehidupan baru kami, selain kuliah, Donghae-hyung juga bekerja, dia membuka usaha restoran kecil bersama kedua sahabatnya, Kyuhyun-hyung dan Fuji-onnie. Donghae-hyung selalu bilang padaku untuk jangan pernah putus asa menghadapi kehidupan ini itu yang selalu membuatku bangkit, hingga kini aku berhasil bangun dari kesedihan.
            “Hei, berhentilah melamun...! Nanti kau cepat tua...” Fuji-onnie menegurku.
            “Mian, onnie...” kataku.
            “Hyung-mu dan Kyuhyun sedang mengantarkan pesanan, kita bisa sedikit santai hari ini, karena hari ini jarang pelanggan datang.” Jelas Fuji-onnie sambil menyodorkan segelas cappuchino hangat padaku.
            “Miumlah ini, hari ini udara sedikit dingin...” sambungnya. Aku pun mengangguk dan meminumnya.
            “Seperti biasa cappuchino buatan onnie selalu enak..” kataku.
            “Bisa saja kau ini...” kata Fuji-onnie sambil tersenyum. “Wah, ada pelanggan, aku layani dulu, ya..!” kata Fuji-onnie dan segera menghampiri pelanggan.
            Fuji-onnie adalah yeojachingu Kyuhyun-hyung. Mereka berdua adalah teman baik Donghae-hyung, mereka juga banyak membantu kami, aku senang berteman dengan mereka.
            “Kami pulang...” Donghae-hyung dan Kyuhyun-hyung datang.
            “Lama sekali... tak ada apa-apa kan...??” Fuji-onnie bertanya sambil membereskan box-box tempat makanan yang dibawa Donghae-hyung dan Kyuhyun-hyung.
            “Tak ada apa-apa... alamat pelanggan kita jauh sekali ternyata” Jawab Kyuhyun-hyung.
            “Sepertinya akan turun salju, bersiap-siaplah.. udara dingin sekali..” kata Donghae-hyung sambil melepas jaketnya.
            “Kalian duduk saja dulu, aku buatkan cappuchino...” kata Fuji-onnie.
            “Hari ini jarang ada pelanggan, hyung...” kataku sambil mengambil tempat duduk disamping Donghae-hyung. Ketika itu pelanggan yang tadi keluar.
            “Yah.. hari ini dingin, mungkin orang-orang malas pergi keluar.. Hari ini kita tutup saja, toh jalanan juga sepi..” kata Donghae-hyung.
            Akhirnya kami menutup restoran lebih cepat. Kami pun berkumpul didalam restoran. Tempat ini sudah seperti rumah buat kami. Aku melirik ke jendela, kulihat salju sudah mulai turun.
            “Sepertinya kita akan pulang terlambat, changi, tak apa kan..?” Kyuhyun-hyung bertanya pada Fuji-onnie.
            “Tak apa... lagi pula masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan disini...” jawab Fuji-onnie dari dapur.
            Kyuhyun-hyung menghela nafas panjang. “Apa kita akan terus seperti ini, Donghae..?” tanya Kyuhyun-hyung kemudian.
            “Maksudmu..??” Tanya Donghae-hyung.
            “Restoran kita sekarang mulai sepi pengunjung, pelanggan yang pesan antar pun makin berkurang...” jelas Kyuhyun-hyung.
            Kulihat Donghae-hyung menengadahkan kepalanya sambil mengusap wajahnya. Kupikir ini obrolan penting, aku tak boleh ikut campur lebih jauh. Aku bangun dari kursiku dan pergi menuju dapur.
            Aku memperhatikan dari dapur kulihat Donghae-hyung dan Kyuhyun-hyung mengobrol dengan serius. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi kurasa itu menyangkut restoran ini. Memang sebulan terakhir ini restoran kita mulai sepi pengunjung, sehari tak lebih 20 pengunjung yang datang dan makin berkurang. Aku pun khawatir dengan keadaan ini.
            “Fuji-onnie, apa kita akan baik-baik saja..?” tanyaku.
            “Tentu saja, Rama... kita pasti akan baik-baik saja....” jawab Fuji-onnie.
            Aku tahu, kami semua disini pasti cemas dengan keadaan ini. Aku ingin melakukan sesuatu, tapi apa yang bisa kulakukan....

***

Donghae POV

            Waktu menunjukkan pukul 8 malam ketika kami tiba dirumah. Hari ini kami tutup lebih cepat, tapi entah kenapa aku merasa lelah sekali. Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa.
            “Kau mandilah dulu, Rama..” kataku. Kulihat Rama langsung menuju kamar. Aku tahu mungkin dia khawatir. Tenang saja, Rama, semua akan baik-baik saja.
            Aku memejamkan mataku, membiarkan rasa lelah ini merambat ditubuhku.
            “Appa.. Umma.. seandainya kalian ada disini... aku sangat merindukan kalian...” gumamku, tak terasa air mata mengalir, aku tak bisa menahannya. Tidak, aku tak boleh seperti ini, aku harus kuat demi dongsaeng-ku satu-satunya, demi Rama.
            “Donghae-hyung, aku sudah selesai, Hyung segeralah mandi...” terdengar suaranya mengejutkanku. Aku pun lekas bangun, aku tak ingin Rama tahu keadaanku begini. Sebisa mungkin aku menyembunyikannya.
            “Ya, aku akan segera mandi...” Aku langsung menuju kamar mandi.
            “Hyung, kau baik-baik saja kan...???” tanyanya yang mungkin menyadari sikapku.
            “Gwaenchanha... Aku baik-baik saja...” kataku sambil tersenyum dan mengusap rambutnya. Aku tak ingin dia tahu keterpurukanku.
            Rama tersenyum dan langsung kembali ke kamarnya. Maafkan aku, Rama, membuatmu khawatir seperti ini.
            “Hyung... belum tidur..??” Tanya Rama sambil masuk ke kamarku. Mengejutkanku yang sedang bergelut dengan laptopku.
            “Belum, kemarilah...” kataku menyuruh Rama masuk.
            “Kau juga belum tidur...?” tanyaku.
            “Aku tak bisa tidur, Hyung...” jawabnya sambil duduk di tempat tidurku.
            “Harusnya kau cepat tidur, Rama, besok kau harus bangun pagi dan berangkat sekolah...” kataku sambil masih serius didepan laptopku.
            “Hyung...”
            “Ada apa..?”
            “Besok.. aku tak ingin pergi kesekolah...” katanya. Aku kaget dan langsung berbalik meninggalkan laptopku.
            “Kenapa..??” tanyaku.
            “Aku ingin membantu Hyung di restoran... “ jawabnya.
            “Tidak... tidak boleh.. kau harus sekolah, Rama..” kataku.
            “Tapi, hyung.. aku tak ingin Hyung bekerja sendirian... aku ingin membantu Donghae-hyung...” katanya.
            “Rama, dengarkan aku, aku tak sendirian, aku bersama Kyuhyun dan Fuji, jadi apa lagi yang kau cemaskan... pokoknya kau harus sekolah, aku tak ingin sekolahmu terganggu...” jawabku.
            “Tapi...”
            “Rama, aku sering mengatakan padamu bahwa kita jangan putus asa.. seberat apapun masalah yang kita hadapi... kita harus percaya kita pasti bisa menyelesaikannya...” kataku. Mianhae, Rama, sudah membuatmu cemas sampai seperti ini.
            “Hyung sangat mirip Appa... selalu optimis disaat seperti ini..” katanya sambil tersenyum.
            Aku tersenyum padanya, sambil mengusap rambutnya aku menyuruhnya untuk tidur.
            “Sekarang tidurlah, besok masih ada hari yang harus kita lewati dengan penuh semangat..” kataku, dia mengangguk pelan dan segera menuju kamarnya.
            “Selamat tidur, Hyung...” ucapnya sebelum keluar dari kamarku.
            “Selamat tidur...” jawabku, Rama pun berlalu.
            Aku melemparkan tubuhku di tempat tidur, mataku menerawang jauh. Memoriku melayang kembali ke beberapa tahun yang lalu. Hangat kembali kurasakan, kami berempat berkumpul bersama sebagai satu keluarga, Appa, Umma, aku dan Rama. Kupejamkan mataku dan kurasakan kehangatan itu didadaku. Perlahan aku tersenyum, bersamaan dengan perasaan optimis dan semangat yang tiba-tiba muncul dihatiku. Aku yakin, akan ada hal baik yang menunggu kita di depan. Aku pun membiarkan rasa lelahku perlahan membuatku tenang dan masuk kedalam duniaku sendiri, aku pun terlelap.

***

Rama POV

            Aku merasa sedikit tenang melihat senyuman Donghae-hyung, meskipun kulihat ada sedikit kesedihan dibalik senyumnya. Tapi aku tahu, Donghae-hyung orang yang tegar.
            “Rama.... ireona.. sudah pagi...” suara Donghae-hyung membangunkanku. Aku membuka mataku dan melihat cahaya yang masuk melalui celah korden jendela kamarku. Dingin sekalu udaranya, rupanya salju sudah menumpuk dihalaman rumahku. Aku langsung bangun dan segera membersihkan diriku.
            “Donghae-hyung...? tidak pergi kuliah...?” tanyaku heran ketika melihat Donghae-hyung masih sibuk didapur mempersiapkan bahan-bahan masakan yang akan dibawa ke restoran.
            “Tidak, hari ini tak ada kuliah... Jadi aku langsung pergi ke restoran...” jawabnya.
            “Kau serius kan Hyung...?” tanyaku ragu.
            “Rama, kau mengira aku berbohong...??” jawab Donghae-hyung.
            Aku menggelengkan kepalaku, dan segera berpamitan. Kulihat seulas senyum diwajahnya sebelum ku beranjak pergi, aku pun balas tersenyum, semoga Donghae-hyung baik-baik saja.

***

            Aku langsung datang ke restoran setelah pulang sekolah. Kulihat restoran tetap seperti kemarin, sepi. Hanya beberapa pelanggan yang datang. Restoran kami tak seramai saat pertama dibuka, entah kenapa.
            Aku langsung menuju ke dapur dan langsung mengganti seragamku. Kulihat Fuji-onnie dan Kyuhyun-hyung sedang sibuk menyiapkan pesanan. Dimana Donghae-hyung?
            “Hyung, Onnie, dimana Donghae-hyung...?” tanyaku.
            “Hyung-mu sedang pergi berbelanja, sebentar lagi juga sepertinya pulang.” Jawab Kyuhyun-hyung. Aku pun mulai bekerja, menghampiri setiap pelanggan, dan mencoba untuk menarik pelanggan.
            “Aku pulang...” Donghae-hyung masuk sambil membawa bungkusan plastik besar. Kyuhyun-hyung langsung mengambil bungkusan itu.
            “Kau belanja banyak sekali, Donghae...” kata Kyuhyun-hyung.
            “Hei, aku punya rencana, ayo kita kreasikan makanan dan minuman baru, kita tarik pelanggan lagi, agar lebih banyak pelanggan yang datang ke restoran kita ini...!!” kata Donghae-hyung penuh semangat.
            “Kau serius...??” tanya Kyuhyun-hyung.
            “Tentu saja...!! Fuji, ayo cari tabloid masak dan cari info lebih banyak di internet dan dimanapun...!!!” kata Donghae-hyung.
            Ajaib sekali semangat Donghae-hyung seperti tertular pada yang lain, saat itu Kyuhyun-hyung dan Fuji-onnie juga langsung bersemangat. Aku pun tak kalah bersemangat.
Donghae-hyung, kau orang yang hebat.

***

Semuanya pun berjuang membuat kreasi makanan dan minuman, aku pun tak ingin kalah, aku ingin membantu sebisaku. Kami bersama-sama membangun kembali restoran ini.
Suatu malam setelah restoran tutup, seperti biasa kami mengobrol bersama di restoran sambil menikmati makanan. Kulihat Donghae-hyung dan Kyuhyun-hyung asyik sekali mengobrol.
“Rama, ayo bantu aku membereskan ini.” Kata Fuju-onnie. Aku mengangguk dan mengikuti Fuju-onnie ke dapur.
“Fuji-onnie, kenapa Fuji-onnie masih tetap bertahan di restoran ini?” entah kenapa tiba-tiba aku bertanya seperti itu. Kulihat Fuji-onnie kaget dengan pertanyaanku.
“Hahaha... bicara apa kau ini.... tentu saja, karena kami membangun restoran ini bersama-sama, masa akan ditinggalkan begitu saja.. ada-ada saja kau ini...” Jawab Fuji-onnie.
“Kenapa pernah terpikir untuk membuka usaha ini...?” tanyaku.
“Itu semua berkat Hyung-mu...” jawabnya.
“Donghae-hyung...??”
“Iya... Sejak orangtuamu meninggal, dia bertekad untuk menjadi hyung sekaligus Appa dan Umma untukmu. Dia ingin dongsaeng satu-satunya hidup dengan baik. Dan dia mengajak kami untuk bersama membangun restoran ini. Hyung mu itu orang yang hebat...” jelas Fuji-onnie.
Aku terdiam, tak bisa berkomentar apa-apa. Aku merasa terharu, Donghae-hyung benar-benar seorang hyung yang hebat. Tak terasa mataku basah, aku membiarkan tetesan lembut itu mengalir dipipiku. Aku menunduk dan terisak.
“Tegarlah, Rama... demi Hyung-mu...” kata Fuji-onnie sambil menepuk pundakku.

***




Donghae POV

            Aku melihat Fuji memberi isyarat dari dapur, aku pun segera ke dapur, kudapati Rama sedang menunduk dan terisak. Aku langsung mendekatinya dan mengusap kepalanya.
            “Kenapa kau menangis, Rama...??” tanyaku. Rama buru-buru menghapus air matanya, sepertinya dia terkejut.
            “Do.. Donghae-hyung.. aku tidak menangis...!!!” katanya.
            “Kau tak bisa membohongiku.. Wajah dan matamu memerah... “ kataku.
            “Kubilang aku tidak menangis...!!” katanya sambil langsung berlari ke toilet. Keras kepala sekali dongsaeng kesayanganku ini. Kulihat Kyuhyun dan Fuji tertawa.
            “Kenapa kalian tertawa..??” tanyaku heran.
            “Dongsaengmu itu lucu sekali.. cepat temui sana..!” kata Kyuhyun. Aku pun ke toilet dan mengetuk pintu toilet.
            “Hei, Rama... keluarlah..” kataku.
            “Tidak mau..!! Aku malu hyung..!!” jawabnya dari dalam. Aku tak bisa menahan tawa.
            “Kenapa malu... ayo.. keluarlah..” kataku.
            “Aku malu pada diriku sendiri... Hyung sampai bekerja seperti ini karena aku..! tapi aku tak bisa menjadi dongsaeng yang baik untukmu..!” jawabnya.
            Aku terdiam mendengar ucapannya. Aku melirik Kyuhyun dan Fuji, mereka memberi isyarat agar aku berbicara lagi. Apa yang harus kukatakan...
            “Rama... aku sudah berjanji pada Appa dan Umma untuk menjagamu, dan setelah Appa dan Umma meninggal, aku ingin menjadi pengganti Appa dan Umma bagimu.. kau jangan bicara begitu.. bagiku, kau adalah dongsaeng yang baik... tak ada dongsaeng-dongsaeng lain didunia ini yang sepertimu..” kataku, aku tak bisa merangkai kata-kata dengan baik.
            Tiba-tiba dia keluar dan menghambur memelukku.
            “Kau orang hebat, hyung.. terimakasih...” katanya. Aku pun memeluknya.
            “Berhentilah menangis, jadilah orang yang kuat..” kataku.
            “Baiklah, kalau begitu... malam ini kita begadang sampai pagi untuk membuat kreasi baru untuk restoran kita...!!” teriak Kyuhyun tiba-tiba.
            “Apa...? begadang...? Hei Evil... kau mau membunuhku...???!!” kataku.
            “Hahahahaha...!!” Kyuhyun tertawa.
Kulihat Rama juga tertawa. Syukurlah, Rama, mulai sekarang berjanjilah untuk lebih tegar.

***

Rama POV

            Kami kembali berjuang membangun restoran kami, dan itu membuahkan hasil. Restoran kami kembali dibanjiri pengunjung. Restoran kami menjadi terkenal dan menjadi tempat favorit pegawai kantor saat jam makan siang. Aku pun aktif bekerja disini, rasanya menyenangkan sekali..
            “Sepertinya kita akan butuh pegawai baru..” kata Donghae-hyung ketika di perjalanan pulang dari restoran.
            “Kenapa..?” tanyaku.
            “Dalam waktu dekat ini Kyuhyun dan Fuji akan segera melaksanakan pernikahan, pasti mereka akan cuti.. dan kita akan bekerja hanya berdua saja.. kita harus mencari pegawai baru..” jelasnya.
            “Menikah...??” tanyaku kaget, aku tahu Kyuhyun-hyung dan Fuji-onnie sudah lama berpacaran, tapi tak pernah kudengar mereka akan menikah.
            “Iya... selama ini mereka sudah menyiapkannya.. haaaahh asyik ya.. mereka menikah...” kata Donghae-hyung sambil mengangkat tangannya meregangkan badannya.
            “Hyung, kau juga mau menikah...??” tanyaku. “Hyung sudah punya yeojachingu..??” tanyaku lagi.
            “Yahh... aku juga tak tahu...” jawab Donghae-hyung menggantung.
            Kalau nanti Donghae-hyung menikah dan punya anak, lalu aku...??
            “Hei... jangan berpikir terlalu jauh... aku belum mau menikah... aku akan menikah kalau usiaku 32 tahun...” katanya.
            “Tapi, hyung sudah punya yeojachingu...?” tanyaku lagi.
            “Hmmm... bagaimana yaa... entahlah... hehe” katanya.
            “Sebenarnya hyung sudah punya yeojachingu belum...???” tanyaku penasaran.
            “Tak tahu lah... haha” jawab Donghae-hyung.
            “Kalau hyung belum punya berarti hyung kalah dariku..!” kataku.
            “Apa..??”
            “Asal hyung tahu ya, sekarang disekolah ada yeoja yang mengejar-ngejarku, mungkin kalau aku menanggapinya dia akan jadi yeojachinguku...” kataku.
            “Heii.. heii.. dongsaeng-ku ini sudah bisa menggoda rupanya...” kata Donghae-hyung. “Baiklah kalau begitu.. aku juga akan menerima semua pernyataan cinta dari yeoja-yeoja di kampusku... haha.. mana mau aku kalah dari dongsaengku... haha” kata Donghae-hyung.
            Aku bersyukur keadaan sudah kembali seperti semula. Appa, Umma, apa kalian melihat kami? Kami sekarang bisa hidup bahagia seperti ini, dan itu akan lengkap kalau Appa dan Umma ada disini bersama kami. Tapi aku bisa merasakan keberadaan Appa dan Umma disini, karena aku bersama Donghae-hyung, yang tegar seperti Appa dan lembut seperti Umma, dan pantang menyerah. Aku bangga dengan hyung-ku ini aku berjanji akan menjadi Dongsaeng yang baik, dan membanggakan hyung-ku satu-satunya ini, keluargaku satu-satunya.
            Donghae-hyung, jika suatu saat nanti kau menikah dan berkeluarga, kau akan tetap menjadi hyung terbaikku kan? Karena aku pun berjanji akan selalu menjadi dongsaeng yang baik.

-end-

Komentar

Postingan Populer