Show Me Your Love



Title : Show Me Your Love
Author : NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Cast : Kyungsoo (EXO), Shin Jaerin (OC) ,
Genre : Romance, lil bit hurt, friendship
Rate : T (PG-16)
Length : Oneshoot , longshoot
Disclaimer : story is mine ^^

Nenden's bacotan: Hai, lama lagi setiap post nya. 
this story is dedicated for my lil sist ANGGI, semoga suka ya ^^ semoga bisa menghibur ya dek, Saranghae ^^

masih mabok drama it's okay, it's love gegara Kyungsoo disitu unyu banget pake sepeda, jadilah ff ini haha
selamat membaca, kali ini gaakan tulisin backsound, silakan pilih backsound sesuai selera ^^

Warning!! Typo berserakan!






Happy Reading :D





Suara gaduh di kelas itu terdengar semakin jelas selepas bel tanda berakhirnya kegiatan pembelajaran hari ini. Pintu kelas ber label XI- C itu terlihat menjadi portal siswa yang keluar dari dalamnya.

“Jaerin-ah, bawa ini ke perpustakaan, kau tentu tidak lupa hari ini kita piket.” Ujar seorang namja berperawakan kecil dan rapi seraya menyimpan setumpuk buku yang tidak bias dibilang tipis di atas meja dihadapan seorang yeoja yang sibuk membereskan barang-barangnya.

“Astaga, Kyungsoo-ah! Apa kau gila?! Kau menyuruhku membawa buku sebanyak ini? Seriously??!” protes sang gadis.

“Aku tunggu di perpustakaan 5 menit lagi” ucap namja itu dingin sambil berjalan keluar kelas meninggalkan Jaerin yang merutukinya.

“Tega sekaliii ~” rutuknya sambil memandangi tumpukan buku dihadapannya. Akhirnya mau tak mau Jaerin membawa buku tersebut ke perpustakaan.
.
.
.
BRUK!

Suara debam itu terdengr jelas menggema di ruangan luas penuh dengan rak-rak buku itu.

“Dimana dia hah…” Nafas Jaerin terengah-engah ketika sampai di perpustakaan. Ia menyimpan sembarangan buku tebal itu di meja dan segera mengatur nafasnya. Dilihatnya perpustakaan itu sepi tidak ada orang lain selain dirinya.

“Kemana anak itu haiisshh… apa aku dikerjai? Yaaaa!! Kyungsoo-aaaaah!!”

BRUAKH! Brug!

Jaerin terkesiap mendengar suara rusuh tersebut dari ujung ruangan dibalik rah-rah buku tinggi itu. Perlahan ia langkahkan kakinya menuju sumber suara tersebut. Terlihat namja yang sedikit terbatuk bersimpuh di lantai penuh dengan buku-buku yang berserakan.

“Astaga, Kyungsoo-ah!” Jaerin berlari kecil mendekati Kyungsoo yang terlihat kepayahan.

“Pabbo! Bisakah kau tidak berteriak?! Uhuk!” umpatnya kesal setelah si yeoja berada didepannya.

“Mi..miaan mianhaee.. aku tidak tahu kalau kau ada disini” Jaerin berjongkok dan memunguti beberapa buku tebal yang menindih sebagian tubuh Kyungsoo.

Kyungsoo berusaha bangun tetapi sulit. Jelas saja, ia terpeleset saat merapikan buku-buku di rak bagian atas dan terjatuh dari tangga.

“Kyungsoo-ah gwaechana?” Kyungsoo mengangguk sebagai jawaban.

“Cha.. ayo kita harus cepat membereskannya” ujar Kyungsoo dingin setelah ia berhasil berdiri dan langsung sibuk kembali menumpuk dan merapikan buku-buku.
Jaerin memperhatikannya, ia melihat dengan jelas cara berjalan Kyungsoo, tangannya sesekali memegangi lututnya yang mungkin terasa sakit. Kemudian ia menghela nafas dan ikut menjalankan piket merapikan perpustakaan.
.
.
.
.
.
Shin Jaerin, yeoja berambut ikal panjang itu berjalan sendirian di trotoar jalan sore itu. Tepat setelah selesai merapikan perpustakaan ia segera beranjak pulang. Langkahnya terhenti ketika sebuah sepeda berhenti di dekatnya.

“Naiklah..” ujar namja si pengemudi sepeda.

“Kyungsoo?”

“Palli..” nada suaranya meninggi, membuat Jaerin bungkam dan akhirnya duduk manis di boncengan sepeda itu.

Suasana diperjalanan hening, tidak ada yang membuka pembicaraan. Suasana sore yang cukup cerah itu tidak menjadi hal yang tepat dijadikan topic pembicaraan. Sampai Jaerin memperhatikan kaki Kyungsoo yang sedang mengayuh sepeda terlihat aneh pergerakannya.

“Kyungsoo-ah, kakimu.. naik-baik saja?” tanyanya pelan.

“Hn..”jawab Kyungsoo singkat. Jaerin menghela nafas berat. Classmatenya satu ini memang terkenal pendiam dan irit berbicara. Sehingga jangan berharap dia akan merespon panjang meskipun kau bertanya tentang keadaanya sekalipun. Dan suasana pun kembali hening, hingga mereka berpisah di gang dekat rumah Jaerin.
.
.
.
.
.
Namja itu menghempaskan tubuhnya di tempat tidur setelah melepas kacamata, jas sekolah dan tasnya. Ia meringis merasakan lututnya yang nyut-nyutan. Efek jatuh tadi berdampak besar sepertinya, ditambah setelahnya masih harus naik-turun tangga dan mengayuh sepeda, sehingga lutut kirinya Nampak bengkak. Ia menggulung celana panjangnya melewati lutut, dan terlihat kulitnya yang kebiruan di bagian sana.

“Aku tidak menyangka akan bengkak seperti ini” rutuknya.

“Kakimu.. baik-baik saja?”

Ia terdiam ketika pertanyaan itu terlintas di kepalanya. Setelahnya ia menghela nafas berat.

“Tidak bisakkah aku sedikit hangat? Aku terlalu tegang untuk berbicara banyak” ucapnya mengeluh. Ia memejamkan matanya mengingat ekspresi yeoja itu dan menghela nafas kasar, lalu mulai memijit kakinya pelan.

“Akh.. aishh… sakit” ringisnya.
.
.
.
.
.
Tepat semenit sebelum bel masuk berbunyi Kyungsoo memasuki ruang kelasnya. Dengan segera ia menjadi pusat perhatian seisi kelas, jelas saja, Kyungsoo si murid rajin yang biasanya datang paling lambat 30 menit sebelum bel masuk, hari ini hampir telat masuk. Jaerin melihatnya berjalan sedikit kesusahan menuju bangkunya yang berada sedikit jauh dari pintu masuk. Rasanya terlihat sulit mencapai bangkunya. Jaerin mengurungkan niatnya untuk bertanya ketika guru pagi itu sudah memasuki ruang kelasnya.

Selepas bel istirahat semua siswa berhamburan keluar kelas dengan berbagai tujuan, mengisi perut, bertemu teman atau kekasih, atau ada pula yang sekedar mengobrol didepan kelas, berbeda Kyungsoo yang tergopoh menuju ruang UKS. Jaerin tak sengaja melihatnya dan mengikutinya ke UKS.

Ia masuk dan menemukan Kyungsoo tengah memijit lututnya.

“Omo! Kenapa bias bengkak seperti ini?” kejutnya yang juga mengejutkan Kyungsoo.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Kyungsoo.

“Menemuimu, tentu saja. Aku penasaran dengan kakimu, dan aku tak sangka jadi sebengkak ini” Jawabnya seraya mendekat Kyungsoo.

“Sakitkah?”

“A..ani.. gwaenchana..” jawabnya.

“Coba kulihat..” Jaerin mencoba mendekat.

“Aniyeo.. gwaenchana…” Kyungsoo menggeser duduknya sedikit menjauh. Jaerin tidak menyadari perubahan raut wajah Kyungsoo yang kini sedikit merona.

“hm.. arasseo, mianhae.. gara-gara aku berteriak waktu itu kakimu jadi seperti ini” ujar Jaerin menyesal.

“Gwaenchana..” jawab Kyungsoo datar.

Jaerin keluar ruangan UKS dengan sedikit menggerutu. Secara tidak sadar dia memanyunkan bibirnya dan sedikit menghentakan kakinya.

“Aish… padahal aku sudah merasa bersalah, kenapa dia sedingin itu!” gerutunya.
.
.
.
.
.
.
Kyungsoo merapikan peralatannya, jam sudah menunjukan pukul 9 malam dan ia baru saja menyelesaikan shift kerja paruh waktunya di kafe makanan cepat saji. Segera saja ia keluar setelah berpamitan pada beberapa karyawan yang masih bekerja. Ia mengeratkan jaketnya merasakan tiupan angin yang cukup kencang malam ini.

Kyungsoo berjalan pelan menyusuri trotoar yang terlihat masih ramai, hari ini ia tidak membawa sepedanya. Sepanjang jalan, banyak pasangan-pasangan yang berjalan beriringan saling bergenggaman tangan menghangatkan diri dari dinginnya angina malam itu.

“Ah.. besok hari minggu?” gumamnya seraya sedikit melirik beberapa pasangan yang berjalan bersamanya. Sejujurnya ia merasa iri, ingin juga merasakan berjalan di malam dingin sambil menggenggam tangan orang yang disukai, lalu pipinya memerah ketika bayangan wajah seorang yeoja muncul dikepalanya.

“A..apa yang kupikirkaan” gusarnya. Ia sedikit mengacak rambutnya dan melanjutkan jalannya.

Kyungsoo keluar dari minimarket sambil menenteng sebuah mie cup di tangannya. Udara dingin membuatnya lapar dan mie cup hangat menjadi pilihan terbaik. Ia duduk di kursi tepat didepan minimarket itu dan memakan mie nya dengan nikmat

“Kyungsoo-ah?”

Tunggu…

Kyungsoo menghentikan kunyahannya sejenak tanpa mendongakkan kepalanya. Dia cukup terkesima seakan mendengar suara orang yang tadi sempat mampir dikepalanya.

“Kyungsoo-ah..?”

Sahut suara itu lagi. Dan kali ini Kyungsoo mendongak dengan beberapa helai mie yang masih menggantung di mulutnya. Lekas ia mengunyah seluruh mie yang ada dimulutnya dan menelannya tergesa, dan diakhiri dengan manis oleh batuk-batuk.

“Astaga… gwaenchana..?” pemilik suara itu mmenepuk pelan punggung Kyungsoo yang terlihat masih batuk-batuk.

“Kalau makan pelan-pelan..” sahutnya lagi.

“Apa yang kau lakukan disini, Jaerin-ah?” Tanya Kyungsoo ketika batuknya berhenti.

“ehm… hanya membeli beberapa keperluan..” Jawab Jaerin sambil duduk dihadapan Kyungsoo.

“Semalam ini?” tanyanya lagi.

Jaerin menatapnya heran, kenapa rasanya pertanyaan Kyungsoo barusan terkesan.. protektif?

“Kau sendiri? Semalam ini berada di luar..” bukannya menjawab, Jaerin malah melemparkan pertanyaan yang sama.

“Eum… pulang kerja” jawab Kyungsoo singkat. Ia lantas menghabiskan sisa mienya sebelum mendingin.

“Eoh? Kau bekerja?” Tanya Jaerin, dibalas anggukan singkat khas Kyungsoo.

Jaerin terdiam, ia memang tidak tahu banyak tentang namja dihadapannya ini. Dimatanya, Kyungsoo sama seperti siswa rajin kebanyakan yang sifatnya kutu buku dan cenderung sulit bersosialisasi. Tetapi rasanya ia melihat sisi lain dari Kyungsoo yang baru ia lihat.

“Sejak kapan kau bekerja..?” tanyanya lagi.

Terdiam sesaat, kyungsoo menjawab “ Semenjak pindah ke Seoul”

“o..oh.. kau pindahan?” heol! Jaerin-ah, kau bahkan sudah lebih dari setahun menjadi classmatenya dan baru mengetahui hal ini?

Kyungsoo tersenyum simpul melihat reaksi yeoja itu. Terjadi hening sesaat sebelum Kyungsoo memutuskan untuk menjawab.

“begitulah… aku tinggal sendiri..” jawabnya singkat.

Jaerin terdiam, ia baru mengetahui kalau classmate yang dia kenal sebagai orang yang dingin dan tertutup ini cukup nyaman diajak mengobrol.

Selanjutnya terjadi obrolan hangat meski masih terasa canggung di depan mini market di malam yang cukup dingin itu.
.
.
.
.
.
Ini hari libur, dan Jaerin sudah rapi di pukul 5 sore ini. Saat yang langka, karena menurutnya hari libur adalah hari dimana dia akan menghabiskan waktu bersama kasur kesayangannya sampai bertemu malam kembali. Tetapi saat ini ia terlihat siap untuk pergi.

“Ummaa aku pergi dulu..” Teriaknya sambil berlari kecil menuruni tangga dari kamarnya.

“Eodigaa..?” Balas sang ibu dari arah dapur.

“Aku akan pergi dengan Sang Ah eonnie… kami akan pergi ke festival di sungai Han, umma” Balas Jaerin.

“Hati- hati”

“Ne, umma…”

Jaerin memakai beannienya sambil berjalan menyelusuri trotoar. Sesekali ia membuka ponselnya mengecek jika ada kabar dari sunbae yang mengajaknya datang ke festival.
.
.
.
.
.
“Eonnie… apa aku terlambat?” ujar Jaerin sedikit terengah mengingat ia sedikit berlari.

“Jaerin-ah! Oh my syukurlah kau sudah datang.. kau hamper melewatkan penampilan utama penyayi yang ku bilang waktu itu!” Sang Ah menyambutnya antusias dan segera menariknya ke area dekat panggung dimana festival digelar.

Jaerin mengikuti tarikan tangan seniornya itu, menyelip melawan kerumunan orang-orang yang sudah lebih dulu berkumpul disana. Sampai ia sadar tubuhnya berhenti ditarik, ia mendongak dan mendapati dirinya tepat berada didepan panggung yang terlihat masih lengang dan dipersiapkan.

“Kau pasti ingat kan tentang namja tampan penyanyi kafe yang kuceritakan waktu itu?” Tanya Sang Ah.

“Ne.. apakah ia yang akan tampil disini?” Tanya Jaerin sambil merapikan penampilannya.

“Begitulah… dan kau harus tahu, jaerin-ah… dia begitu tampan dan suaranya… ooooh kau takan kecewa melihatnya!”

Jaerin mengangguk mengerti. “ Bukannya Sehun oppa juga tampil di acara ini?” Tanya Jaerin.

“Ani.. dia ada latihan sampai malam… jadi membatalkan acaranya disini.. haah.. menjadi trainee memang melelahkan” jawab Sang Ah.

Langit sudah mulai menggelap dan lampu-lampu sekitar sungai Han sudah dinyalakan. Suasana romantic mulai menyebar sejauh mata memandang, lampu panggung sudah didekorasi sedemikian rupa sehingga menambah apik penampilan panggung kecil tersebut. Kerumunan didepan panggung itu bertambah banyak, lampu panggung meredup diiringi suara penonton yang menggema. Jaerin focus menatap panggung yang menggelap. Samar terdengar dentingan piano diiringi instrument music lain, diikuti suara indah dan maskulin melantunkan sebuah lagu.

Perlahan sebuah lampu menyala tepat ditengah panggung, menampilkan sosok namja yang berdiri disana memegang mic. Jaerin menyipitkan matanya merasa silau, sebelum mata itu membulat menyadari siapa si suara indah yang berada diatas panggung itu.

Hanbeoman ne mareul deureojo~

Every day, every night I am missing u~

Nae gyeote eobseodo, dashin beolsu eopseodo

Eonjena nae mameul tokkatji neo ingeol..

­Lagu itu berlanjut dengan indah dan tenang, membawa setiap telinga yang mendengarnya terhayut masuk kedalam liriknya. Termasuk yeoja yang sedari tadi matanya tak lepas dari sosok diatas panggung itu.

Mata besar yang biasanya terlapis kacamata tebal itu kini terpejam menghayati setiap  suara yang keluar dari mulutnya tanpa penghalang apapun, bibir tebal yang biasanya jarang mengeluarkan suara itu kini mengalunkan lagu indah menghanyutkan tiap pendengarnya, rambut hitam yang biasanya tertata rapi cenderung mengkilat kini sedikit terlihat berantakan namun apik, tubuh semampai yang biasanya dibalut pakaian seragam sekolah rapi lengkap dengan jasnya kini dilapisi dengan kemeja santai sederhana yang menonjolkan aura maskulinnya. Do Kyungsoo, terlihat berbeda dan sempurna.

Mata Jaerin tak dapat lepas dari pemandangan dihadapannya. Jujur, ia terpukau, si dingin jarang bicara di sekolah kini berubah menjadi penakluk setiap penikmat music. Jaerin hamper tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Do Kyungsoo.. kau punya banyak rahasia tentangmu..” Gumamnya lalu ikut memejamkan mata menikmati lagu tersebut.

Riuh suara tepuk tangan membuat Jaerin membuka matanya, dilihatnya Kyungsoo selesai menyanyikan satu lagu tadi, sadar atau tidak mata mereka bertemu pandang, dan senyum Kyungsoo makin merekah setelahnya.

Festival berlanjut dengan pengisi acara lain. Jaerin memisahkan diri dari kerumunan dan berdiri di tepi sungai Han. Ia menghirup udara segar malam itu. Sebelumnya Sang Ah berpamitan untuk pulang lebih dulu. Jaerin memutuskan untuk tetap disini untuk menikmati festival, rasanya sayang sekali kalau hanya datang sebentar. Ia menikmati suara music yang masih dimainkan di panggung. Ia masih tak menyangka jika Kyungsoo punya bakat terpendam/? Seperti itu.

“Kukira dia hanya bisa memasang wajah datar dan mengomel saja…” gumamnya, setelahnya ia terkekeh sendiri.

“Han Jaerin?”

Jaerin menengok mendengar namanya dipanggil.

“Benar kau Han Jaerin?” Tanya orang itu lagi.

“Jongin oppa..?”

“Yaa.. kau ingat aku??” namja itu mendekat.

“Kim Jongin! Yaa! Kemana saja oppa!” Pekik Jaerin menghambur memeluk namja bernama Jongin tadi.

“Hehehe.. bagaimana kabarmu, Jaerin-ah?” tanyanya setelah sedikit mengusap rambut Jaerin.

“Aku baik.. oppa, kemana saja kau selama ini eum?”
“Kita ngobrol di coffeeshop.. aku traktir?”

“Call!!”

Mereka berdua akhirnya meninggalkan festival menuju coffeeshop tak jauh dari sana, tanpa mengetahui dari dekat panggung festival seorang namja bermata bulat mengepalkan tangannya.
.
.
.
.
.
BRUK!!

Jaerin merasa déjà vu mendengar suara debaman ini. Ia mengabaikan novelnya lalu mendongak dan mendapari Kyungsoo tengah menatapnya datar seperti biasa.

“Simpan ini di perpustakaan.” ucapnya dingin lalu pergi membawa setumpukan buku yang lain bersamanya.

Jaerin melongo, “apakah Kyungsoo yang seminggu lalu ketika di festival itu Cuma mimpi? Kenapa Kyungsoo kembali dingin menyebalkan seperti ini?” Gerutunya.

“Kyungsoo-ah..!!” Jaerin buru-buru mengangkat buku itu mengejar Kyungsoo yang sudah lebih dulu ke perpustakaan.

Perpustakaan itu hening dengan semestinya. Masih ada satu dua siswa yang belajar disana. Di pojok ruangan, Kyungsoo dan Jaerin sedang menyusun buku-buku tebal. Kegiatan rutin mereka sebagai anggota perpustakaaan. Tetapi keheningan yang ada terasa canggung. Meskipun Jaerin dan Kyungsoo memang tidak akrab, tetapi baru sekarang Jaerin merasa canggung yang sangat ketika bersama Kyungsoo.

“Kyungsoo-ah” panggil Jaerin.

“Hn..”

“Penampilanmu minggu lalu di festival… keren juga.” Jaerin mengatakannya sambil menjejerkan buku-buku tebal di rak urutan ketiga.

Hening. Taka da jawaban apapun dari Kyungsoo yang sedang merapikan buku di rak bagian lebih tinggi. Sampai akhirnya dia turun dari tangga dan menapakkan kakinya di lantai.

“Gomawo.” Kyungsoo tersenyum.  Jaerin munafik jika dia mengatakan ia tidak terpukau melihat senyum namja ini, manis sekali.

Dengan tiba-tiba Kyungsoo mengambil tumpukan buku disekitar Jaerin dan merapikannya.

“Pulanglah lebih dulu. Biar aku yang selesaikan.”

Kyungsoo melihat dari jendela perpustakaan. Jaerin pergi menemui seseorang di gerbang sekolahnya. Dia namja yang tempo hari ia lihat di festival bersama Jaerin.

“Siapa namja itu?”
.
.
.
.
Kian hari, Jaerin sering terlihat bersama namja bernama Jongin itu disetiap kesempatan. Setiap pulang sekolah, ataupun di tempat umum, mereka selalu terlihat bersama. Pernah Kyungsoo mendapati mereka di café tempat ia bekerja. Mereka terlihat sedikit.. ehm.. mesra, dan Kyungsoo tidak menyukai itu.

Jongin terlihat tidak canggung memegang tangan atau mengacak rambut Jaerin, dan Jaerin pun terlihat nyaman bersamanya. Kyungsoo tidak tahu apa hubungan mereka yang jelas, dia tidak suka kedekatan mereka.

Siang itu Kyungsoo sedang berjalan di lorong sekolahnya ketika istirahat siang, matanya tak sengaja melirik taman belakang sekolah yang ramai dengan banyak siswa yang bermain disana, dan tak jauh disana ia melihat Jaerin dan Jongin sedang berdua di taman belakang sekolah, Kyungsoo tiba-tiba menghentikan langkahnya dan sadar atau tidak pandangannya terpaku kearah dua manusia itu.

“Mau apa namja itu kesekolah? Dia bukan siswa sekolah ini” gumamnya.

Kembali secara tiba-tiba Kyungsoo melangkahkan kakinya memasuki area taman belakang, Kyungsoopun tak tahu kenapa secara reflex ia mendekati kedua orang yang sedang asyik mengobrol itu.

GREP!

“Jaerin-ah, sebentar lagi bel masuk, setelah ini kita mata pelajaran Kang sonsaengnim, kau tidak mau telat dan dihukum kan?” Kyungsoo dengan berani memegang lengan Jaerin yang ketika itu masih asyik mengobrol dengan Jongin.

Terjadi hening moment beberapa detik.

“A..ah ne..”

Kyungsoo dan Jaerin kembali ke kelas, meninggalkan Jongin di taman belakang sekolah yang menatap mereka penuh tatapan menyelidik.

“Anak itu menarik..” seringainya.
.
.
.
.
.
Jaerin baru keluar dari kelasnya ketika waktu menunjukkan pukul 4 sore. Ia baru menyelesaikan jurnal kelas hari ini. Tanpa sengaja ketika melewati ruang music ia mendengar dentingan piano dan sayup suara nyanyian dari dalam sana, membuat langkahnya terhenti dan diliputi rasa penasaran.

Kakinya ia langkahkan mendekat pintu ruangan itu, mencoba mengintip dari celah kaca di pintu. Siluet seorang namja duduk didepan piano dan memainkan alat music itu menghasilkan melodi indah yang memanjakan setiap telinga yang mendengarnya.

Tangannya menggapai pegangan pintu itu dan memutarnya. Suara music terdengar lebih keras ketika pintu itu menghasilkan celah kecil, ia melongokkan kepalanya dan semakin jelas mendapati sang pemain piano itu. Kyungsoo.

Akhirnya jaerin memasukan juga tubuhnya kedalam ruangan itu dan terhanyut mendengarkan suara musik itu. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding sebelah pintu dan memejamkan matanya. Suara piano dipadukan dengan suara Kyungsoo yang indah, merupakan harmonisasi yang sempurna. Sampai suara itu berhenti, Jaerin masih memejamkan matanya. Tidak menyadari bahwa sepasang mata bulat yang sedari tadi focus memainkan piano sedang menatapnya.

“Jaerin-ah..” Jaerin sontak membuka matanya dan mendapati tatapan lucu mata bulat itu.

“A..a.. Kyungsoo-ah mian aku tiba-tiba saja masuk. Kau terganggu?” Tanya Jaerin.

Kyungsoo menggeleng “Anieyo…. Gwaenchana” lalu tersenyum.

“Ehm.. Kau belum pulang?” Tanya Jaerin basa-basi.

“Belum.. kau sendiri?”

“Aku baru saja menyelesaikan jurnal kelas hari ini..” Jawab Jaerin seraya melangkah mendekati Kyungsoo.

“Hmm.. kau.. mau bernyanyi?” Tanya Kyungsoo, tangannya sudah siap menekan tuts hitam putih itu kembali.

“A..aniyeo… aku tidak bisa bernyanyi”

“Tak ada yang tak bisa bernyanyi, Jaerin-ah.. semuanya hanya perlu latihan..”

Kyungsoo mulai menekan tuts itu, memainkan instrument indah yang kembali memanjakan telinga Jaerin. Kyungsoo menengok ke Jaerin dan mengangguk, meminta yeoja itu untuk menyanyi mengikuti irama music yang ia mainkan.

Jaerin bernyanyi mengikuti alunan music, merasa nyaman, ia tersenyum dan duduk disebelah Kyungsoo, di kursi yang sama dengannya. Lambat laun, Kyungsoo membarengi nyanyiannya, jadilah mereka bernyanyi bersama. Senyum tak lepas dari bibir kedua insan itu.
.
.
.
.
.
“Oppa! Berhenti menghabiskan cemilankuu!!” teriakan itu terdengar dari dalam ruangan berpintu putih itu. Jaerin melempar bantal kea rah namja tan yang sedang asik ngemil diatas tempat tidurnya.

“Aku tidak menghabiskannya, Jaerin-ah, aku hanya mencicipi, lalu aku lupa rasanya, jadi aku makan lagi.” Jawabnya watados.

“Ishhh menyebalkaan! Kau bilang akan membelikan ku es krim tempo hari, manaa?!” Balas Jaerin.

“Kenapa kau tidak mintaa aku lupa..” jawab Jongin santai.

“Ish.. lupanya kok berkali-kali”

“hahahaha….” Jongin lalu menyimpan snacknya dan duduk di ranjang Jaerin.

“Anak kacamata itu.. suka padamu ya?”

“Nugu?”

“teman sekelasmu itu… Kyungsoo?”

Jaerin terdiam, ia mengingat segala perlakuan Kyungsoo padanya selama ini.

“Sepertinya tidak mungkin..kenapa oppa berpikir dia menyukaiku?” Jaerin bertanya balik.

“Kau tahu, ketika seorang namja sedang mencintai, dia akan memberikan seluruh perhatiannya, biarpun sebentar, seorang namja takkan melepaskan sang yeoja dari penglihatannya..”

“Ng.. ta,,tapi.. Kyungsoo tidak seperti itu.. malah, dia selalu saja marah-marah padaku” Jaerin memanyunkan bibirnya.

‘haha lucu sekali.. dilihat darimana pun, sudah jelas dia menyukaimu. Kau hanya tidak mengetahuinya, Jaerin-ah’
.
.
.
.
.
Kyungsoo baru saja keluar dari kafe tempat kerjanya ketika seorang namja bermotor menghadangnya. Namja itu turun dari motornya dan melepas helm nya.

“Kau..” sapa Kyungsoo.

“Hai, aku Jongin..-“

“Mau apa kau kesini? Kafe sudah tutup tigapuluh menit yang lalu.” Sela Kyungsoo.

“Hei, santailah… kau menyukai Jaerin?” Tanya Jongin to the point.

“Bukan urusanmu..” jawab Kyungsoo dingin. Kyungsoo melangkahkan kakinya segera ingin menjauh darisana.

“Hei, Jaerin menyukai pria kuat… kau mau bertanding basket  1 on 1 denganku?” ungkap Jongin disertai smirk di wajah tampannya.

Kyungsoo menghentikan langkahnya lalu terdiam, ia pikir namja ini cemburu? Sampai-sampai mau menantangnya. Hei… siapa takut. Pikir Kyungsoo.

Akhirnya ia membalikan badannya menghadam Jongin.
.
.
.
.
.
Disinilah dua namja itu berada, lapangan basket taman kota pukul 9 malam dengan bola basket diantara mereka.

“Okay, siapapun yang berhasil lebih banyak memasukan bola ke ring, dia pemenangnya” putus Jongin. Kyungsoo mengangguk.

Ia telah melepas kacamatanya dan hanya menggunakan celana panjang dan kemeja seragam kafe nya yang digulung sebatas siku. Tak gentar ia menghadapi namja yang lebih tinggi darinya itu.

Permainan dimulai, bola dikuasai oleh Jongin dari awal, perbedaan tinggi yang cukup jauh membuatnya lebih unggul dalam hal kecepatan, tapi jangan disangka, tubuh Kyungsoo yang kecil membuatnya lincah dan memudahkannya merebut bola dengan cepat, yang juga membuat Jongin tak kalah kewalahan.

Keduanya belum berhasil memasukan bola, skor bertahan 0 – 0, Jongin pikir, Kyungsoo cukup tangguh.

Cukup lama mereka bertanding, pakaian mereka cukup basah oleh keringat. Hingga akhirnya mereka berdua lelah dan duduk di tengah lapangan basket itu.

Nafas keduanya memburu, kepulan asap tipis keluar dari mulut mereka pertanda malam semakin dingin. Hening terjadi cukup lama, hanya terdengar helaan nafas keras.

“Kau cukup tangguh juga, Kyungsoo..” ujar Jongin. Kyungsoo hanya diam.

“Perasaan suka itu harus diucapkan, jangan diam saja..” lanjutnya sambil berdiri. Kyungsoo mendengus.

“bukan urusanmu..”

Jongin tersenyum tipis.

“Akan jadi urusanku ketika yeoja yang kau sukai itu sepupuku.” Kyungsoo melotot.

“SE..SEPUPU?” Kyungsoo berteriak seraya berdiri tergesa dari duduknya.

“Ya.. sepupu..” jawab  jongin, lalu hening. “Ya! Maksudmu kau menyangka aku kekasih Jaerin?!” Tanya Jongin.

Kyungsoo hanya menatap jongin dengan tatapan terkejutnya. Jongin mengusap wajahnya frustasi.

“Pantas saja sikapmu padaku sama sekali tak bersahabat! Aku tidak mungkin mengencani bocah-bocah seumuran kalian.. astaga…” Cerca Jongin.

Kyungsoo berdiri mendekat “Gomawo, Hyung!” ujarnya.

“Katakan saja kalau kau suka, karena kau sendiri tidak tahu kapan dia akan pergi, cinta itu datang dan pergi…” Ujar Jongin sambil mmebereskan barang-barangnya dan beranjak pergi.

“Oh iya, awalnya kukira kau lamban, tapi ternyata kau gigih juga.. sepertinya tubuh pendekmu menguntungkan…” Ujar Jongin menengok sebentar lalu melanjutkan jalannya.

Sedetik setelah itu sebuah bola basket mendarat dengan manis di kepala Namja tan itu.
.
.
.
.
.
“Opppa~ kenapa tidak bilang sejak lama kalau kau hanya sebentar tinggal disinii…” Jaerin merengek pada Jongin didepan gerbang sekolahnya ketika Jongin berpamitan akan kembali ke Jepang, kembali ke aktivitas kuliahnya.

“AKu sudah bilang kalau aku hanya sedang liburan, Jaerin-ah.”

“Tapi kaan… padahal aku masih ingin mengajak oppa berjalan-jalan disini…” Rengeknya.

“Kau ajak yang lain saja ne?” Jongin mengedip, mengisyaratkan sesuatu pada Jaerin, tetapi sepertinya yeoja itu sama sekali tidak menyadarinya -.-

“Ya sudah, oppa berangkat dulu, ne? Jaga dirimu baik- baik, dan… perhatikan sekelilingmu, peka lah pada keadaan disekitarmu, jangan menyianyiakan kejadian penting..” nasihat Jongin.

“Oppa.. bicara begitu.. seperti akan terjadi sesuatu saja…”

“Kau akan tahu nanti..” Jawab Jongin.

“Cha.. see ya, Jaerin-ah!” Jongin mengusap kepala Jaerin sejenak lalu melaju bersama motornya, menjauhi daerah sekolah Jaerin dan menghilang di tikungan. Jaerin menghela nafas, padahal dia masih ingin bersama-sama kaka sepupunya itu, tetapi pendidikan tentu harus tetap menjadi prioritas utama, toh.. Jongin akan pulang kembali.

“Huh… padahal aku ingin pulang bersama lagi..” Jaerin mempoutkan bibirnya lalu berjalan menuju halte, mau tak mau ia pulang memakai angkutan umum lagi.

Namun langkahnya terhenti ketika sebuah dering sepeda terdengar menyapanya, ia menengok ke belakang dan mendapati Kyungsoo dengan sepedanya.

“Butuh tumpangan?” Tanya Kyungsoo. Jaerin berpikir sejenak, lalu menganggukan kepalanya dan duduk di boncengan sepeda Kyungsoo.

“Mau ikut ke tempat minum kopi yang enak?” Tanya Kyungsoo masih focus mengayuh sepedanya.

“Eh..? eodiga?”

“Kafe tempat kerjaku, hari ini aku sedang libur, jadi sesekali ingin datang kesana sebagai pelanggan.” Jawab Kyungsoo.

“Call!!” pekik Jaerin.

Kyungsoo mengayuh sepedanya menyusuri jalanan rindang melewati beberapa jalan kecil menuju kafe tempat kerjanya.
.
.
.
.
.
Semenjak hari itu Kyungsoo dan Jaerin terlihat dekat, mereka terlihat bersama di berbagai kesempatan. Sampai mungkin jika ada kegiatan kelompok di sekolah, mereka akan berada dalam satu kelompok. Jadwal mingguan membereskan perpustakaan pun masih menjadi kegiatan rutin mereka bersama, tak jarang Jaerin datang ke kafe tempat kerja Kyungsoo ketika namja itu bekerja untuk membeli camilan atau sekedar menyemangatinya.

Entahlah, mereka hanya merasa nyaman bersama.
.
.
.
.
.
Kyungsoo sudah memikirkan ini sejak lama, bahkan ia menyiapkan segalanya untuk hari ini, sampai ke detailnya, ditambah, kemarin ia mendapat bonus gaji dari atasannya atas kerja kerasnya di kafe, lengkap sudah persiapan Kyungsoo untuk akhir minggu ini.

Ya, Kyungsoo akan mengajak Jaerin jalan-jalan, atau hang out, atau, Kencan.
.
.
.
.
Pukul 3 sore hari minggu. 1 jam lagi adalah waktu yang disepakati untuk hangout-atau kencan- bersama Kyungsoo, dan Jaerin masih berdiri di depan lemarinya, memilih baju yang pas dipakai sore ini.

“Aishh ottokhaee..! aku masih bingung mau pakai apaaa..!!” ujarnya frustasi sambil mengacak rambutnya.

“Aigoo… kenapa dengan kamar ini…” Umma Jaerin masuk ke kamar anak sematawayangnya karena mendengar suara gaduh berasal dari sini, dan kaget begitu menghadapi kamar ini sudah seperti habis terkena puting beliung.

“Ummaa~~ bantu aku memilih baju yang cocok ummaaaaa…” rengek Jaerin.

“Kenapa harus bingung… anak umma sudah cantik memakai apapun…” Umma Jaerin memilih-milih baju Jaerin.

“Cha,, coba pakai ini..” Umma menunjukan potongan baju danJaerin langsung mencobanya.

“Aigoo… yeppeuda… cha.. tinggal umma sisir sedikit rambutmu dank au akan siap pergi…” Umma meraih sisir dan merapikan rambut Jaerin yang tadi diacak-acaknya.

“Uri Jaerin akan berkencan, eum?” Tanya umma, dan Jaerin hanya blushing.
.
.
.
.
.
Jaerin berjalan menuju Halte setelah berpamitan pada sang Umma, ia dan Kyungsoo sepakat bertemu di pintu Lotte world. Jaerin terlihat imut memakai babydoll berwarna babyblue dengan pita dibagian dadanya, jeans sepaha ditambah cardigan putih dan flatshoes putih. Rambut hitamnya ia biarkan tergerai menutupi sebagian bahunya hingga punggung. Umma memang tidak pernah salah memilih.

Ia berjalan cepat menuju pintu Lotte world, rupanya Kyungsoo sudah menunggunya. Jaerin sempat tertegun melihat penampilan Kyungsoo hari ini, taka da kacamata, tak ada kemeja polos, Kyungsoo memakai kaos biru, jeans hitam panjang, dilapisi kemeja kotak-kotak dongker dan jaket merah bata, disempurnakan dengan topi warna merah di kepalanya.  Membuatnya terlihat tampan dan imut bersamaan.

Jaerin terpesona dengan Kyungsoo kali ini, namja itu tersenyum melihat kedatangan Jaerin dan menggandeng tangan yeoja itu memasuki Lotte world.

Mereka menghabiskan waktu bersama, mencoba berbagai wahana disana dan mencicipi berbagai jajanan, tawa mereka lepas seperti tak ada yang mengganggu.

Jaerin merasa nyaman, Kyungsoo yang bersamanya ini adalah Kyungsoo yanh lembut, Kyungsoo yang perhatian, Kyungsoo yang peduli dan Kyungsoo yang penuh aura menyayangi. Ia menyukainya.

Semuanya  berlangsung lancar sampai hanphone Kyungsoo berbunyi. Mereka ada di kursi ditengah Lotte world sedang beristirahat sejenak sambil memakan eskrim.

“Yeoboseyo..” sapa Kyungsoo.

“…….”

Ekspresi wajah Kyungsoo berubah, matanya membulat wajahnya memucat, informasi yang barusaja ia dengar membuatnya shock.

“Kyungsoo-ah.. wae geurae?” Tanya Jaerin khawatir.

“Ja..jaerin-ah.. a..aku.. ap..appa…” Kyungsoo tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Matanya menatap kosong.

“Wae geurae Kyungsoo-ah..?”Jaerin mengelus bahu Kyungsoo membuat namja itu sedikit tenang.

“Ak..aku.. harus kembali.. aku harus.. pulang ke Gyeonggi.. ap..appa..” Kyungsoo mati-matian menjelaskan.

“Wae appa..hmm?” Tanya Jaerin masih berusaha menenangkan Kyungsoo.

“Appa.. appa..ambruk.. ketika bekerja..di pabrik..dia..appa..ap..appa..” Kalimat Kyungsoo terputus ketika Jaerin memeluknya, Jaerin tidak sanggup mendengar kelanjutan kalimat Kyungsoo, melihat ekspresi wajah Kyungsoo saja ia tak sanggup.

“Pulanglah, Kyungsoo-ah…” ucap Jaerin.

“Mianhae…”

“Gwaenchana… pulanglah.. appa mu.. membutuhkanmu” ujar Jaerin.

“Jeongmal Mianhae Jaerin-ah…” Jaerin melepas pelukannya, dilihatnya wajah Kyungsoo sembab, matanya berair, Jaerin tak tega melihatnya.

Kyungsoo memakaikan jaketnya pada tubuh Jaerin. Ia pamit dan segera pergi setelah memeluk kembali Jaerin. Menembus kerumunan orang banyak di taman bermain itu hingga tubuhnya tak terlihat lagi oleh Jaerin. Jaerin mengeratkan jaket Kyungsoo pada tubuhnya.

“Semoga semuanya baik-baik saja..” Gumamnya.
.
.
.
.
.
.
.
‘Saranghae’
.
.
.
.

Berbulan-bulan berlalu, dan Kyungsoo belum kembali. Jaerin sudah menunggu, disekolah setiap hari, sesekali ia ke ruang musik, berharap menemukan namja itu disana, tapi nihil. Kyungsoo tidak ada. Jaerin juga sering datang ke tempat Kyungsoo bekerja, menunggu namja itu berharap ia masih bekerja disana. Tapi tetap nihil. Kyungsoo tidak ada. Jaerin pun sudah mencoba menghubungi nomor ponsel Kyungsoo, tetap tidak tersambung.

Jaerin memberanikan diri bertanya pada pihak sekolah soal Kyungsoo.

“Do Kyungsoo mengundurkan diri dari sekolah ini 2 bulan lalu, saying sekali, padahal dia penerima beasiswa penuh sampai lulus, tapi sepertinya, masalah keluarga tidak bisa dibiarkan..” Jelas staff sekolah. Jaerin menghela nafas berat.

“Bolehkan saya meminta alamat Kyungsoo di Seoul?”
.
.
.
.
.
.
Disinilah Jaerin, didepan sebuah flat sederhana, tempat tinggal Kyungsoo menurut alamat yang ia dapatkan dari pihak sekolah. Ia mengetuk pintu flat Kyungsoo, tidak ada jawaban, sampai seorang ahjumma menyapa Jaerin.

“Kau teman Kyungsoo?” Tanya Ahjumma itu. Jaerin mengangguk.

“Dia sudah pindah sejak dua bulan lalu, nak. Appa nya meninggal, dan Kyungsoo pulang ke Gyeonggi.” Penjelasan Ahjumma itu membuat Jaerin kaget bukan main, ia tak menyangka kencan mereka kemarin sekaligus pertemuan terakhirnya dengan Kyungsoo?

“A..ahjumma… bolehkah aku tahu alamat Kyungsoo di Gyeonggi?”

Ahjumma itu menggeleng. “Maaf nak, ahjumma tidak tahu alamat Kyungsoo.” Bahu Jaerin merosot, nafasnya terasa berat. Ia berpamitan setelah mengucapkan terimakasih pada Ahjumma itu.
.
.
.
.
.
.
Jaerin berjalan lesu di trotoar jalanan Seoul yang ramai. Banyak remaja yang berlalu lalang disana, sebagian besar mereka berpasangan, bergandengan tangan dan terlihat bahagia.

“Ah.. besok hari minggu…” Gumam Jaerin.

Tanpa sadar matanya berair dan menumpahkan setetes Kristal bening di pipinya. Ia mengeratkan jaket merah yang ditinggalkan namja itu ketika meninggalkannya. Ia Merindukan Kyungsoo.

“Kyungsoo-ah… neo eodiga…” Isaknya. “Aku bahkan… belum menyatakannya padamu, Kyungsoo-ah..”
.
.
.
.
.
‘Saranghae’
.
.
.
.
.

END?







TAPI BOONG :P





3 years later

Festival musim panas di sungai Han selalu ramai setiap tahunnya. Yeoja berambut hitam panjang ini pun tidak mau ketinggalan. Yeoja manis ini datang bersama teman-teman nya semasa Senior High School sekaligus reuni kecil. Jaerin, yeoja itu kini berada di tingkat dua Seoul University. Festival tahunan ini tak pernah ia lewatkan, ia hidup dengan baik, tumbuh menjadi gadis cantik yang imut. Meski tetap perasaan itu masih tersimpan, belum ada yg menggantikan.

Jaerin menatap langit malam Seoul sambil menikmati tteokbokki, ia duduk di kursi dekat dengan tepi sungai. Menunggu kembang api yang akan memenuhi langit itu tengah malam nanti. Suara music yang dibawakan band di panggung menambah ramai suasana, remaja yang berlalu lalang, pasangan-pasangan yang tengah kasmaran, Jaerin menikmati itu semua. Ya.. semua akan lengkap jika orang itu ada disampingnya.

Musik kini berganti dengan alunan yang lebih santai. Jaerin memejamkan matanya menikmati alunannya. Meski posisinya cukup jauh dari panggung, tapi music itu terdengar jelas.

Hanbeoman ne mareul deureojo~

Every day, every night I am missing u~

Nae gyeote eobseodo, dashin beolsu eopseodo

Eonjena nae mameul tokkatji neo ingeol..

Jaerin membuka matanya. Ingatannya memutar moment yang sama seperti moment ini. Ia berdiri menatap panggung dari kejauhan. Mungkinkah….

Jaerin berjalan cepat menalip diantara pengunjung, berharap cepat mencapai panggung sebelum lagu ini berakhir. Ia berharap itu benar-benar orang yang ia tunggu.

Sampainya di daerah panggung, Jaerin menghela nafas kecewa, lagu sudah berganti dan orang yang ia lihat di panggung bukanlah orang yang ia cari.

“Mungkin memang dia tak akan kembali” gumamnya lesu. Ia berjalan gontai kembali ke kursi tempatnya semula. Kembali menatap kosong sungai han yang luas membentang dihiasi pantulan lampu-lampu menjadikannya terlihat sangat indah.

“Aku tahu ini malam musim panas… tapi bukan berarti malam tidak terasa dingin…” Sebuah jaket tersampir di bahu Jaerin bersamaan dengan terdengarnya suara itu. Jaerin masih terdiam sampai seseorang duduk di tempat kosong sebelahnya.

Namja itu tersenyum manis, menampilkan heartshape lips nya yang lucu dan mata besarnya yang menyipit.

“Anneyong… Jaerin-ah..” Ucapnya lembut. Jaerin masih terdiam, rasanya ia pusing, ini mimpi atau bukan.

Kyungsoo memeluknya erat. Membawa yeoja itu ke dekapan hangatnya.

“Bogoshipeo…” Ujar namja itu.

Air mata Jaerin kembali turun ke pipinya menyadari bahwa orang yang dirindukannya ada dihadapannya sedang memeluknya. Tangannya bergerak membalas pelukan Kyungsoo. Kyungsoo tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

“Saranghae, Jaerin-ah..” Bisiknya ditelinga Jaerin.

Jaerin melepaskan pelukannya dan menatap namja didepannya. Tak ada perubahan yang berarti, dia tetap Kyungsoo yang dulu.

“Uljimara… mianhae.. Jaerin-ah..” Kyungsoo mengusap air mata Jaerin.

“Jeongmal manhi saranghae.. Jaerin-ah…” Ucap Kyungsoo lagi. “Akhirnya aku bisa mengatakan ini…” lanjutnya.

Jaerin kembali memeluk Kyungsoo dan tangisnya pecah kembali.

“Nado.. nado..nado saranghae, Kyungsoo-ah…” isaknya.

Kyungsoo kembali melepas pelukan mereka dan menangkup pipi Jaerin. Ia memajukan wajahnya meraih bibir sang yeoja, menyalurkan kehangatan di malam musim panas yang tetap dingin ini. Dibawah langit sungai han yang dihiasi kembang api yang baru saja diledakkan.
.
.
.
.
.
“Jadi.. setelah itu?”

“Ya.. aku membantu eomma menghidupkan kembali usaha restoran appa yang sempat gulung tikar sebelum appa pinda kerja di pabrik. Dan syukurlah itu berhasil, eomma sangat pandai memasak dan sekarang restoran kami sudah memiliki pelanggan tetap..” Jawab Kyungsoo.

“Okay..” Jaerin mencolek Krim ke hidung Kyungsoo.

“Jaerin-ah… sudah cukup, jangan colek krim lagi.. wajahku sudah penuh krim… ini lengket Jaerin-ah…” rengek Kyungsoo.

“Ani..anii… aku sudah bilang ini hukuman karena kau sama sekali tidak meninggalkan pesan setelah kau pulang, makanya setiap penjelasan yang kau jelaskan, kau mendapat satu kali colekan krim ini hahaha” Jaerin tertawa puas.

Mereka berdua sedang berada di café tempat Kyungsoo dulu bekerja. Kyungsoo mengatakan ingin sekali datang ke kafe ini. Dan Jaerin menyetujuinya, dari festival langsung mereka menuju kafe yang tetap ramai meski sudah malam seperti ini.

“Lalu.. kenapa kau kembali ke Seoul?” Tanya Jaerin lagi

Kyungsoo tersenyum sejenak, dia mencolek krim yang ada di wajahnya dan menjilatnya.

“Karena aku merindukanmu, dan aku ingin mengatakan kalimat yang jauh sedari dulu aku ingin mengucapkannya padamu. “ Jawab Kyungsoo.

Jaerin blushing, lalu salah tingkah. Kyungsoo terkekeh dibuatnya.

“Okee pertanyaan selesai!” teriak Jaerin, sedikit mengundang perhatian pelanggan lain yang sedari tadi melirik mereka diam-diam.

“Lalu aku boleh membersihkan wajahku?” rajuk Kyungsoo.

“Belum…” Jaerin menggeleng.

“Kali ini apa lagi Jaerin-ah….” Kyungsoo mulai menggerutu.

“Aku ingin memfotomu dulu kaku aku upload ke SNS.. hahaha.” Jaerin mengambil smartphonenya dan mengambil gambar Kyungsoo dengan wajah penuh krim dan ekspresi datarnya.

Perasaan menyukai atau mencintai seharusnya diucapkan, jangan diam saja, karena tidak tau kapan perasaan itu datang dan tiba-tiba saja pergi. So, Just show your love!
.
.
.
.
.
.
.
END!





Nenden, 2014

Komentar

  1. pertama, semua ff yg dibikin nden always n forever daebak!! hehe serius aku fans setia kamuuuu #huek piis :*
    kedua, entah kenapa dicerita ini ngerasa endingnya kecepetan uhuhu -.- #masih pengen nikmatin kyungsoo lebih lama , "nikmatin"??? ahaha
    ketiga, show your love! itu judul seharusnya jadi pelajaran n nasehat buat yang bikin ketika sesuatu menyapanya di tahun2 kemarin!! hehee untuk ke depannya.. semoga.. ketika menemukan, nden bisa show ur love ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer