Show Me Your Love
Title : Show
Me Your Love
Author :
NendenNurpujiHasanah @Nenden_Hasanah
Cast : Kyungsoo (EXO), Shin Jaerin (OC) ,
Genre : Romance, lil bit hurt, friendship
Rate : T
(PG-16)
Length :
Oneshoot , longshoot
Disclaimer :
story is mine ^^
Nenden's bacotan: Hai, lama lagi setiap post nya.
this story is dedicated for my lil sist ANGGI, semoga suka ya ^^ semoga bisa menghibur ya dek, Saranghae ^^
masih mabok drama it's okay, it's love gegara Kyungsoo disitu unyu banget pake sepeda, jadilah ff ini haha
selamat membaca, kali ini gaakan tulisin backsound, silakan pilih backsound sesuai selera ^^
Warning!! Typo berserakan!
Warning!! Typo berserakan!
Happy Reading :D
Suara gaduh di kelas itu
terdengar semakin jelas selepas bel tanda berakhirnya kegiatan pembelajaran
hari ini. Pintu kelas ber label XI- C itu terlihat menjadi portal siswa yang
keluar dari dalamnya.
“Jaerin-ah, bawa ini ke
perpustakaan, kau tentu tidak lupa hari ini kita piket.” Ujar seorang namja
berperawakan kecil dan rapi seraya menyimpan setumpuk buku yang tidak bias
dibilang tipis di atas meja dihadapan seorang yeoja yang sibuk membereskan
barang-barangnya.
“Astaga, Kyungsoo-ah! Apa kau
gila?! Kau menyuruhku membawa buku sebanyak ini? Seriously??!” protes sang
gadis.
“Aku tunggu di perpustakaan 5
menit lagi” ucap namja itu dingin sambil berjalan keluar kelas meninggalkan
Jaerin yang merutukinya.
“Tega sekaliii ~” rutuknya
sambil memandangi tumpukan buku dihadapannya. Akhirnya mau tak mau Jaerin
membawa buku tersebut ke perpustakaan.
.
.
.
BRUK!
Suara debam itu terdengr jelas
menggema di ruangan luas penuh dengan rak-rak buku itu.
“Dimana dia hah…” Nafas Jaerin
terengah-engah ketika sampai di perpustakaan. Ia menyimpan sembarangan buku
tebal itu di meja dan segera mengatur nafasnya. Dilihatnya perpustakaan itu
sepi tidak ada orang lain selain dirinya.
“Kemana anak itu haiisshh… apa
aku dikerjai? Yaaaa!! Kyungsoo-aaaaah!!”
BRUAKH! Brug!
Jaerin terkesiap mendengar
suara rusuh tersebut dari ujung ruangan dibalik rah-rah buku tinggi itu.
Perlahan ia langkahkan kakinya menuju sumber suara tersebut. Terlihat namja
yang sedikit terbatuk bersimpuh di lantai penuh dengan buku-buku yang
berserakan.
“Astaga, Kyungsoo-ah!” Jaerin
berlari kecil mendekati Kyungsoo yang terlihat kepayahan.
“Pabbo! Bisakah kau tidak
berteriak?! Uhuk!” umpatnya kesal setelah si yeoja berada didepannya.
“Mi..miaan mianhaee.. aku
tidak tahu kalau kau ada disini” Jaerin berjongkok dan memunguti beberapa buku
tebal yang menindih sebagian tubuh Kyungsoo.
Kyungsoo berusaha bangun
tetapi sulit. Jelas saja, ia terpeleset saat merapikan buku-buku di rak bagian
atas dan terjatuh dari tangga.
“Kyungsoo-ah gwaechana?”
Kyungsoo mengangguk sebagai jawaban.
“Cha.. ayo kita harus cepat
membereskannya” ujar Kyungsoo dingin setelah ia berhasil berdiri dan langsung
sibuk kembali menumpuk dan merapikan buku-buku.
Jaerin memperhatikannya, ia
melihat dengan jelas cara berjalan Kyungsoo, tangannya sesekali memegangi
lututnya yang mungkin terasa sakit. Kemudian ia menghela nafas dan ikut
menjalankan piket merapikan perpustakaan.
.
.
.
.
.
Shin Jaerin, yeoja berambut
ikal panjang itu berjalan sendirian di trotoar jalan sore itu. Tepat setelah
selesai merapikan perpustakaan ia segera beranjak pulang. Langkahnya terhenti
ketika sebuah sepeda berhenti di dekatnya.
“Naiklah..” ujar namja si
pengemudi sepeda.
“Kyungsoo?”
“Palli..” nada suaranya
meninggi, membuat Jaerin bungkam dan akhirnya duduk manis di boncengan sepeda
itu.
Suasana diperjalanan hening,
tidak ada yang membuka pembicaraan. Suasana sore yang cukup cerah itu tidak
menjadi hal yang tepat dijadikan topic pembicaraan. Sampai Jaerin memperhatikan
kaki Kyungsoo yang sedang mengayuh sepeda terlihat aneh pergerakannya.
“Kyungsoo-ah, kakimu..
naik-baik saja?” tanyanya pelan.
“Hn..”jawab Kyungsoo singkat.
Jaerin menghela nafas berat. Classmatenya satu ini memang terkenal pendiam dan
irit berbicara. Sehingga jangan berharap dia akan merespon panjang meskipun kau
bertanya tentang keadaanya sekalipun. Dan suasana pun kembali hening, hingga
mereka berpisah di gang dekat rumah Jaerin.
.
.
.
.
.
Namja itu menghempaskan
tubuhnya di tempat tidur setelah melepas kacamata, jas sekolah dan tasnya. Ia
meringis merasakan lututnya yang nyut-nyutan. Efek jatuh tadi berdampak besar
sepertinya, ditambah setelahnya masih harus naik-turun tangga dan mengayuh
sepeda, sehingga lutut kirinya Nampak bengkak. Ia menggulung celana panjangnya
melewati lutut, dan terlihat kulitnya yang kebiruan di bagian sana.
“Aku tidak menyangka akan
bengkak seperti ini” rutuknya.
“Kakimu.. baik-baik saja?”
Ia terdiam ketika pertanyaan
itu terlintas di kepalanya. Setelahnya ia menghela nafas berat.
“Tidak bisakkah aku sedikit
hangat? Aku terlalu tegang untuk berbicara banyak” ucapnya mengeluh. Ia
memejamkan matanya mengingat ekspresi yeoja itu dan menghela nafas kasar, lalu
mulai memijit kakinya pelan.
“Akh.. aishh… sakit”
ringisnya.
.
.
.
.
.
Tepat semenit sebelum bel
masuk berbunyi Kyungsoo memasuki ruang kelasnya. Dengan segera ia menjadi pusat
perhatian seisi kelas, jelas saja, Kyungsoo si murid rajin yang biasanya datang
paling lambat 30 menit sebelum bel masuk, hari ini hampir telat masuk. Jaerin
melihatnya berjalan sedikit kesusahan menuju bangkunya yang berada sedikit jauh
dari pintu masuk. Rasanya terlihat sulit mencapai bangkunya. Jaerin
mengurungkan niatnya untuk bertanya ketika guru pagi itu sudah memasuki ruang
kelasnya.
Selepas bel istirahat semua
siswa berhamburan keluar kelas dengan berbagai tujuan, mengisi perut, bertemu
teman atau kekasih, atau ada pula yang sekedar mengobrol didepan kelas, berbeda
Kyungsoo yang tergopoh menuju ruang UKS. Jaerin tak sengaja melihatnya dan
mengikutinya ke UKS.
Ia masuk dan menemukan Kyungsoo
tengah memijit lututnya.
“Omo! Kenapa bias bengkak
seperti ini?” kejutnya yang juga mengejutkan Kyungsoo.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Tanya Kyungsoo.
“Menemuimu, tentu saja. Aku
penasaran dengan kakimu, dan aku tak sangka jadi sebengkak ini” Jawabnya seraya
mendekat Kyungsoo.
“Sakitkah?”
“A..ani.. gwaenchana..”
jawabnya.
“Coba kulihat..” Jaerin
mencoba mendekat.
“Aniyeo.. gwaenchana…”
Kyungsoo menggeser duduknya sedikit menjauh. Jaerin tidak menyadari perubahan
raut wajah Kyungsoo yang kini sedikit merona.
“hm.. arasseo, mianhae..
gara-gara aku berteriak waktu itu kakimu jadi seperti ini” ujar Jaerin
menyesal.
“Gwaenchana..” jawab Kyungsoo
datar.
Jaerin keluar ruangan UKS
dengan sedikit menggerutu. Secara tidak sadar dia memanyunkan bibirnya dan
sedikit menghentakan kakinya.
“Aish… padahal aku sudah
merasa bersalah, kenapa dia sedingin itu!” gerutunya.
.
.
.
.
.
.
Kyungsoo merapikan
peralatannya, jam sudah menunjukan pukul 9 malam dan ia baru saja menyelesaikan
shift kerja paruh waktunya di kafe makanan cepat saji. Segera saja ia keluar
setelah berpamitan pada beberapa karyawan yang masih bekerja. Ia mengeratkan
jaketnya merasakan tiupan angin yang cukup kencang malam ini.
Kyungsoo berjalan pelan
menyusuri trotoar yang terlihat masih ramai, hari ini ia tidak membawa
sepedanya. Sepanjang jalan, banyak pasangan-pasangan yang berjalan beriringan
saling bergenggaman tangan menghangatkan diri dari dinginnya angina malam itu.
“Ah.. besok hari minggu?” gumamnya
seraya sedikit melirik beberapa pasangan yang berjalan bersamanya. Sejujurnya
ia merasa iri, ingin juga merasakan berjalan di malam dingin sambil menggenggam
tangan orang yang disukai, lalu pipinya memerah ketika bayangan wajah seorang
yeoja muncul dikepalanya.
“A..apa yang kupikirkaan” gusarnya.
Ia sedikit mengacak rambutnya dan melanjutkan jalannya.
Kyungsoo keluar dari
minimarket sambil menenteng sebuah mie cup di tangannya. Udara dingin
membuatnya lapar dan mie cup hangat menjadi pilihan terbaik. Ia duduk di kursi
tepat didepan minimarket itu dan memakan mie nya dengan nikmat
“Kyungsoo-ah?”
Tunggu…
Kyungsoo menghentikan
kunyahannya sejenak tanpa mendongakkan kepalanya. Dia cukup terkesima seakan
mendengar suara orang yang tadi sempat mampir dikepalanya.
“Kyungsoo-ah..?”
Sahut suara itu lagi. Dan kali
ini Kyungsoo mendongak dengan beberapa helai mie yang masih menggantung di
mulutnya. Lekas ia mengunyah seluruh mie yang ada dimulutnya dan menelannya
tergesa, dan diakhiri dengan manis oleh batuk-batuk.
“Astaga… gwaenchana..?”
pemilik suara itu mmenepuk pelan punggung Kyungsoo yang terlihat masih
batuk-batuk.
“Kalau makan pelan-pelan..”
sahutnya lagi.
“Apa yang kau lakukan disini,
Jaerin-ah?” Tanya Kyungsoo ketika batuknya berhenti.
“ehm… hanya membeli beberapa
keperluan..” Jawab Jaerin sambil duduk dihadapan Kyungsoo.
“Semalam ini?” tanyanya lagi.
Jaerin menatapnya heran,
kenapa rasanya pertanyaan Kyungsoo barusan terkesan.. protektif?
“Kau sendiri? Semalam ini
berada di luar..” bukannya menjawab, Jaerin malah melemparkan pertanyaan yang
sama.
“Eum… pulang kerja” jawab
Kyungsoo singkat. Ia lantas menghabiskan sisa mienya sebelum mendingin.
“Eoh? Kau bekerja?” Tanya
Jaerin, dibalas anggukan singkat khas Kyungsoo.
Jaerin terdiam, ia memang
tidak tahu banyak tentang namja dihadapannya ini. Dimatanya, Kyungsoo sama
seperti siswa rajin kebanyakan yang sifatnya kutu buku dan cenderung sulit
bersosialisasi. Tetapi rasanya ia melihat sisi lain dari Kyungsoo yang baru ia
lihat.
“Sejak kapan kau bekerja..?”
tanyanya lagi.
Terdiam sesaat, kyungsoo
menjawab “ Semenjak pindah ke Seoul”
“o..oh.. kau pindahan?” heol!
Jaerin-ah, kau bahkan sudah lebih dari setahun menjadi classmatenya dan baru
mengetahui hal ini?
Kyungsoo tersenyum simpul
melihat reaksi yeoja itu. Terjadi hening sesaat sebelum Kyungsoo memutuskan
untuk menjawab.
“begitulah… aku tinggal
sendiri..” jawabnya singkat.
Jaerin terdiam, ia baru
mengetahui kalau classmate yang dia kenal sebagai orang yang dingin dan
tertutup ini cukup nyaman diajak mengobrol.
Selanjutnya terjadi obrolan
hangat meski masih terasa canggung di depan mini market di malam yang cukup
dingin itu.
.
.
.
.
.
Ini hari libur, dan Jaerin
sudah rapi di pukul 5 sore ini. Saat yang langka, karena menurutnya hari libur
adalah hari dimana dia akan menghabiskan waktu bersama kasur kesayangannya
sampai bertemu malam kembali. Tetapi saat ini ia terlihat siap untuk pergi.
“Ummaa aku pergi dulu..”
Teriaknya sambil berlari kecil menuruni tangga dari kamarnya.
“Eodigaa..?” Balas sang ibu
dari arah dapur.
“Aku akan pergi dengan Sang Ah
eonnie… kami akan pergi ke festival di sungai Han, umma” Balas Jaerin.
“Hati- hati”
“Ne, umma…”
Jaerin memakai beannienya sambil
berjalan menyelusuri trotoar. Sesekali ia membuka ponselnya mengecek jika ada
kabar dari sunbae yang mengajaknya datang ke festival.
.
.
.
.
.
“Eonnie… apa aku terlambat?”
ujar Jaerin sedikit terengah mengingat ia sedikit berlari.
“Jaerin-ah! Oh my syukurlah
kau sudah datang.. kau hamper melewatkan penampilan utama penyayi yang ku
bilang waktu itu!” Sang Ah menyambutnya antusias dan segera menariknya ke area
dekat panggung dimana festival digelar.
Jaerin mengikuti tarikan
tangan seniornya itu, menyelip melawan kerumunan orang-orang yang sudah lebih
dulu berkumpul disana. Sampai ia sadar tubuhnya berhenti ditarik, ia mendongak
dan mendapati dirinya tepat berada didepan panggung yang terlihat masih lengang
dan dipersiapkan.
“Kau pasti ingat kan tentang
namja tampan penyanyi kafe yang kuceritakan waktu itu?” Tanya Sang Ah.
“Ne.. apakah ia yang akan
tampil disini?” Tanya Jaerin sambil merapikan penampilannya.
“Begitulah… dan kau harus
tahu, jaerin-ah… dia begitu tampan dan suaranya… ooooh kau takan kecewa
melihatnya!”
Jaerin mengangguk mengerti. “
Bukannya Sehun oppa juga tampil di acara ini?” Tanya Jaerin.
“Ani.. dia ada latihan sampai
malam… jadi membatalkan acaranya disini.. haah.. menjadi trainee memang
melelahkan” jawab Sang Ah.
Langit sudah mulai menggelap
dan lampu-lampu sekitar sungai Han sudah dinyalakan. Suasana romantic mulai
menyebar sejauh mata memandang, lampu panggung sudah didekorasi sedemikian rupa
sehingga menambah apik penampilan panggung kecil tersebut. Kerumunan didepan
panggung itu bertambah banyak, lampu panggung meredup diiringi suara penonton
yang menggema. Jaerin focus menatap panggung yang menggelap. Samar terdengar
dentingan piano diiringi instrument music lain, diikuti suara indah dan
maskulin melantunkan sebuah lagu.
Perlahan sebuah lampu menyala
tepat ditengah panggung, menampilkan sosok namja yang berdiri disana memegang
mic. Jaerin menyipitkan matanya merasa silau, sebelum mata itu membulat
menyadari siapa si suara indah yang berada diatas panggung itu.
Hanbeoman ne mareul deureojo~
Every day, every night I am missing u~
Nae gyeote eobseodo, dashin beolsu eopseodo
Eonjena nae mameul tokkatji neo ingeol..
Lagu itu berlanjut dengan indah dan tenang, membawa setiap telinga
yang mendengarnya terhayut masuk kedalam liriknya. Termasuk yeoja yang sedari
tadi matanya tak lepas dari sosok diatas panggung itu.
Mata besar yang biasanya terlapis
kacamata tebal itu kini terpejam menghayati setiap suara yang keluar dari mulutnya tanpa
penghalang apapun, bibir tebal yang biasanya jarang mengeluarkan suara itu kini
mengalunkan lagu indah menghanyutkan tiap pendengarnya, rambut hitam yang biasanya
tertata rapi cenderung mengkilat kini sedikit terlihat berantakan namun apik,
tubuh semampai yang biasanya dibalut pakaian seragam sekolah rapi lengkap
dengan jasnya kini dilapisi dengan kemeja santai sederhana yang menonjolkan
aura maskulinnya. Do Kyungsoo, terlihat berbeda dan sempurna.
Mata Jaerin tak dapat lepas
dari pemandangan dihadapannya. Jujur, ia terpukau, si dingin jarang bicara di
sekolah kini berubah menjadi penakluk setiap penikmat music. Jaerin hamper
tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Do Kyungsoo.. kau punya
banyak rahasia tentangmu..” Gumamnya lalu ikut memejamkan mata menikmati lagu
tersebut.
Riuh suara tepuk tangan
membuat Jaerin membuka matanya, dilihatnya Kyungsoo selesai menyanyikan satu
lagu tadi, sadar atau tidak mata mereka bertemu pandang, dan senyum Kyungsoo
makin merekah setelahnya.
Festival berlanjut dengan
pengisi acara lain. Jaerin memisahkan diri dari kerumunan dan berdiri di tepi
sungai Han. Ia menghirup udara segar malam itu. Sebelumnya Sang Ah berpamitan
untuk pulang lebih dulu. Jaerin memutuskan untuk tetap disini untuk menikmati
festival, rasanya sayang sekali kalau hanya datang sebentar. Ia menikmati suara
music yang masih dimainkan di panggung. Ia masih tak menyangka jika Kyungsoo
punya bakat terpendam/? Seperti itu.
“Kukira dia hanya bisa
memasang wajah datar dan mengomel saja…” gumamnya, setelahnya ia terkekeh
sendiri.
“Han Jaerin?”
Jaerin menengok mendengar
namanya dipanggil.
“Benar kau Han Jaerin?” Tanya
orang itu lagi.
“Jongin oppa..?”
“Yaa.. kau ingat aku??” namja
itu mendekat.
“Kim Jongin! Yaa! Kemana saja
oppa!” Pekik Jaerin menghambur memeluk namja bernama Jongin tadi.
“Hehehe.. bagaimana kabarmu,
Jaerin-ah?” tanyanya setelah sedikit mengusap rambut Jaerin.
“Aku baik.. oppa, kemana saja
kau selama ini eum?”
“Kita ngobrol di coffeeshop..
aku traktir?”
“Call!!”
Mereka berdua akhirnya
meninggalkan festival menuju coffeeshop tak jauh dari sana, tanpa mengetahui
dari dekat panggung festival seorang namja bermata bulat mengepalkan tangannya.
.
.
.
.
.
BRUK!!
Jaerin merasa déjà vu
mendengar suara debaman ini. Ia mengabaikan novelnya lalu mendongak dan
mendapari Kyungsoo tengah menatapnya datar seperti biasa.
“Simpan ini di perpustakaan.”
ucapnya dingin lalu pergi membawa setumpukan buku yang lain bersamanya.
Jaerin melongo, “apakah
Kyungsoo yang seminggu lalu ketika di festival itu Cuma mimpi? Kenapa Kyungsoo
kembali dingin menyebalkan seperti ini?” Gerutunya.
“Kyungsoo-ah..!!” Jaerin
buru-buru mengangkat buku itu mengejar Kyungsoo yang sudah lebih dulu ke
perpustakaan.
Perpustakaan itu hening dengan
semestinya. Masih ada satu dua siswa yang belajar disana. Di pojok ruangan,
Kyungsoo dan Jaerin sedang menyusun buku-buku tebal. Kegiatan rutin mereka
sebagai anggota perpustakaaan. Tetapi keheningan yang ada terasa canggung.
Meskipun Jaerin dan Kyungsoo memang tidak akrab, tetapi baru sekarang Jaerin
merasa canggung yang sangat ketika bersama Kyungsoo.
“Kyungsoo-ah” panggil Jaerin.
“Hn..”
“Penampilanmu minggu lalu di
festival… keren juga.” Jaerin mengatakannya sambil menjejerkan buku-buku tebal
di rak urutan ketiga.
Hening. Taka da jawaban apapun
dari Kyungsoo yang sedang merapikan buku di rak bagian lebih tinggi. Sampai
akhirnya dia turun dari tangga dan menapakkan kakinya di lantai.
“Gomawo.” Kyungsoo tersenyum. Jaerin munafik jika dia mengatakan ia tidak
terpukau melihat senyum namja ini, manis sekali.
Dengan tiba-tiba Kyungsoo
mengambil tumpukan buku disekitar Jaerin dan merapikannya.
“Pulanglah lebih dulu. Biar
aku yang selesaikan.”
Kyungsoo melihat dari jendela
perpustakaan. Jaerin pergi menemui seseorang di gerbang sekolahnya. Dia namja
yang tempo hari ia lihat di festival bersama Jaerin.
“Siapa namja itu?”
.
.
.
.
Kian hari, Jaerin sering
terlihat bersama namja bernama Jongin itu disetiap kesempatan. Setiap pulang
sekolah, ataupun di tempat umum, mereka selalu terlihat bersama. Pernah
Kyungsoo mendapati mereka di café tempat ia bekerja. Mereka terlihat sedikit..
ehm.. mesra, dan Kyungsoo tidak menyukai itu.
Jongin terlihat tidak canggung
memegang tangan atau mengacak rambut Jaerin, dan Jaerin pun terlihat nyaman
bersamanya. Kyungsoo tidak tahu apa hubungan mereka yang jelas, dia tidak suka
kedekatan mereka.
Siang itu Kyungsoo sedang
berjalan di lorong sekolahnya ketika istirahat siang, matanya tak sengaja
melirik taman belakang sekolah yang ramai dengan banyak siswa yang bermain
disana, dan tak jauh disana ia melihat Jaerin dan Jongin sedang berdua di taman
belakang sekolah, Kyungsoo tiba-tiba menghentikan langkahnya dan sadar atau
tidak pandangannya terpaku kearah dua manusia itu.
“Mau apa namja itu kesekolah?
Dia bukan siswa sekolah ini” gumamnya.
Kembali secara tiba-tiba
Kyungsoo melangkahkan kakinya memasuki area taman belakang, Kyungsoopun tak
tahu kenapa secara reflex ia mendekati kedua orang yang sedang asyik mengobrol
itu.
GREP!
“Jaerin-ah, sebentar lagi bel
masuk, setelah ini kita mata pelajaran Kang sonsaengnim, kau tidak mau telat
dan dihukum kan?” Kyungsoo dengan berani memegang lengan Jaerin yang ketika itu
masih asyik mengobrol dengan Jongin.
Terjadi hening moment beberapa
detik.
“A..ah ne..”
Kyungsoo dan Jaerin kembali ke
kelas, meninggalkan Jongin di taman belakang sekolah yang menatap mereka penuh
tatapan menyelidik.
“Anak itu menarik..”
seringainya.
.
.
.
.
.
Jaerin baru keluar dari
kelasnya ketika waktu menunjukkan pukul 4 sore. Ia baru menyelesaikan jurnal
kelas hari ini. Tanpa sengaja ketika melewati ruang music ia mendengar
dentingan piano dan sayup suara nyanyian dari dalam sana, membuat langkahnya
terhenti dan diliputi rasa penasaran.
Kakinya ia langkahkan mendekat
pintu ruangan itu, mencoba mengintip dari celah kaca di pintu. Siluet seorang
namja duduk didepan piano dan memainkan alat music itu menghasilkan melodi
indah yang memanjakan setiap telinga yang mendengarnya.
Tangannya menggapai pegangan
pintu itu dan memutarnya. Suara music terdengar lebih keras ketika pintu itu
menghasilkan celah kecil, ia melongokkan kepalanya dan semakin jelas mendapati
sang pemain piano itu. Kyungsoo.
Akhirnya jaerin memasukan juga
tubuhnya kedalam ruangan itu dan terhanyut mendengarkan suara musik itu. Ia
menyandarkan tubuhnya pada dinding sebelah pintu dan memejamkan matanya. Suara
piano dipadukan dengan suara Kyungsoo yang indah, merupakan harmonisasi yang
sempurna. Sampai suara itu berhenti, Jaerin masih memejamkan matanya. Tidak
menyadari bahwa sepasang mata bulat yang sedari tadi focus memainkan piano
sedang menatapnya.
“Jaerin-ah..” Jaerin sontak
membuka matanya dan mendapati tatapan lucu mata bulat itu.
“A..a.. Kyungsoo-ah mian aku
tiba-tiba saja masuk. Kau terganggu?” Tanya Jaerin.
Kyungsoo menggeleng “Anieyo….
Gwaenchana” lalu tersenyum.
“Ehm.. Kau belum pulang?”
Tanya Jaerin basa-basi.
“Belum.. kau sendiri?”
“Aku baru saja menyelesaikan
jurnal kelas hari ini..” Jawab Jaerin seraya melangkah mendekati Kyungsoo.
“Hmm.. kau.. mau bernyanyi?”
Tanya Kyungsoo, tangannya sudah siap menekan tuts hitam putih itu kembali.
“A..aniyeo… aku tidak bisa
bernyanyi”
“Tak ada yang tak bisa
bernyanyi, Jaerin-ah.. semuanya hanya perlu latihan..”
Kyungsoo mulai menekan tuts
itu, memainkan instrument indah yang kembali memanjakan telinga Jaerin.
Kyungsoo menengok ke Jaerin dan mengangguk, meminta yeoja itu untuk menyanyi
mengikuti irama music yang ia mainkan.
Jaerin bernyanyi mengikuti
alunan music, merasa nyaman, ia tersenyum dan duduk disebelah Kyungsoo, di
kursi yang sama dengannya. Lambat laun, Kyungsoo membarengi nyanyiannya,
jadilah mereka bernyanyi bersama. Senyum tak lepas dari bibir kedua insan itu.
.
.
.
.
.
“Oppa! Berhenti menghabiskan
cemilankuu!!” teriakan itu terdengar dari dalam ruangan berpintu putih itu.
Jaerin melempar bantal kea rah namja tan yang sedang asik ngemil diatas tempat
tidurnya.
“Aku tidak menghabiskannya,
Jaerin-ah, aku hanya mencicipi, lalu aku lupa rasanya, jadi aku makan lagi.”
Jawabnya watados.
“Ishhh menyebalkaan! Kau
bilang akan membelikan ku es krim tempo hari, manaa?!” Balas Jaerin.
“Kenapa kau tidak mintaa aku
lupa..” jawab Jongin santai.
“Ish.. lupanya kok
berkali-kali”
“hahahaha….” Jongin lalu
menyimpan snacknya dan duduk di ranjang Jaerin.
“Anak kacamata itu.. suka
padamu ya?”
“Nugu?”
“teman sekelasmu itu…
Kyungsoo?”
Jaerin terdiam, ia mengingat
segala perlakuan Kyungsoo padanya selama ini.
“Sepertinya tidak
mungkin..kenapa oppa berpikir dia menyukaiku?” Jaerin bertanya balik.
“Kau tahu, ketika seorang
namja sedang mencintai, dia akan memberikan seluruh perhatiannya, biarpun
sebentar, seorang namja takkan melepaskan sang yeoja dari penglihatannya..”
“Ng.. ta,,tapi.. Kyungsoo
tidak seperti itu.. malah, dia selalu saja marah-marah padaku” Jaerin
memanyunkan bibirnya.
‘haha lucu sekali.. dilihat darimana pun, sudah jelas dia menyukaimu. Kau
hanya tidak mengetahuinya, Jaerin-ah’
.
.
.
.
.
Kyungsoo baru saja keluar dari
kafe tempat kerjanya ketika seorang namja bermotor menghadangnya. Namja itu
turun dari motornya dan melepas helm nya.
“Kau..” sapa Kyungsoo.
“Hai, aku Jongin..-“
“Mau apa kau kesini? Kafe
sudah tutup tigapuluh menit yang lalu.” Sela Kyungsoo.
“Hei, santailah… kau menyukai
Jaerin?” Tanya Jongin to the point.
“Bukan urusanmu..” jawab
Kyungsoo dingin. Kyungsoo melangkahkan kakinya segera ingin menjauh darisana.
“Hei, Jaerin menyukai pria
kuat… kau mau bertanding basket 1 on 1
denganku?” ungkap Jongin disertai smirk di wajah tampannya.
Kyungsoo menghentikan
langkahnya lalu terdiam, ia pikir namja ini cemburu? Sampai-sampai mau
menantangnya. Hei… siapa takut. Pikir Kyungsoo.
Akhirnya ia membalikan
badannya menghadam Jongin.
.
.
.
.
.
Disinilah dua namja itu berada,
lapangan basket taman kota pukul 9 malam dengan bola basket diantara mereka.
“Okay, siapapun yang berhasil
lebih banyak memasukan bola ke ring, dia pemenangnya” putus Jongin. Kyungsoo
mengangguk.
Ia telah melepas kacamatanya
dan hanya menggunakan celana panjang dan kemeja seragam kafe nya yang digulung
sebatas siku. Tak gentar ia menghadapi namja yang lebih tinggi darinya itu.
Permainan dimulai, bola
dikuasai oleh Jongin dari awal, perbedaan tinggi yang cukup jauh membuatnya
lebih unggul dalam hal kecepatan, tapi jangan disangka, tubuh Kyungsoo yang
kecil membuatnya lincah dan memudahkannya merebut bola dengan cepat, yang juga
membuat Jongin tak kalah kewalahan.
Keduanya belum berhasil
memasukan bola, skor bertahan 0 – 0, Jongin pikir, Kyungsoo cukup tangguh.
Cukup lama mereka bertanding,
pakaian mereka cukup basah oleh keringat. Hingga akhirnya mereka berdua lelah
dan duduk di tengah lapangan basket itu.
Nafas keduanya memburu,
kepulan asap tipis keluar dari mulut mereka pertanda malam semakin dingin.
Hening terjadi cukup lama, hanya terdengar helaan nafas keras.
“Kau cukup tangguh juga,
Kyungsoo..” ujar Jongin. Kyungsoo hanya diam.
“Perasaan suka itu harus
diucapkan, jangan diam saja..” lanjutnya sambil berdiri. Kyungsoo mendengus.
“bukan urusanmu..”
Jongin tersenyum tipis.
“Akan jadi urusanku ketika
yeoja yang kau sukai itu sepupuku.” Kyungsoo melotot.
“SE..SEPUPU?” Kyungsoo
berteriak seraya berdiri tergesa dari duduknya.
“Ya.. sepupu..” jawab jongin, lalu hening. “Ya! Maksudmu kau menyangka
aku kekasih Jaerin?!” Tanya Jongin.
Kyungsoo hanya menatap jongin
dengan tatapan terkejutnya. Jongin mengusap wajahnya frustasi.
“Pantas saja sikapmu padaku
sama sekali tak bersahabat! Aku tidak mungkin mengencani bocah-bocah seumuran
kalian.. astaga…” Cerca Jongin.
Kyungsoo berdiri mendekat
“Gomawo, Hyung!” ujarnya.
“Katakan saja kalau kau suka,
karena kau sendiri tidak tahu kapan dia akan pergi, cinta itu datang dan
pergi…” Ujar Jongin sambil mmebereskan barang-barangnya dan beranjak pergi.
“Oh iya, awalnya kukira kau
lamban, tapi ternyata kau gigih juga.. sepertinya tubuh pendekmu
menguntungkan…” Ujar Jongin menengok sebentar lalu melanjutkan jalannya.
Sedetik setelah itu sebuah
bola basket mendarat dengan manis di kepala Namja tan itu.
.
.
.
.
.
“Opppa~ kenapa tidak bilang
sejak lama kalau kau hanya sebentar tinggal disinii…” Jaerin merengek pada
Jongin didepan gerbang sekolahnya ketika Jongin berpamitan akan kembali ke
Jepang, kembali ke aktivitas kuliahnya.
“AKu sudah bilang kalau aku
hanya sedang liburan, Jaerin-ah.”
“Tapi kaan… padahal aku masih
ingin mengajak oppa berjalan-jalan disini…” Rengeknya.
“Kau ajak yang lain saja ne?”
Jongin mengedip, mengisyaratkan sesuatu pada Jaerin, tetapi sepertinya yeoja
itu sama sekali tidak menyadarinya -.-
“Ya sudah, oppa berangkat
dulu, ne? Jaga dirimu baik- baik, dan… perhatikan sekelilingmu, peka lah pada
keadaan disekitarmu, jangan menyianyiakan kejadian penting..” nasihat Jongin.
“Oppa.. bicara begitu..
seperti akan terjadi sesuatu saja…”
“Kau akan tahu nanti..” Jawab
Jongin.
“Cha.. see ya, Jaerin-ah!”
Jongin mengusap kepala Jaerin sejenak lalu melaju bersama motornya, menjauhi
daerah sekolah Jaerin dan menghilang di tikungan. Jaerin menghela nafas,
padahal dia masih ingin bersama-sama kaka sepupunya itu, tetapi pendidikan
tentu harus tetap menjadi prioritas utama, toh.. Jongin akan pulang kembali.
“Huh… padahal aku ingin pulang
bersama lagi..” Jaerin mempoutkan bibirnya lalu berjalan menuju halte, mau tak
mau ia pulang memakai angkutan umum lagi.
Namun langkahnya terhenti
ketika sebuah dering sepeda terdengar menyapanya, ia menengok ke belakang dan
mendapati Kyungsoo dengan sepedanya.
“Butuh tumpangan?” Tanya
Kyungsoo. Jaerin berpikir sejenak, lalu menganggukan kepalanya dan duduk di
boncengan sepeda Kyungsoo.
“Mau ikut ke tempat minum kopi
yang enak?” Tanya Kyungsoo masih focus mengayuh sepedanya.
“Eh..? eodiga?”
“Kafe tempat kerjaku, hari ini
aku sedang libur, jadi sesekali ingin datang kesana sebagai pelanggan.” Jawab
Kyungsoo.
“Call!!” pekik Jaerin.
Kyungsoo mengayuh sepedanya
menyusuri jalanan rindang melewati beberapa jalan kecil menuju kafe tempat
kerjanya.
.
.
.
.
.
Semenjak hari itu Kyungsoo dan
Jaerin terlihat dekat, mereka terlihat bersama di berbagai kesempatan. Sampai
mungkin jika ada kegiatan kelompok di sekolah, mereka akan berada dalam satu
kelompok. Jadwal mingguan membereskan perpustakaan pun masih menjadi kegiatan
rutin mereka bersama, tak jarang Jaerin datang ke kafe tempat kerja Kyungsoo
ketika namja itu bekerja untuk membeli camilan atau sekedar menyemangatinya.
Entahlah, mereka hanya merasa
nyaman bersama.
.
.
.
.
.
Kyungsoo sudah memikirkan ini
sejak lama, bahkan ia menyiapkan segalanya untuk hari ini, sampai ke detailnya,
ditambah, kemarin ia mendapat bonus gaji dari atasannya atas kerja kerasnya di
kafe, lengkap sudah persiapan Kyungsoo untuk akhir minggu ini.
Ya, Kyungsoo akan mengajak
Jaerin jalan-jalan, atau hang out, atau, Kencan.
.
.
.
.
Pukul 3 sore hari minggu. 1
jam lagi adalah waktu yang disepakati untuk hangout-atau kencan- bersama
Kyungsoo, dan Jaerin masih berdiri di depan lemarinya, memilih baju yang pas
dipakai sore ini.
“Aishh ottokhaee..! aku masih
bingung mau pakai apaaa..!!” ujarnya frustasi sambil mengacak rambutnya.
“Aigoo… kenapa dengan kamar ini…”
Umma Jaerin masuk ke kamar anak sematawayangnya karena mendengar suara gaduh
berasal dari sini, dan kaget begitu menghadapi kamar ini sudah seperti habis
terkena puting beliung.
“Ummaa~~ bantu aku memilih
baju yang cocok ummaaaaa…” rengek Jaerin.
“Kenapa harus bingung… anak
umma sudah cantik memakai apapun…” Umma Jaerin memilih-milih baju Jaerin.
“Cha,, coba pakai ini..” Umma
menunjukan potongan baju danJaerin langsung mencobanya.
“Aigoo… yeppeuda… cha..
tinggal umma sisir sedikit rambutmu dank au akan siap pergi…” Umma meraih sisir
dan merapikan rambut Jaerin yang tadi diacak-acaknya.
“Uri Jaerin akan berkencan,
eum?” Tanya umma, dan Jaerin hanya blushing.
.
.
.
.
.
Jaerin berjalan menuju Halte
setelah berpamitan pada sang Umma, ia dan Kyungsoo sepakat bertemu di pintu
Lotte world. Jaerin terlihat imut memakai babydoll berwarna babyblue dengan
pita dibagian dadanya, jeans sepaha ditambah cardigan putih dan flatshoes
putih. Rambut hitamnya ia biarkan tergerai menutupi sebagian bahunya hingga
punggung. Umma memang tidak pernah salah memilih.
Ia berjalan cepat menuju pintu
Lotte world, rupanya Kyungsoo sudah menunggunya. Jaerin sempat tertegun melihat
penampilan Kyungsoo hari ini, taka da kacamata, tak ada kemeja polos, Kyungsoo
memakai kaos biru, jeans hitam panjang, dilapisi kemeja kotak-kotak dongker dan
jaket merah bata, disempurnakan dengan topi warna merah di kepalanya. Membuatnya terlihat tampan dan imut bersamaan.
Jaerin terpesona dengan
Kyungsoo kali ini, namja itu tersenyum melihat kedatangan Jaerin dan
menggandeng tangan yeoja itu memasuki Lotte world.
Mereka menghabiskan waktu
bersama, mencoba berbagai wahana disana dan mencicipi berbagai jajanan, tawa
mereka lepas seperti tak ada yang mengganggu.
Jaerin merasa nyaman, Kyungsoo
yang bersamanya ini adalah Kyungsoo yanh lembut, Kyungsoo yang perhatian,
Kyungsoo yang peduli dan Kyungsoo yang penuh aura menyayangi. Ia menyukainya.
Semuanya berlangsung lancar sampai hanphone Kyungsoo
berbunyi. Mereka ada di kursi ditengah Lotte world sedang beristirahat sejenak
sambil memakan eskrim.
“Yeoboseyo..” sapa Kyungsoo.
“…….”
Ekspresi wajah Kyungsoo
berubah, matanya membulat wajahnya memucat, informasi yang barusaja ia dengar
membuatnya shock.
“Kyungsoo-ah.. wae geurae?”
Tanya Jaerin khawatir.
“Ja..jaerin-ah.. a..aku..
ap..appa…” Kyungsoo tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Matanya menatap kosong.
“Wae geurae
Kyungsoo-ah..?”Jaerin mengelus bahu Kyungsoo membuat namja itu sedikit tenang.
“Ak..aku.. harus kembali.. aku
harus.. pulang ke Gyeonggi.. ap..appa..” Kyungsoo mati-matian menjelaskan.
“Wae appa..hmm?” Tanya Jaerin
masih berusaha menenangkan Kyungsoo.
“Appa.. appa..ambruk.. ketika
bekerja..di pabrik..dia..appa..ap..appa..” Kalimat Kyungsoo terputus ketika
Jaerin memeluknya, Jaerin tidak sanggup mendengar kelanjutan kalimat Kyungsoo,
melihat ekspresi wajah Kyungsoo saja ia tak sanggup.
“Pulanglah, Kyungsoo-ah…” ucap
Jaerin.
“Mianhae…”
“Gwaenchana… pulanglah.. appa
mu.. membutuhkanmu” ujar Jaerin.
“Jeongmal Mianhae Jaerin-ah…”
Jaerin melepas pelukannya, dilihatnya wajah Kyungsoo sembab, matanya berair,
Jaerin tak tega melihatnya.
Kyungsoo memakaikan jaketnya
pada tubuh Jaerin. Ia pamit dan segera pergi setelah memeluk kembali Jaerin.
Menembus kerumunan orang banyak di taman bermain itu hingga tubuhnya tak
terlihat lagi oleh Jaerin. Jaerin mengeratkan jaket Kyungsoo pada tubuhnya.
“Semoga semuanya baik-baik
saja..” Gumamnya.
.
.
.
.
.
.
.
‘Saranghae’
.
.
.
.
Berbulan-bulan berlalu, dan
Kyungsoo belum kembali. Jaerin sudah menunggu, disekolah setiap hari, sesekali
ia ke ruang musik, berharap menemukan namja itu disana, tapi nihil. Kyungsoo
tidak ada. Jaerin juga sering datang ke tempat Kyungsoo bekerja, menunggu namja
itu berharap ia masih bekerja disana. Tapi tetap nihil. Kyungsoo tidak ada.
Jaerin pun sudah mencoba menghubungi nomor ponsel Kyungsoo, tetap tidak
tersambung.
Jaerin memberanikan diri
bertanya pada pihak sekolah soal Kyungsoo.
“Do Kyungsoo mengundurkan diri
dari sekolah ini 2 bulan lalu, saying sekali, padahal dia penerima beasiswa
penuh sampai lulus, tapi sepertinya, masalah keluarga tidak bisa dibiarkan..”
Jelas staff sekolah. Jaerin menghela nafas berat.
“Bolehkan saya meminta alamat
Kyungsoo di Seoul?”
.
.
.
.
.
.
Disinilah Jaerin, didepan
sebuah flat sederhana, tempat tinggal Kyungsoo menurut alamat yang ia dapatkan
dari pihak sekolah. Ia mengetuk pintu flat Kyungsoo, tidak ada jawaban, sampai
seorang ahjumma menyapa Jaerin.
“Kau teman Kyungsoo?” Tanya
Ahjumma itu. Jaerin mengangguk.
“Dia sudah pindah sejak dua
bulan lalu, nak. Appa nya meninggal, dan Kyungsoo pulang ke Gyeonggi.”
Penjelasan Ahjumma itu membuat Jaerin kaget bukan main, ia tak menyangka kencan
mereka kemarin sekaligus pertemuan terakhirnya dengan Kyungsoo?
“A..ahjumma… bolehkah aku tahu
alamat Kyungsoo di Gyeonggi?”
Ahjumma itu menggeleng. “Maaf
nak, ahjumma tidak tahu alamat Kyungsoo.” Bahu Jaerin merosot, nafasnya terasa
berat. Ia berpamitan setelah mengucapkan terimakasih pada Ahjumma itu.
.
.
.
.
.
.
Jaerin berjalan lesu di
trotoar jalanan Seoul yang ramai. Banyak remaja yang berlalu lalang disana,
sebagian besar mereka berpasangan, bergandengan tangan dan terlihat bahagia.
“Ah.. besok hari minggu…”
Gumam Jaerin.
Tanpa sadar matanya berair dan
menumpahkan setetes Kristal bening di pipinya. Ia mengeratkan jaket merah yang
ditinggalkan namja itu ketika meninggalkannya. Ia Merindukan Kyungsoo.
“Kyungsoo-ah… neo eodiga…”
Isaknya. “Aku bahkan… belum menyatakannya padamu, Kyungsoo-ah..”
.
.
.
.
.
‘Saranghae’
.
.
.
.
.
END?
TAPI BOONG :P
3 years later
Festival musim panas di sungai
Han selalu ramai setiap tahunnya. Yeoja berambut hitam panjang ini pun tidak
mau ketinggalan. Yeoja manis ini datang bersama teman-teman nya semasa Senior
High School sekaligus reuni kecil. Jaerin, yeoja itu kini berada di tingkat dua
Seoul University. Festival tahunan ini tak pernah ia lewatkan, ia hidup dengan
baik, tumbuh menjadi gadis cantik yang imut. Meski tetap perasaan itu masih
tersimpan, belum ada yg menggantikan.
Jaerin menatap langit malam
Seoul sambil menikmati tteokbokki, ia duduk di kursi dekat dengan tepi sungai. Menunggu
kembang api yang akan memenuhi langit itu tengah malam nanti. Suara music yang
dibawakan band di panggung menambah ramai suasana, remaja yang berlalu lalang,
pasangan-pasangan yang tengah kasmaran, Jaerin menikmati itu semua. Ya.. semua
akan lengkap jika orang itu ada disampingnya.
Musik kini berganti dengan
alunan yang lebih santai. Jaerin memejamkan matanya menikmati alunannya. Meski
posisinya cukup jauh dari panggung, tapi music itu terdengar jelas.
Hanbeoman ne mareul deureojo~
Every day, every night I am missing u~
Nae gyeote eobseodo, dashin beolsu eopseodo
Eonjena nae mameul tokkatji neo ingeol..
Jaerin membuka matanya. Ingatannya
memutar moment yang sama seperti moment ini. Ia berdiri menatap panggung dari
kejauhan. Mungkinkah….
Jaerin berjalan cepat menalip
diantara pengunjung, berharap cepat mencapai panggung sebelum lagu ini
berakhir. Ia berharap itu benar-benar orang yang ia tunggu.
Sampainya di daerah panggung,
Jaerin menghela nafas kecewa, lagu sudah berganti dan orang yang ia lihat di
panggung bukanlah orang yang ia cari.
“Mungkin memang dia tak akan
kembali” gumamnya lesu. Ia berjalan gontai kembali ke kursi tempatnya semula.
Kembali menatap kosong sungai han yang luas membentang dihiasi pantulan
lampu-lampu menjadikannya terlihat sangat indah.
“Aku tahu ini malam musim
panas… tapi bukan berarti malam tidak terasa dingin…” Sebuah jaket tersampir di
bahu Jaerin bersamaan dengan terdengarnya suara itu. Jaerin masih terdiam
sampai seseorang duduk di tempat kosong sebelahnya.
Namja itu tersenyum manis,
menampilkan heartshape lips nya yang lucu dan mata besarnya yang menyipit.
“Anneyong… Jaerin-ah..”
Ucapnya lembut. Jaerin masih terdiam, rasanya ia pusing, ini mimpi atau bukan.
Kyungsoo memeluknya erat. Membawa
yeoja itu ke dekapan hangatnya.
“Bogoshipeo…” Ujar namja itu.
Air mata Jaerin kembali turun
ke pipinya menyadari bahwa orang yang dirindukannya ada dihadapannya sedang
memeluknya. Tangannya bergerak membalas pelukan Kyungsoo. Kyungsoo tersenyum
dan mengeratkan pelukannya.
“Saranghae, Jaerin-ah..”
Bisiknya ditelinga Jaerin.
Jaerin melepaskan pelukannya
dan menatap namja didepannya. Tak ada perubahan yang berarti, dia tetap
Kyungsoo yang dulu.
“Uljimara… mianhae..
Jaerin-ah..” Kyungsoo mengusap air mata Jaerin.
“Jeongmal manhi saranghae..
Jaerin-ah…” Ucap Kyungsoo lagi. “Akhirnya aku bisa mengatakan ini…” lanjutnya.
Jaerin kembali memeluk
Kyungsoo dan tangisnya pecah kembali.
“Nado.. nado..nado saranghae,
Kyungsoo-ah…” isaknya.
Kyungsoo kembali melepas
pelukan mereka dan menangkup pipi Jaerin. Ia memajukan wajahnya meraih bibir
sang yeoja, menyalurkan kehangatan di malam musim panas yang tetap dingin ini.
Dibawah langit sungai han yang dihiasi kembang api yang baru saja diledakkan.
.
.
.
.
.
“Jadi.. setelah itu?”
“Ya.. aku membantu eomma
menghidupkan kembali usaha restoran appa yang sempat gulung tikar sebelum appa
pinda kerja di pabrik. Dan syukurlah itu berhasil, eomma sangat pandai memasak
dan sekarang restoran kami sudah memiliki pelanggan tetap..” Jawab Kyungsoo.
“Okay..” Jaerin mencolek Krim
ke hidung Kyungsoo.
“Jaerin-ah… sudah cukup,
jangan colek krim lagi.. wajahku sudah penuh krim… ini lengket Jaerin-ah…”
rengek Kyungsoo.
“Ani..anii… aku sudah bilang
ini hukuman karena kau sama sekali tidak meninggalkan pesan setelah kau pulang,
makanya setiap penjelasan yang kau jelaskan, kau mendapat satu kali colekan
krim ini hahaha” Jaerin tertawa puas.
Mereka berdua sedang berada di
café tempat Kyungsoo dulu bekerja. Kyungsoo mengatakan ingin sekali datang ke
kafe ini. Dan Jaerin menyetujuinya, dari festival langsung mereka menuju kafe
yang tetap ramai meski sudah malam seperti ini.
“Lalu.. kenapa kau kembali ke
Seoul?” Tanya Jaerin lagi
Kyungsoo tersenyum sejenak,
dia mencolek krim yang ada di wajahnya dan menjilatnya.
“Karena aku merindukanmu, dan
aku ingin mengatakan kalimat yang jauh sedari dulu aku ingin mengucapkannya
padamu. “ Jawab Kyungsoo.
Jaerin blushing, lalu salah
tingkah. Kyungsoo terkekeh dibuatnya.
“Okee pertanyaan selesai!”
teriak Jaerin, sedikit mengundang perhatian pelanggan lain yang sedari tadi
melirik mereka diam-diam.
“Lalu aku boleh membersihkan
wajahku?” rajuk Kyungsoo.
“Belum…” Jaerin menggeleng.
“Kali ini apa lagi Jaerin-ah….”
Kyungsoo mulai menggerutu.
“Aku ingin memfotomu dulu kaku
aku upload ke SNS.. hahaha.” Jaerin mengambil smartphonenya dan mengambil
gambar Kyungsoo dengan wajah penuh krim dan ekspresi datarnya.
Perasaan menyukai atau
mencintai seharusnya diucapkan, jangan diam saja, karena tidak tau kapan
perasaan itu datang dan tiba-tiba saja pergi. So, Just show your love!
.
.
.
.
.
.
.
END!
Nenden, 2014
pertama, semua ff yg dibikin nden always n forever daebak!! hehe serius aku fans setia kamuuuu #huek piis :*
BalasHapuskedua, entah kenapa dicerita ini ngerasa endingnya kecepetan uhuhu -.- #masih pengen nikmatin kyungsoo lebih lama , "nikmatin"??? ahaha
ketiga, show your love! itu judul seharusnya jadi pelajaran n nasehat buat yang bikin ketika sesuatu menyapanya di tahun2 kemarin!! hehee untuk ke depannya.. semoga.. ketika menemukan, nden bisa show ur love ^^