Dark Chocolate
Title : Dark Chocolate
Author : Nenden Nurpuji Hasanah (@Nenden_Hasanah)
Main Cast : Kris EXO-M, Choi Sha Na (OC)
Other Cast: Park Chanyeol EXO-K, Suho EXO-K, Choi Eun
Ah (OC), Kim Sungyoung (OC)
Genre : romance, fluff, marriage-life nyeheheh *ketawa
nista*
Rate : T (PG-16)
Length : Oneshoot, longshoot
Disclaimer : The casts belongs to God and their
parents, the story is mine,
terinspirasi dari berbagai ff dan komik yang saya baca :D
Cuap-cuap Author:
Anneyoooong Nenden is back! Dengan fict baru yang
idenya beneran bikin saya gilaaaahhh!!! Hahaha ini marriage-life kedua yang
saya buat hoho. Buat yang menunggu ff saya silakan bacaa *gaada yang nungguu*
Gaakan banyak bacot deh ya, hoho bacotnya nanti
dibawah aja *sama aja bacoot*
Hehe okesiplah
Happy Reading :*
Suasana di dalam mobil mewah itu hening. Kentara
sekali kecanggungan di dalam sana. Sang sopir bergerak tak nyaman menyaksikan
dua orang yang duduk di bangku penumpang. Terlihat seorng namja dengan tuxedo
hitam dan kemeja putih yang dasinya sudah terlihat berantakan, wajahnya
menghadap ke luar melalui jendela, sedangkan disebelahnya, seorang yeoja dengan
gaun putihnya yang cantik terlihat menunduk. Mereka duduk dengan jarak
berjauhan. Sang sopir terlihat menghela nafas berat untuk kesekian kalinya.
Beberapa jam lalu kedua manusia itu telah mengucapkan
sumpah janji cinta dihadapan banyak orang, dan mereka kini sedang diantar ke
rumah mereka. Tapi.. kenapa suasanya sekaku ini?
“Tuan, Nyonya.. sudah sampai..” Suara sang sopir
memecah keheningan. Dengan segera, dua orang itu keluar dari mobil dan menuju
ruangan apartemen yang sudah disediakan orangtua mereka.
.
.
.
.
.
“Kau bisa mandi
duluan, Sha Na, aku masih ingin beristirahat..” Ujar sang namja seraya
melepas jas nya.
“Em, ne, gomawo Kris” Jawab sang yeoja singkat. Ia
segera membawa perlengkapan mandinya dan melesat menuju kamar mandi. Sementara
Kris duduk di sofa ruang tengah, melonggarkan kancing kemejanya dan menyalakan
televisi.
Kris menerawang, matanya memang menata televisi, tapi
pikirannya kini berlalu lalang entah kemana. Tiba-tiba saja ia teringat
kejadian hari ini, semuanya.
‘aku yakin kau yang terbaik
untuk cucuku, aku tahu kamu pria baik, jaga cucuku dengan seluruh kasih
sayangmu, jagalah dia untuk orang tuanya yang jauh disana.’
Kris tiba-tiba teringat lagi dengan kalimat itu, yang
diucapkan seorang pria yang sudah berumur tapi masih terlihat sangat berwibawa
dengan pembawaanya yang tidak lain adalah kakek dari Sha Na, yeoja yang
sekarang bertatus menjadi istrinya.
Oke, mari kuperjelas, Kris ata Wu Yi Fan, seorang
pengusaha muda yang bergerak di bidang perhotelan, melanjutkan perusahaan
ayahnya yang sedang melejit menikah dengan Choi Sha Na, cucu dari direktur Choi
yang juga adalah sahabat karib keluarga Wu. Dari dulu, mereka bersahabat sangat
baik, hubungan persahabatan mereka tidak terputus. Sedangkan Choi Sha Na adalah
mahasiswa tingkat akhir disebuah universitas terkemuka di Seoul, dia cucu dari
direktur Choi. Sejak kecil ia tinggal bersama sang harabeoji karena sebuah
kecelakaan yag merenggut nyawa kedua orangtuanya.
Semasa hidupnya, orangtua Sha Na sangat dekat dengan
orangtua Kris, mereka bahkan sudah merencanakan pernikahan Sha Na dan Kris
semenjak mereka masih didalam kandungan. Berlebihan kah? Itulah namanya
kepercayaan dan persahabatan, dimana kita sudah percaya sepenuhnya dengan orang
yang kita anggap sahabat dekat.
Dan semenjak kecelakaan itu, Tuan Wu merasa sangat
terpukul, ia sempat terpuruk, kehilangan sahabat karib memang menyakitkan.
Sejak itu tuan Wu berjanji pada dirinya sendiri, juga pada mendiang sahabat
karibnya itu, bahwa ia akan menjaga Sha Na yang ketika itu selamat dari
kecelakaan.
Kris yang ketika itu berada di Kanada memegang cabang
perusahaan disana, diminta orangtuanya untuk kembali ke Seoul. Dan bertemu
dengan keluarga Choi. Disana dia bertemu dengan Sha Na.
Gadis yang polos dan ceria. Begitu pikir Kris ketika
pertama kali bertemu Sha Na. Memang dengan mudah mereka menjadi akrab. Usia
mereka yang terpaut 4 tahun tidak membuat mereka merasa canggung. Mereka belum
tahu mereka dipertemukan untuk apa. Dalam benak mereka, ini hanya sebuah reuni
keluarga dan mereka hanya menghadirinya. Itu saja bukan?
Tiga minggu setelah pertemuan itu barulah mereka tahu
alasan kenapa orangtua mereka mempertemukan mereka. Ketika secara pribadi kedua
orangtua Kris beserta dirinya datang ke kediaman direktur Choi. Dan sepertinya
kalian tahu bagaimana kelanjutannya.
Kris dan Sha Na tidak berniat menolak. Mereka shock?
Tentu saja. Seketika itu hubungan mereka sedikit terasa canggung. Malu?
Entahlah. Tetapi, dalam hati Kris, setelah ia mengetahui tentang Sha Na
seluruhnya, tentang kehidupannya, tentang kedua orangtuanya, ia mencoba untuk
menerima perjodohan ini. Begitupun dengan Sha Na. Ia tahu kedudukan keluarga Wu
dalam keluarganya, ia ingin orangtuanya disana bahagia melihatnya. Maka ia
mencoba menerima perjodohan ini. Tapi tetap saja, menikah dengan orang yang
tidak kalian cintai, bagaimana rasanya?
Rasa kantuk menyergap Kris. Suara televisi seakan
menjadi lagu penghantar tidur untuknya. Hari ini sangat melelahkan, walaupun ia
hanya berdiri menerima tamu yang
mengucapkan selamat, tetapi ia lelah. Perlahan ia mulai menyerah pada rasa
kantu itu dan membiarkan dirinya terbawa ke dunia mimpi. Ia tertidur. Di sofa
ruang tengah yang nyaman dengan televisi yang masih menyala.
CKLEK.
Sha Na keluar dari kamar setelah ia rapi. Mengenakan
piyama panjang berwarna putih dengan motif snoopy yang lucu, selembar handuk
masih bertengger(?) dikepalanya mengeringkan rambut panjangnya.
“Kris, sku sudah selesai memakai kamar mandinya,
sekarang ka-“ Perkataan Sha Na terputus ketika mendapati Kris tertidur pulas di
sofa. Sha Na menghela nafas, bingung. Membangunkannya atau tidak. Ia tak tega
membangunkan namja itu karena Kris terlihat sangat kelelahan. Akhirnya ia
kembali kekamar, mengambil sehelai selimut dan sebuah bantal. Dengan sigap ia
merebahkan tubuh besar Kris di sofa panjang itu dan menyelimutinya.
“Jaljayo Kris.. Minhae...” ucapnya setengah berbisik
takut membangunkan Kris. Entah kenapa ia meminta maaf. Ia merasa ingin
mengatakan itu saja.
Sha Na kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur. Ia
pun merasa lelah luar biasa.
.
.
.
.
.
.
Pagi menjelang. Di apartemen sang pengantin baru masih
sepi. Ah, sebenarnya tidak terlalu sepi, samar terdengar suara kran air yang
menyala dan percikan-percikan air di salah satu sudut apartemen itu. Bisa
dipastikan seseorang sedang mandi.
Sha Na membuka matanya, mengerjapkannya pelan untuk
membiasakan cahaya yang masuk. Ia bangkit dari tidurnya dan menggeliat pelan.
Ia melirik ke sampingnya, mendapati sebuah bantal dan selimut yang tertata
rapi. Bisa dipastikan Kris sudah bangun, dibuktikan dengan suara air dari kamar
mandi menyatakan kalau namja itu pasti sedang mandi sekarang.
Shana segera turun dari tempat tidur dan pergi menuju
dapur. Menyiapkan sarapan sepertinya tidak buruk.
Kris keluar dari kamar dan mendapati Sha Na sedang
memasak di dapur. Sha Na menyadari ada yang datang dan menoleh. Mendapati Kris
di pintu dapur mengenakan tshirt putih sederhana dan celana jeans pendek
selutut.
“Selamat pagi” Sapa Kris hangat.
“Pagi... maaf semalam aku tidak membangunkanmu...”
jawab Sha Na.
“Gwaenchana..” Ucap Kris lalu duduk di kursi meja
makan yang berhadapan langsung dengan Sha Na yang sedang membelakanginya.
“Mau kubuatkan sesuatu? Sebelumnya maaf karena aku
hanya menemukan kopi dan teh disini.. tadinya aku akan membuatkan sarapan
tetapi yang kutemukan selain itu hanya ramen instan..” tanya Sha Na.
“Ah, ne, aku ingin kopi saja. Gomawo.” Jawab Kris. Sha
Na menengok sejenak lalu tersenyum.
Yah, sebuah pagi yang cukup bagus kan. Sepertinya
semua akan baik-naik saja, kan?
“Hari ini kau ada acara?” tanya Kris ketika mendapati
Sha Na kembali ke dapur setelah mandi.
“Ani, harabeoji sudah memohon izin untuk tidak masuk
kuliah selama satu minggu ke kampus. Dan aku tidak ada rencana apapun untuk
pergi...” Jawab Sha Na sambil duduk di kursi meja makan berhadapan dengan Kris.
“Haha, kalau begitu aku pun sama, appa pun dengan
seenaknya mengambil cuti untukku selama seminggu. Jadi.. apa hari ini kita akan
diam saja disini?” jelas Kris.
“Haah, entahlah” jawab Sha Na. Ia mulai memakan ramen
instan yang sudah terhidang didepannya.
Tidak lama mulai terdengar obrolan hangat yang
sesekali disertai gelak tawa. Keadaan mulai mencair sepertinya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke supermarket
karena memang tidak ada pekerjaan sama sekali, lalu mengingat persediaan dapur
yang harus ditambah. Akhirnya mereka pergi ke supermarket untuk memenuhi
kebutuhan.
Mereka berjalan berendengan, dengan Kris yang
mendorong troli dan Sha Na yang memilih-milih barang yang akan mereka beli. Postur
Sha Na yang bisa dibilang tinggi untuk ukuran yeoja dapat mengimbangi tinggi
badan tiang listrik Kris. Tunggu, mereka memang terlihat seperti pengantin baru
bukan?
Sha Na berpikir, ada baikya bersikap layaknya teman.
Karena mungkin saja itu akan menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
“Sepertinya aku harus ke toilet sebentar, tidak apa
kau kutinggal sendiri?” tnya Kris.
“Ne, Gwaenchana..” Jawab Sha Na sambil tersenyum
sekilas. Kris segera pergi dari sana dan mencari toilet. Panggilan alam nya
tidak bisa ditunda. Sha Na kembali berkutat dengan belanjaanya. Kali ini ia ada
dibagian daging dan ikan. Dengan cekatan ia memilih beberapa daging segar
sampai sebuah suara memanggilnya.
“Su..Suho Oppa..” Ucap Sha Na ketika ia menengok
mendapati seorang namja berambut ikal kemerahan sedang tersenyum memamerkan
senyum angelicnya.
Seketika Sha Na terdiam, ia menunduk sebentar lalu
tersenyum.
“Apa kabar?” tanya namja yang dipanggil Suho itu masih
dengan senyumnya.
“Ba..baik.. oppa” jawab Sha Na.
“Kau sendiri?”
“Ani, aku.. aku bersama Kris..” jawab Sha Na.
“Kris?.. Ah.. suamimu?” Tebak Suho. Sha Na tidak
menjawab, ia hanya mengangguk sambil menunduk.
Kenapa Sha Na menunduk dan terlihat menyembunyikan
sesuatu? Ah, apa kalian menyadarinya? Sha na dijodohkan ingat? Pasti ia
memiliki seseorang yang benar-benar dicintainya kan? Dan dialah orangnya, Suho.
Sebelum ini mereka menjalin hubungan. Dan harus berakhir ketika Sha Na akan
menikah. Mereka memang menjalin hubungan jarak jauh karena Suho berkuliah di
luar negeri, dan ketika kembali ke Seoul untuk bertemu dengan sang yeojachingu,
ia mendapat kabar yang menyakitkan.
“Kau bahagia, Sha Na?” tanya Suho. Sha Na mengangkat
wajahnya, ia merasa sedikit terkejut. Suho memanggilnya dengan namanya saja,
tidak ada panggilan sayang yang selama ini selalu terdengar ditelingaya. Lalu
dia menunduk.
‘Benar, kita sudah tidak ada
hubungan lagi kan? Buat apa ada panggilan sayang...’ gumam Sha Na dalam hati. Sha Na mengangguk pelan
menjawab pertanyaan Suho.
“Syukurlah, bagaimanapun kau harus bahagia, ne?” Ucap
Suho sambil mengusap pelan kepala Sha Na. Oh.. rasanya ingin sekali Sha Na
memeluk namja dihadapannya ini sekarang juga.
Kris yang baru kembali dari toilet dan mencari Sha Na
lalu menemukannya sedang mercengkrama hangat dengan seseorang. Ia kemudian
mendekat lalu tersenyum menyapa namja dihadapan Sha Na.
“Ah.. kau Kris?” tanya Suho mendapati Kris.
Kris tersenyum lalu menyodorkan tangannya untuk
bersalaman. “Kris imnida..”
Suho membalas jabatan tangan tersebut. “Suho imnida,
bagapta. Aku teman Sha Na”
“Ehm sepertinya sekarang aku sudah harus pergi, Sha
Na, Kris.” Ucap Suho kemudian lalu berpamitan. Sebelum pergi Suho sempat
menepuk pundak Kris lalu berbisik.
“Jaga dia dengan baik” Bisiknya. Kris mengerti
bagaimana maksud Suho lalu ia tersenyum dan mengangguk pasti.
“Tentu” jawabnya.
.
.
.
.
.
.
Sha Na baru saja kembali dari dapur setelah mencuci
piring. Segera saja ia menuju kamar setelah memastikan semuanya rapi. Ia
mendapati Kris baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih
melingkar di lehernya. Rambut hitamnya masih basah, tangannya sesekali
mengusapkan handuk ke rambutnya.
“Ah, kau sudah mau tidur?” tanya Kris menyadari Sha Na
masuk ke kamarnya.
Sha Na mengangguk, lalu menunduk. Pipinya merah
merona. Kris yang melihatnya merasa heran.
“Kau kenapa?” tanya Kris menyuarakan pikirannya.
Khawatir juga, mungkinkan Sha Na demam? Pikirnya.
“Emh.. it.. itu.. piyamamu belum kau kancingkan..”
Jawab Sha Na pelan. *author mimisan #plakk*
Kris lalu menunduk dan menyadari kancing piyamanya
memang belum dikancingkan. Segera saja dengan cepat ia mengancingkannya.
“A, ah.. mianhae..”
Sha Na mengangguk pelan dan duduk di tepi tempat
tidurnya. Ia terdiam, dengan Kris yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi
sambil masih mengeringkan rambutnya. Hei, kenapa suasana menjadi canggung lagi?
‘Apa aku akan tidur dengannya?’ pikir Sha Na.
Mungkinkah ia dan Kris akan tidur di satu tempat tidur yang sama? Oh ayolah..
bagaimana mungkin kau mau tidur bersama dengan orang yang tidak aku cintai
bukan? Tapi mereka ini suami istri.. Apa semua pasangan suami istri harus tidur
di tempat tidur yang sama?
“Kau tidurlah disana, aku akan tidur di sofa..” Ujar
Kris akhirnya. Ia mendekat dan mengambil sebuah bantal dan selimut tebal.
‘Eh? Yang benar saja?’ pikir Sha Na. Ia memandang Kris
dengan tatapan kaget.
Melihat itu, Kris tersenyum lembut.
“Gwaenchana.. tidak mungkin aku membiarkanmu tidur di
sofa kan? Kau itu yeoja dan tidak mungkin aku membiarkanmu kedinginan kan?”
Ucap Kris lembut.
“Eng.. Gomawo” balas Sha Na.
“Cheonma, nah, kajja tidurlah.. ini sudah malam.” Ucap
Kris lalu berjalan menuju sofa di pojok ruangan. Sofa itu lumayan besar
sehingga mampu menampung tubuh besar Kris.
Sha Na membaringkan tubuhnya di tempat tidur setelah
mematikan lampu kamar. Ia lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Ia
miring menghadap Kris yang tidur membelakanginya di sofa sana. Ia menatap
punggung lebar itu, terlihat nafas namja itu teratur menandakan ia sudah
tertidur. Sha Na pun mencoba memejamkan matanya.
‘Dia baik ya..’
“Jaljayo, Kris” Gumamnya.
Di sofa sana, Kris tersenyum mendengar gumaman itu.
Lalu kembali memejamkan matanya.
‘Jaljayo, Sha Na..’
.
.
.
.
.
.
Seminggu sudah berlalu, Sha Na dan Kris sudah kembali
pada kesibukan masing-masing. Kris yang kembali ke perusahaan ayahnya di Korea,
dan Sha Na yang kembali ke kuliahnya. Seminggu tidak masuk kuliah membuatnya
merindukan temna-temannya.
“Eun Ah-ya! Sungie-ah!!!” Pekik Sha Na yang ketika itu
baru masuk ke ruang kelas dan menemukan dua sahabat dekatnya sedang mengobrol
di pojok kelas.
“Sha Na?” Ucap kedua temannya itu lalu mereka bertiga
langsung saja menghambur berpelukan.
“Omo! Aku kangen sekali...” ucap Sha Na setelah
melepas pelukannya. Mereka bertiga lalu duduk dan mengobrol, mencuri waktu
sebelum dosen datang. Sha Na bahkan sempat menyapa teman-teman sekelasnya yang
lain.
“Ya! Sha Na.. omo.. padahal seminggu saja tak bertemu,
tapi rasanya lama sekali.” Ucap sahabat dekat Sha Na, yeoja berperawakan kecil
mungil yang dipanggil Eun Ah.
“Ne! Selama ini tidak ada kontak sama sekali
denganmu!” Timpal yeoja yang bergaya sedikit tomboy bernama Sungyoung atau
dipanggil Sungie disebelahnya.
“Haha.. mianhae, selama itu ponselku disita halmeoni..
hehehe” Jawab Sha Na dengan cengirannya.
“Tapi aku merasa jauh sekali denganmu.. ah.. apa
karena kau sudah menikah? Jadi aku merasa kau begitu jauh?” tanya Eun Ah.
“Ah benar juga.. Sha Na sudah menikah sekarang..
rasanya aku masih tidak percaya..” Lanjut Sungyoung.
“Ya.. kenapa kalian murung begitu hm? Aku tetap Choi Sha
Na yang kalian kenal, ehm, mungkin sekarang jadi Wu Sha Na.. ah entahlah.. yang
penting aku tetap Sha Na kalian..” jawab Sha Na sambil menepuk bahu kedua
sahabatnya itu.
Kedua sahabatnya itu tersenyum, Sha Na tidak akan
berubah kan?
“Sha Na- ah.. bagaimana kehidupanmu sekarang? Apa
suamimu itu sayang padamu? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?” Tanya
Sungyoung penasaran.
Sha Na tersenyum dan menjawab
“Ne, dia memperlakukanku dengan baik, sangat baik..
Bahkan aku merasa sangat dihargai.. keluarganya pun sangat baik padaku. Yah..
sepertinya aku sangat beruntung.. hehe” Jawab Sha Na.
Kedua teman Sha Na kembali tersenyum. Lalu keadaan
sedikit hening, sampai Eun Ah membuka suara.
“Lalu, maaf Sha Na.. bagaimana dengan Suho..?” tanya
Eun Ah pelan membuat Sha Na sedikit terlonjak.
Terjadi keheningan yang cukup lama. Sha Na diam,
matanya terlihat menerawang. Eun Ah yang menyadari itu merasa tidak enak telah
menyebut nama yang mungkin sedang mati-matian dilupakan Sha Na.
“Mi..mian Sha Na.. bukan maksudku-“
“Ne, gwaenchana, kami sudah berbicara dengan baik. Dan
Suho oppa sudah merestui kami.” Jelas Sha Na.
“Jinjja?” Tanya mereka berdua. Sha Na mengangguk
mantap dan tersenyum.
“Suho oppa sempat bertemu dengan Kris, meski hanya
sebentar.. Dan sekarang hubungan kami dengan Suho oppa baik-baik saja..”
Lanjutnya.
Kedua sahabat Sha Na menghela nafas dan tersenyum.
Mereka cukup lama mengenal Sha Na, mereka tahu betul Sha Na tidak mungkin
dengan mudah melupakan Suho. Tapi mereka tahu Sha Na sedang berusaha keras.
“Syukurlah, sepertinya kau bahagia..” Ujar Eun Ah.
“Ne, aku bahagia tentu saja”
“Kapan-kapan izinkan kami berkunjung ke tempatmu, ne?
Bagaimanapun kami ingin tahu bagaimana rumahmu dan suamimu itu..” ucap
Sungyoung.
“Ne! Tentu saja boleh! Hua aku akan senang sekali.. Aku
yakin Kris juga pasti mengizinkan...” Ucap Sha Na riang.
“hahaha, sekalian aku ingin lihat bagaimana kelakuan
Kris itu, kalau dia berani macam-macam awas saja! Hahaha” pekik Sungyoung.
Mereka bertiga tertawa lepas sebelum akhirnya harus
berhenti karena dosen masuk dan memulai perkuliahan.
.
.
.
.
.
.
“Yo! Kris Wu!! Bagaimana kabarmu?” Pekik seorang namja
tinggi berambut ikal karamel sesaat setelah masuk ke sebuah ruangan besar yang
mewah. Kris yang berada dalam ruangan itu menoleh dan mendapati namja itu
mendekat kearahnya dengan senyum yang merekah.
“Ya! Park Chanyeol! Tentu aku baik saja, haha
duduklah!” Sambut Kris lalu mempersilakan namja itu duduk. Kris lalu
mendekatinya, mereka bersalaman sejenak lalu duduk di sofa berhadapan.
Kris saat ini sedang berada di perusahaan sang ayah,
tepatnya sekarang berada di ruangannya. Park Chanyeol adalah sahabat dekatnya
sekaligus bawahannya. Meskipun Kris menjabat sebagai atasannya, Chanyeol tidak
merasa kaku karena mereka memang bersahabat.
“Haaah.. aku tidak menyangka seorang Kris Wu, putra
pemilik perusahaan yang tampan dan menjadi incaran hampir seluruh karyawan
wanita, sekarang sudah menjadi milik orang.. haha” ucap Chanyeol.
“haha, kau terlalu berlebihan..”
“Kau tahu? Selama kau cuti setelah pernikahanmu,
banyak karyawan yeoja yang depresi dan menangis meraung-raung setiap hari!”
Balas Chanyeol.
“Ya! Itu tidak masuk akal!” ucap Kris seraya melempar
kepala sahabatnya itu dengan bolpoint yang ia pegang.
“Hahahha... entahlah Kris, aku hanya penasaran
bagaimana perasaan yeoja-yeoja itu mendengar kau telah menikah.. oh.. kalau
saja aku yeoja dan aku mengincarmu pasti sekarang aku sudah masuk rumah sakit
saking depresinya!” ucap Chanyeol.
“Just shut up Park Chanyeol! Lama-lama meja ini mendarat
di kepalamu!” Ucap Kris sedikit terkekeh melihat teman gilanya itu.
“Hahaha.. yaah.. Kris aku hanya tidak menyangka teman
main pasir sejak kecilku sekarang sudah menikah..” lanjut Chanyeol sambil
menumpangkan kaki kanannya diatas kaki kirinya.
Kris tersenyum dan menyenderkan punggungnya di sofa
putih itu. Lalu menghela nafas.
“Begitulah, dan aku senang” Jawabnya kemudian. Chanyeo
menegakkan duduknya menatap sahabatnya itu.
“Kau senang?” tanya Chanyeol. Kris melirik Chanyeol
sekilas lalu kembali menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
“Tentu saja. Dia gadis yang baik, Chanyeol.” Jawabnya.
Chanyeol sedikit terkesiap kemudian terkekeh. “So, you
have find your true love, heh?” tanya Chanyeol.
Kris diam, lalu menegakkan duduknya. “I don’t know.. just
let it flow..” jawabnya.
.
.
.
.
.
.
Hari minggu, Kris dan Sha Na sedang berkunjung ke
rumah kakek dan nenek Sha Na, direktur Choi. Sudah satu bulan sejak pernikahan,
mereka belum sempat berkunjung kembali ke rumah orang tua karena kesibukan
mereka. Sha Na sangat rindu suasana hangat di rumahnya yang dulu. Dengan
sedikit memohon pada Kris akhirnya mereka bisa meluangkan waktu untuk
berkunjung.
Terlihat Kris sedang berbincang hangat dengan sang
Harabeoji. Mereka terlihat membicarakan perusahaan. Dasar pekerja keras.
Sedangkan Sha Na sedang didapur bersama dengan Halmeoni, memasak untuk makan
siang.
Sesekali terdengar gelak tawa dari arah ruang tengah
dimana Kris dan harabeoji berada. Halmeoni jadi terkekeh mendengar dua namja
berbeda generasi itu tertawa lepas.
“Rumah ini rasanya sepi semenjak kau pindah, Chagi”
Ucap Halmeoni sambil memotong sayuran. Sha Na yang sedang membumbui daging
menengok sejenak kearah sang halmeoni, lalu tersenyum dan mendekati halmeoninya
itu lalu memeluknya.
“Aku juga merasa sepi karena tidak bisa tidur bersama
halmeoni lagi” Gumamnya dipelukan sang halmeoni. Membuat sang Halmeoni yang
tetap terlihat cantik walau sudah berumur itu tersenyum.
“Tapi kau sudah memiliki Kris yang tak akan
membiarkanmu kesepian.” Jawab halmeoni sambil mengelus lengan Sha Na yang
melingkar di lehernya.
“Aku yakin Kris pilihan yang tepat untukmu, ia sangat
baik dan pekerja keras. Persis seperti mendiang ayahmu.. Halmeoni yakin kau
bahagia dengannya kan?” ucap halmeoni masih mengelus lengan cucunya.
Sha Na tidak menjawab, ia hanya mengeratkan
pelukannya. Ia begitu merindukan halmeoninya ini.
“Cha, ayo segera selesaikan ini, kasihan mereka kalau
menunggu terlalu lama, mereka pasti lapar..” Lanjut halmeoni lalu melanjutkan
kegiatan masak mereka.
.
.
.
.
.
“Harabeoji, Kris, makanan sudah jadi, ayo kita makan
siang dulu..” Ucap Sha Na sopan sambil sedikit membungkuk dihadapan sang
harabeoji.
“Ah, ne, kajja Kris, kau belum merasakan masakan
istriku ne? Bagaimanapun kau harus mencicipinya karena masakannya enak sekali.”
Ucap harabeoji sambil berdiri dan berlalu menuju ruang makan. Kris mengangguk
dan ikut berdiri.
Entah karena refleks atau apa, Kris meraih pinggang
Sha Na yang berdiri di sebelahnya dan menariknya mendekat mengajak ke ruang
makan. Membuat Sha Na kaget dengan tindakan tiba-tiba ini. Menyadari yang ia
lakukan, Kris segera melepaskan tangannya dari pinggang Sha Na.
“Mianhae” bisiknya. Sha Na menatap Kris lalu tersenyum
manis.
“Gwaenchana” jawabnya singkat.
DEG
‘Kenapa dia tersenyum seperti itu? Manis sekali’ bisik
Kris dalam hati. Ia segera sadar lalu mengikuti Sha Na menuju ruang makan.
.
.
.
.
.
.
Malam hari di kediaman Kris-Sha Na. Jam menunjukkan
pukul 11 malam. Lampu rumah itu sudah dimatikan, tetapi di sudut kamar Kris
masih terlihat berkutat dengan laptopnya menyelesaikan pekerjaanya. Diluar
hujan turun, angin kencang dan dinginnya menusuk. Sesekali ia menyesap
kopinya untuk menghangatkan tubuhnya.
JEDEEERRR!! *backsound gagal -.-*
Kris terlonjak mendengar suara petir yang cukup keras.
Ia melirik kearah jendela, sesekali kilat terlihat diiringi suara petir
lainnya. Hujan makin deras dan angin makin kencang. Ia menutup lebih rapat tirai
jendela itu. Dan memutuskan untuk menghentikan pekerjaanya. Ia segera saja
mematikan laptopnya.
Sesaat sebelum ia membenahi diri akan berbaring di
sofa, ia menangkap sebuah gerakan gelisah di tempat tidur Sha Na. Ia mendekat
dan mendapati yeoja itu nafasnya tersengal, keringat dingin mengucur di
dahinya. Tubuhnya bergerak gelisah, kentara sekali yeoja itu ketakutan.
‘Sha Na tidak suka hujan petir,
karena itu semua akan mengingatkannya pada hari dimana ia kehilangan
orangtuanya. Kecelakaan itu terjadi pada saat hujan petir. Maka Sha Na akan
trauma jika mendengar suara petir atau hujan yang deras..’
Kris teringat cerita Harabeoji tentang Sha Na. Ia lalu
naik ke tempat tidur Sha Na, berbaring disebelahnya, tangan kekarnya meraih
tubuh Sha Na membawanya ke pelukannya. Tubuh Sha Na terlihat tenggelam di tubuh
besar Kris. Ia memeluk Sha Na dengan erat, mencoba memberikan ketenangan pada
yeoja itu. Sha Na masih gemetar, nafasnya masih tersengal. Dengan lembut Kris
mengusap punggung yeoja itu memberikan kehangatan, tangan satunya ia gunakan
untuk mengelus kepala Sha Na dan berusaha menutupi telinga Sha Na aga ia tidak
mendengar suara petir itu.
“Tenanglah... ada aku disini...” Bisik Kris tepat di
telinga Sha Na sambil terus mengusap punggung itu.
Merasa nyaman, Sha Na mendekatkan dirinya makin
merapat pada tubuh Kris. Kris tersenyum dan makin mengeratkan pelukannya. Ia
lalu mengecup sekilas puncak kepala Sha Na, dan lanjut mengusap punggungnya.
Lama, Kris menyadari Sha Na mulai tenang. Ia masih memeluk tubuh itu,
memberinya rasa aman dan nyaman.
“Tidurlah...
....sayang..”
.
.
.
.
.
.
Pukul setengah empat pagi, langit masih gelap,
ditambah hujan masih setia mengguyur kota Seoul ini. Sha Na terbangun dari
tidurnya, dengan mata yang masih memejam, masih mengantuk rupanya.
“Hangat~” gumamnya masih memejamkan matanya. Ia
mendekatkan tubuhnya pada sesuatu yang ia anggap hangat itu.
“Nyaman sekali~” Gumamnya lagi.
Sha Na hampir saja kembali tertidur ketika telingannya
menangkap suara lembut, suara detak jantung dan nafas teratur. Merasa
penasaran, ia mencoba membuka matanya meski dirinya masih sangat mengantuk.
Matanya tiba-tiba saja terbuka lebar ketika menyadari tubuhnya berada di
rengkuhan seseorang. Ia mendongakkan kepalanya dan menemukan Kris, sedang
tertidur pulas disampingnya sambil memeluknya.
BLUSH~~
“K..kris..?” gumamnya tidak percaya. Ia hampir saja
mendorong tubuh Kris, tetapi sebelum itu ia mendengar langit bergumam
mengeluarkan suara petir yang tidak terlalu keras. Dengan tiba-tiba Sha Na
menyurukan kepalanya ke dada bidang Kris dan merekatkan tubuhnya kembali.
Mencari perlindungan akan ketakutannya.
Gerakan Sha Na barusan membuat Kris terbangun. Ia
menyadari Sha Na makin mendekatkan dirinya. Ia membuka matanya dan melihat Sha
Na memejamkan matanya erat-erat di dadanya. Tangan Sha Na meremas kecil
bajunya.
Kris langsung saja memeluk Sha Na lebih erat.
Dinaikkan pula selimut tebal yang melindungi tubuh mereka, semakin
menghangatkannya.
“Gwaenchana.. ada aku.. kau akan baik-baik saja, ne?”
Ucap Kris sambil kembali mengusap punggung dan kepala Sha Na.
“Ng.. gomawo~” gumam Sha Na tertahan karena wajahnya
ia benamkan di dada bidang Kris.
Kris tersenyum dan makin mengeratkan pelukannya,
membawa tubuh Sha Na makin merapat di tubuhnya.
“Tidur saja, ini masih terlalu pagi..” lanjut Kris. Ia
masih lanjut mengelus lembut punggung Sha Na.
Hening, hanya terdengar suara hujan yang mulai mereda
dan berubah menjadi gerimis, juga suara burung-burung yang berkicauan.
Tangan Sha Na tiba-tiba bergerak menuju punggung Kris,
membalas pelukan namja itu. Lalu ia menyamankan posisi tidurnya. Ia bergumam
terimakasih untuk kesekian kalinya. Kris membalasnya dengan tetap memeluk
hangat Sha Na. Lalu ia mengecup puncak kepala Sha Na cukup lama.
“Tidurlah, akan kubangunkan nanti” ucapnya lembut.
Sha Na hanya mengangguk. Tanpa Kris ketahui wajah Sha
Na sekarang sudah merona.
.
.
.
.
.
.
Kris POV
Aku tidak bisa tertidur lagi. Masih kugerakkan
tanganku mengelus punggung Sha Na. Kulihat ia sudah tertidur pulas. Aku
menunduk memandang wajahnya yang berada di dadaku. Kuusap lembut pipi chubbynya
yang halus. Aku baru sadar ternyata dia begitu cantik. Ah.. apa yang aku
katakan barusan?
Baru kali ini aku melihatnya sedekat ini. Sejak
pertama bertemu itu aku memang tidak terlalu memperhatikan. Memang awalnya aku
mengikuti keinginan appa hanya karena ingin menepati janji appa dan sahabatnya
itu, appa Sha Na. Hanya itu, tidak lebih. Tapi lama kelamaan, seiring aku
terbiasa bersamanya. Aku mulai memperhatikannya. Aku pun tak tahu apa yang
kurasakan sekarang. Yang jelas sekarang aku senang, aku senang memeluknya
seperti ini, melindunginya ketika ia tidur.
Tapi aku tahu, kalaupun nanti aku merasakan perasaan
lebih padanya, aku tahu pernikahan ini hanya perjodohan kan? Aku tidak tahu
bagaimana perasaan sebenarnya padaku. Aku tahu jelas ia memiliki orang yang ia
cintai. Biarpun ia selalu tersenyum dan memperlakukanku dengan baik, tapi tetap
saja, rasanya kurang nyaman tinggal bersama dengan orang yang tidak ia kenal
kan?
Aku masih memandangi wajah tenangnya. Ia terlihat
pulas. Kusingkirkan poninya dari dahinya, membuatku makin bisa melihat
wajahnya. Sha Na-ah.. bagaimana perasaanmu padaku hm? Aku pun sebenarnya tidak
tahu apa perasaan ini.
Tapi yah.. sekarang keaadaan yang berbicara, aku
suaminya, dan ia istriku. Sidah jadi kewajibanku untuk melindunginya bukan?
Kubiarkan saja semuanya mengalir seperti air. Bagaimana kisahnya membawa
perasaanku ini.
Aku masih mengelus pipinya dengan ibu jariku ketika ia
bergerak dan mengeratkan pelukannya padaku. Aku terkekeh dan kembali memeluknya
erat. Sepertinya aku sudah mengantuk lagi.
Haah begadang itu membosankan. Kapan pekerjaan sialan
itu selesai? Salahkan Chanyeol yang selalu membuat masalah di kantor! Haha
kasihan sekali dia.
Akhirnya aku menyamankan posisiku lalu membiarkan
kantuk membawaku.
Kris POV end
.
.
.
.
.
.
.
Sha Na baru saja selesai membersihkan dirinya setelah
membereskan semua sudut rumah. Hari ini ia tidak ada kelas, jadi ia seharian
tidak ada kegiatan. Ia duduk di meja riasnya sambil menyisir rambut panjangnya.
Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Terlihat pipinya bersemu merah. Hey..
ada apa dengannya?
Sha Na diam, menghentikan kegiatan menyisir rambutnya.
Ia menangkup pipinya dengan kedua tangannya. Mengamati rona merah itu.
“Kenapa aku jadi kangen Kris..” gumamnya.
Oh-ow.. ada apa ini sebenarnya?
Memang sejak kejadian itu hubungan mereka lebih baik,
meskipun Kris masih tidur di sofa tetapi setidaknya hubungan mereka tidak
terlalu kaku sekarang. Sesekali Kris mengantar jemput Sha Na ke kampusnya.
Mereka terlihat ebih akrab. Tapi tidak pernah Sha Na sampai seperti ini
mengingat Kris.. atau.. jangan-jangan....
.
.
.
.
.
.
Sha Na sedang dududk di ruang tengah memegang remot
televisi. Layar televisi didepannya terlihat berganti channel tiga detik
sekali. Sha Na bosan memilih acara televisi, tidak ada yang menarik menurutnya.
Seharian dirumah membuatnya bosan. Ia sudah menelfon kedua sahabatnya tetapi
mereka sudah punya acara sendiri. Mau pergi keluar pun ia tak tahu mau kemana,
tidak ada tujuan.
Sha Na membuka kembali slide handphonenya. Dari tadi
ia sebenarnya ingin sekali menelepon Kris. Tapi ia takut mengganggunya. Lagian
kalaupun menelepon, apa yang akan ia katakan nanti.
Sha Na kembali menyandarkan tubuhnya di sofa. Ia diam
matanya menerawang tidak menatap apapun. Selama ini jantungnya sering berdebar
tak karuan jika Kris berada didekatnya atau ketika mengingat Kris saja. Ia pun
tak tahu, meski kini salah satu cabang hatinya masih tertuju pada sang mantan,
Suho.
‘Kuharap ini jalan yang benar yang kau tunjukkan
padaku, Tuhan. Kris pria yang baik.. aku tahu kenapa appa dan umma percaya
padanya’
Sha Na memejamkan matanya dan menghela nafas. Sungguh
ia bosan sekali. Tak ada hal menyenangkan yang bisa ia lakukan.
Diluar tetesan air mulai turun membasahi tanah.
Awalnya hanya gerimis, lama kelamaan menjadi deras. Suaranya menggema di rumah
itu. Sha Na membuka matanya dan menegakkan duduknya. Tangannya menggapai bantal
sofa dan memeluknya erat.
“Hujan..?”
.
.
.
.
.
.
Kris meregangkan tangannya keatas seregang mungkin. Ia
menyesap kopinya yang sudah mendingin. Ia bersandar di punggung kursi dan
memijat pangkal hidungnya. Duduk berjam-jam di depan laptop membuatnya pening
dan merasa tubuhnya kaku. Pekerjaan ini membuatnya menguras banyak waktu. Ia
menyandar lalu melonggarkan dasinya lalu melepas dua kancing teratas kemejanya.
Ia hampir saja tertidur ketika mendengar suara gemuruh
hujan sedikit demi sedikit menggema di ruangannya. Ia menengok ke jendela dan
meihat air hujan berlomba mengguyur bumi kadang disertai kilatan-kilatan cahaya
yang mengagetkan.
“Hujan..?” gumamnya pelan. Sesaat kemudian matanya
membelalak, ia langsung saja berdiri.
“Ya Tuhan, Hujan!!” pekiknya. Kris langsung saja
meraih kunci mobilnya dan berlari keluar ruangannya. Meninggalkan
barang-barangnya di ruangan itu.
BRAK!
“Kris?! Waeyo?” tanya Chanyeol terkejut mendapati Kris
dengan tergesa membuka pintu ruang kerjanya.
“Chanyeol! Aku harus segera pulang sekarang! Aku
titipkan ruanganku padamu! Aku harus segera pulang sekarang!” Jawab Kris. Ia
langsung saja berlalu menuju keluar gedung perusahaanya mengabaikan teriakan
Chanyeol yang memanggilnya.
.
.
.
.
.
.
Sha Na memeluk bantal sofa itu dengan erat.
Menyembunyikan wajahnya di bantal itu. Tubuhnya gemetar tiap kali terdengar
suara geraman langit. Dulu ada sang halmeoni yang akan menenangkannya disaat
seperti ini. Tapi sekarang? Kris sedang tidak ada dirumah dan ia hanya sendiri
di rumah yang besar ini.
JDEERRRR!!!
“HUAAH!!” Sha Na terlonjak kaget dengan refleks
menutup telinganya dengan kedua tangannya. Kakinya ia angkat, menekuknya hingga
lurutnya menempel di dadanya. Ia meringkuk di sofa ruang tengah. Sendirian
dirumah yang besar ditengah hujan deras.
PET!
Tiba-tiba seluruh ruangan itu gelap. Sha Na yakin ia
sudah membuka matanya, ia menengok kekanan dan kiri. Lampu mati. Dari jendela
terlihat kilat masih menyambar dengan suara gemuruh yang keras. Sha Na mulai
menangis. Ia semakin ketakutan.
“Kri..s ~~” Gumamnya sedikit terisak.
.
.
.
.
.
.
Kris memukul kasar setirnya. Hujan deras memperpendek
jarak penglihatannya. Dan lagi jalanan macet total karena air mengalir di
beberapa titik jalan yang menyebabkan lalu lintas tersumbat. *di korea ada
banjir ngga ya?*
“Oh come on! What the hell going on?!” Pekiknya kesal.
Ia tak bisa menunggu lagi. Akan sangat lama jika
menunggu kapan arusnya berjalan normal. Ia akhirnya menepikan mobilnya ke sisi
jalan. Ia meraih payung hitam dan keluar dari mobil. Persetan dengan hujan
deras. Kris akhirnya berlari menembus hujan deras itu dengan payung seadanya.
Jaraknya sekarang cukup jauh dengan rumahnya. Ia harus melewati sekitar 5 blok
lagi untuk sampai di rumahnya. Ia terus saja berjalan tak mempedulikan bajunya
sudah basah. Percuma saja memakai payung ditengah hujan deras seperti ini. Kau akan
tetap basah kuyup bagaimanapun juga. Akhirnya Kris berlari.
.
.
.
.
.
.
“SHA NA!” Pekik Kris yang baru sampai di rumahnya. Ia
langsung saja membuka –membanting- pintu dan langsung menghambur kedalam rumah.
Matanya mencari keberadaan Sha Na. Cukup sulit karena keadaan gelap. Ia menuju
ruang tengah dengan tergesa-gesa. Ia makin panik mendapati Sha Na duduk
meringkuk di sofa ruang tengah, menunduk dan memeluk erat bantal sofa. Tanpa
pikir panjang langsung saja ia menghambur ke arah Sha Na dan menarik yeoja itu
kepelukannya –setelah melepaskan jas nya karena terlalu basah-.
Sha Na yang menyadari keberadaan Kris langsung saja
membalas pelukan namja itu. Ia sedikit merasa lega karena ada seseorang yang
menemaninya. Ia memeluk Kris dengan erat seakan takut ditinggalkan.
Sha Na menangis.
“Mianhae, aku terlambat...” Bisik Kris. Ia tidak
peduli nafasnya masih tersengal karena berlari tadi. Ia tidak peduli kemeja
yang ia pakai sudah lembab dan celana kainnnya sudah sangat basah, sama seperti
jasnya tadi. Ia tidak peduli ia juga menggigil kedinginan karena pakaiannya
basah tadi. Yang ia pedulikan sekarang hanya Sha Na.
Yeoja itu masih terisak menggambarkan ketakutannya
yang sangat. Tangannya mencengkeram erat baju bagian belakang Kris. Kris
mengecup kepala Sha Na berkali kali untuk memberinya ketenangan. Ia mendekap
Sha Na dengan sangat erat.
.
.
.
.
.
.
Hujan sudah mereda, kali ini gerimis. Lampu sudah
kembali menyala. Langit pun sudah kembali terang.
Kris menyadari yeoja dipelukannya sudah sedikit
tenang. Meski masih sesenggukan. Ia mengangkat lembut tubuh Sha Na. Ia terlihat
lemas, karena ketakutan. Kris membawanya menuju kamarnya lalu membaringkan
pelan di tempat tidur. Sha Na tidak tertidur, ia hanya lemas. Kris menarik
selimut tebal, menyelimuti Sha Na agar ia merasa hangat. Ia mengelus pelan
rambut Sha Na setelah itu beranjak mengambil baju ganti dan pergi ke kamar
mandi untuk membenahi dirinya.
.
.
.
.
.
.
“Ne, Chanyeol? Wae?” Ucap Kris setelah menekan tombol
terima di ponselnya.
“Ya! Dimana kau sekarang?!
Kenapa baru bisa dihubungi sekarang??!” pekik suara berat di seberang sana.
“Aku dirumah” jawab Kris singkat.
“Mwo?? Ya! Kenapa kau tiba-tiba
pulang hah? Pekerjaan ini masih membutuhkanmu!”
“Haha.. mianhae, Chanyeol, tapi istriku jauh lebih
membutuhkanku..”
“.... Apa terjadi sesuatu?”
“Ne, tapi sudah membaik...”
“Istrimu sakit??”
“Ya! Daripada kau banyak bertanya seperti itu lebih
baik kau menyuruh seseorang untuk mengantarkan mobilku kerumahku ne? Tadi aku
meninggalkannya di jalan”
“Mwo? Ya! Dasar orang kaya!!
Meninggalkan mobil sembarangan!”
“Tadi aku terjebak hujan! Aku tidak bisa cepat kalau
harus membawa mobil!”
“Aish ne! Ne! Kupastikan
sebentar lagi mobilmu sampai!”
“Hahaha, gomawo Yeollie!”
“Jangan memanggilku seperti
itu!!! Hanya yeojachinguku yang boleh memakai panggilan itu!”
“Kkkk~~ neee ne! Terserahmu saja!!”
Kris mengakhiri sambungan teleponnya. Ia kembali
melanjutkan membuat teh hangat. Sekarang ia sedang berada di dapur, memasak air
untuk membuat teh. Yaa ia merasa sedikit pening karena hujan-hujanan tadi. Ia
ke dapur setelah membersihkan dirinya. Sekarang handuk masih dikepalanya
mengeringkan rambut hitamnya.
Kris sedang menuangkan Teh yang sudah jadi ke cangkir
yang akan dipakainya. Tapi pergerakannya terhenti ketika sepasang tangan
melingkar di pinggangnya. Memeluk tubuhnya erat. Sha Na. Ia membenamkan kepalanya
ke punggung lebar Kris.
“Gomawo.. jeongmal, Kris..” Ucapnya pelan.
Kris lalu melepaskan tangan itu dan memutar tubuhnya.
Didapatinya Sha Na sedang tersenyum padanya.
“Sudah baikan sekarang?” tanya Kris sambil tersenyum
dan mengusap lembut rambut Sha Na. Sha Na mengangguk lalu tangannya meraih
handuk di kepala Kris dengan sedikit berjinjit lalu mengusapkan handuk itu
membantu mengeringkan rambut Kris. Kris memejamkan matanya menikmati itu.
Sha Na kini mendapati wajah Kris sangat dekat
dengannya. Ia menatap lekat wajah namja itu. Bagaimana matanya yang terpejam
menikmati usapannya, alis tebal dan tajamnya yang menambah kesan tegas dirinya,
hidung mancung dan bibir tipis serta kulit yang tanpa celah. Tampan sekali.
Tanpa sadar Sha Na mengagumi ketamanan namja ini.
Tiba-tiba Kris membuka matanya. Dan langsung
berhadapan dengan pupil hitam legam Sha Na. Tangan Kris meraih pinggang Sha Na
menariknya mendekat. Pergerakan Sha Na terhenti ketika Kris memeluk pinggangnya
tanpa melepas kontak mata mereka. Perlahan Kris mulai memajukan wajahnya
sedikit merunduk. Sedetik kemudian Kris membawa Sha Na pada sebuah kecupan
halus dan lembut. Tangan Sha Na yang semula berada di kepala Kris lalu turun
memeluk leher namja itu membalas perlakuannya. Begitupun tangan Kris yang
bergerak mempererat pelukannya.
Tidak ada yang tahu apa arti ciuman hangat itu. Dan
apakah perasaan mereka yang menginginkan hal itu? Entahlah.
.
.
.
‘....Saranghae...’
.
.
.
.
.
.
.
Sha Na membuka matanya karena sinar matahari yang
masuk melalui celah ventilasi. Ia menengok kebelakang dan mendapati Kris yang
tidur disebelahnya sedang memeluknya dari belakang. Ia kemudian tersenyum lalu
membalikan tubuhnya berhadapan dengan Kris. Sha Na hendak bangun ketika melihat
wajah Kris terlihat memerah. Dengan lembut Sha Na mengusap wajah Kris dengan
tangannya.
“Omo! Kau demam?!” Pekik Sha Na mendapati suhu badan
Kris tinggi.
Dengan perlahan Sha Na memindahkan tangan Kris dari
pinggangnya dan menyamankan posisi tidur Kris. Nafas Kris sangat terdengar
menandakan sesuatu menyumbat saluran pernfasannya. Dengan segera Sha Na turun
dari tempat tidur dan sedikit berlari menuju dapur, mencari air dingin dan
selembar handuk kecil. Tak lama ia kembali dan dengan cekatan mengompres dahi
Kris berharap demamnya turun. Ia menaikkan selimut hingga menutupi leher, lalu
duduk ditepi tempat tidur. Dengan berkala ia merendam ulang handuk kecil itu,
menjaganya agar tetap dingin.
“Ini pasti gara-gara kehujanan kemarin kan...”
gumamnya pelan tetapi kentara sekali kepanikan di nada bicaranya.
Setelah mengganti kompres untuk ke sekian kali, Sha Na
ke dapur untuk membuat bubur dan susu hangat. Ia buat dengan tergesa-gesa takut
terjadi apa-apa jika ia terlalu lama meninggalkan Kris.
Sha Na kembali ke kamar membawa nampan berisi semangkuk
bubur dan segelas susu hangat. Ia mendapati Kris membuka matanya. Ia lalu
menyimpan nampan itu di meja nakas lalu duduk di tepi tempat tidur.
“Kau baik-baik saja Kris? Ada yang sakit? Apa yang kau
rasakan sekarang? Kau mau kubawakan apa? Kau haus? Atau kau lapar?” berondong
Sha Na tanpa henti. Kris tersenyum dan mencoba duduk.
“Tunggu sebentar, aku akan telepon dokter!” Sha Na
hendak berdiri jika tangan kekar Kris tidak lebih dulu mencegahnya dan
menariknya duduk.
“Tenanglah, aku tidak apa-apa...” Jawab Kris pelan,
suaranya sedikit serak.
“Ta.. tapi.. Kris..”
“Ssst.. tenang saja, i’m okay, ne? Jangan khawatir...”
jawab Kris sambil mengelus tangan Sha Na meyakinkannya.
“Aku hanya merasa sedikit pusing saja..” Lanjutnya.
Sha Na tiba-tiba saja memasang wajah kesal.
“Sedikit katamu? Apanya yang sedikit?! Kris, Kau
demam! Kau demam dan kau bilang kau tidak apa-apa hah?” sembur Sha Na.
“Hey.. hey.. tenang saja baby..” Ucap Kris lalu
memeluk Sha Na.
“Aku tidak apa-apa, okay?” bisiknya kemudian. Pipi Sha
Na kemudian merona menyadari panggilan baru Kris padanya. Ia lalu melepas
pelukan itu.
“Baiklah, tapi kau harus makan sekarang. Aku sudah
menyiapkannya. Lalu setelah itu minum obat.” Perintah Sha Na. Kris mengangguk.
Sha Na lalu mengambil mangkuk bubur itu, lalu dengan lembut ia menyuapi Kris.
Kris tersenyum menyaksikan istrinya itu. Bagaimana ia
marah tetapi rona merah tidak hilang dari pipinya.
Hei, tidak salahkah kalau menyimpulkan kalau mereka
sudah menemukan perasaan mereka?
.
.
.
.
.
.
Sha Na terlihat sedang berjalan di koridor gedung
perusaan Kris. I amenenteng sebuah kotak makan di tangan kanannya.
Ia terlihat tersenyum dan membungkuk kepada semua
orang yang ditemuinya.
“Ah.. dia istri Kris sajangnim? Aigoo.. aku baru
melihatnya..”
“Ne, ternyata dia cantik sekali, pantas saja Kris
sajangnim tertarik”
“Hahaha, kurasa kau masih menaruh perasaan pada Kris
sajangnim heh?”
“Hahha sudahlah kau!”
Begitulah bisik-bisik orang-orang yang ditemui Sha Na
sepanjang perjalanan menuju ruangan Kris.
“Anneyong, Chanyeol-ssi” Sapa Sha Na ketika sampai di
lantai dimana ruangan Kris berada.
“Ah Sha Na-ssi?” jawab Chanyeol.
“Ne. Apa Kris ada diruangannya? Aku akan mengantarkan
makanan.” Jelas Sha Na.
“Ah, sayang sekali, saat ini Kris sedang meeting
dengan klien, sekitar tiga puluh menit lagi baru selesai.” Jelas Chanyeol.
“Ah jinjja? Padahal ia belum sembuh benar..” Gumam Sha
Na.
“Kau bisa menunggu diruangannya, jika kau mau, Sha
Na-ssi..” Tawar Chanyeol.
“Ah, baiklah, kamshahamnida Chanyeol-ssi” Sha Na
membungkuk lalu masuk keruangan Kris.
“Huh, aku kan jadi ingin menikah juga...” Gumam
Chanyeol sesaat setelah Sha Na masuk keruangan Kris. Dengan cepat ia meraih
ponsel dan menghubungi yeojachingunya. Ck, Chanyeol iri eoh?
Begitu pintu dibuka, terlihat ruang kerja mewah dan
nyaman bernuansa creme sehingga terkesan minimalis namun tetap terlihat mewah.
Sha Na beranjak menuju sofa putih di sudut ruangan sana. Disana ia bisa melihat
pemandangan seluruh kota Seoul lewat dinding kaca. Indah sekali. Matanya melirik
ke sudut ruangan di dinding belakang meja kerja ia melihat sebuah bingkai foto
berukuran besar berisikan sebuah foto dirinya dan Kris. Foto pernikahan mereka.
Aigoo Sha Na sepertinya merona.
Sha Na menyimpan kotak makan itu di meja dihadapannya
dan menyamankan duduknya di sofa itu. Sesekali tangannya meraih majalah,
membacanya untuk menghilangkan penat.
CKLEK
“Sha Na?”
“Ah Kris! Anneyong” Sha Na langsung berdiri mendapati
Kris masuk keruangannya.
“Ada apa datang kesini, hm?” tanya Kris.
“Ini, aku membawakan makan siang untukmu, juga
beberapa obat. Aku yakin kau pasti belum makan.” Jelas Sha Na.
Kris tersenyum lalu duduk disamping Sha Na.
“Padahal kau tidak perlu repot membawakannya sampai
kesini, baby. Aku bisa makan di kantin.” Ucap Kris sambil melonggarkan dasinya.
“Aniya! Kau sedang tidak sehat! Tidak boleh makan
sembarangan.” Ucap Sha Na sambil membuka kotak itu dan menyiapkan beberapa
makanan.
Kris terkekeh. Ia lalu memeluk Sha Na dari samping dan
menyandarkan kepalanya di bahu Sha Na.
“Gomawo, chagiya...” Bisiknya lalu mencium pipi Sha
Na. Membuat Sha Na merona.
Kris baru saja kan mencium Sha Na lagi ketika..
CKLEK
“Permisi, aku membawakan minu-“ Ucapan Chanyeol
terhenti ketika baru masuk ke ruangan Kris pemandangan yang dilihatnya
membuatnya kaget.
“Ya! PARK PABBO CHANYEOL! KETUK DULU SEBELUM MASUK!!!”
Pekik Kris sambil memberikan deathglarenya yang berhasil membuat Chanyeol
kelabakan.
“Mi..mi..MIANHAEE MIANHAE!!! Jeongmaaaall!!” Pekik
Chanyeol dan langsung keluar dari sana, membuat Kris mendengus dan Sha Na
terkekeh sambil menunduk.
“HUWEEEE AKU JUGA INGIN MENIKAH, UMMAAAAAAA!!!!!”
Terdengar suara teriakan Chanyeol dari luar sana membuat Kris dan Sha Na
tertawa.
Kris lalu kembali memeluk erat Sha Na dari samping.
“I love you, Mrs. Wu..” Bisiknya.
“I know, because I love you more, Mr. Wu” jawab Sha Na
terkekeh.
Kris lalu mulai menarik lembut dagu Sha Na dan mulai
memperpendek jarak diantara mereka.
Sepertinya sudah waktunya mengatakan kalau sekarang
mereka saling mencintai. Tentu saja. Berawal dari perjodohan yang sudah jelas
tidak mereka inginkan. Mereka mulai hidup bersama tanpa perasaan apapun
diantara mereka. Mungkin mereka sangat memaksakan untuk tinggal bersama seperti
itu. Awalnya untuk membuat orang tua bahagia. Tapi berakhir dengan kebahagiaan
mereka sendiri kan?
Ah, seperti kita memakan dark chocolate, dimana kalian
akan merasakan pahit ketika pertama memakannya, lalu perlahan lama kelamaan
akan terasa rasa manis didalamnya. Dan itulah yang membuat dark Chocolat banyak
disukai, rasa manis ditengah pahit menjadikannya terasa lezat. Baritupun
seperti Kris Sha Na, yang akhirnya menemukan rasa ‘manis’ itu ditengah
‘pahit’nya. Satu lagi, seperti mencari kehangatan dan perlindungan ditengah
hujan petir kan? Haha.
.
.
.
.
.
END
EPILOG (EXTRAAAAAA)
Suho terlihat sedang duduk di sebuah kursi di sebuah
coffe shop. Ia duduk sendiri dengan sesekali menyesap kopinya. Diluar hujan
deras sehingga coffe shop ini penuh dengan pengunjung yang hendak berteduh dan
menghangatkan diri.
CRING
Terdengan lonceng berbunyi menandakan ada pelanggan
baru yang masuk ke coffeshop ini. Suho melirik ke arah pintu dan mendapati
seorang yeoja berambut hitam panjang dengan mantel yang terlihat sudah basah
kuyup memasuki coffeshop. Yeoja itu terlihat mencari tempat kosong untuk
tempatnya duduk, tetapi coffeshop ini sudah penuh kelihatannya. Ia mendesah
kesal. Ayolah ia sungguh kedinginan apalagi ia barusaja menembus hujan deras
seperti ini.
Suho tersenyum lalu berdiri dari kursinya.
“Kau bisa duduk bersamaku, agasshi,” ucapnya kemudian.
Yeoja itu melihat kearah Suho dan beranjak menuju kearahnya.
“Kamshahamnida” Ucapnya sambil tersenyum setelah duduk
di kursi dihadapan Suho. Yeoja itu membuka mantelnya dan merapikan rambutnya.
Suho merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan.
“Pakailah ini, keringkan wajahmu”
“Ehm, gomawo..” ucap yeoja itu lalu menerima
saputangan itu. Ia sedikit terkejut juga namja didepannya ternyata baik sekali.
Suho tersenyum melihat yeoja itu merapikan dirinya. Ia
tahu yeoja itu sangat kedinginan. Sesuatu berdesir dari dalam tubuhnya membuat
Suho berdebar-debar.
“Okay, i think this time for move on...” Ucap Suho
dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
END (BENERAN END. CIYUSH!!)
Okesip, itulah pemirsa yang budiman.....!!
Sebenernya ini fict yang saya buat dalam rangkan
menyambut ulang tahun saya tanggal 31 Maret lalu. Tapi salahkan saja dosen yang
memberikan hadiah ulangtahun berupa tugas menggunung sehingga saya tidak bisa
mengetik fict ini!! Hohoh malah nyalahin hahaa
Ini cerita pastinya khayalan saya yang sangat tinggi
ya.. seneng banget bisa bikin dengan cast ultimate bias lagi haha. Buat abang
saya, Suho, maaf ya bang saya bikin patah hati hohoho. Tapi tenang, saya bukan
author yang tegaan koo tuh Suho ngga patah hati lagi tuuh!! Haha
Big thanks to:
All my dearest friend yang sukses bikin saya dikerjain
lagi oke
Family
All EXO member specially my ultimate bias KRIS! For
giving us a lot of love heheh..
And for someone who i Love *eaea*
Aaanndddd for my dearest READER!! Hoho thankyou :*
Anggap saja ini perayaan ultah saya hahahay
Oh iya sekalian deh.. Selamat ulang tahun buat adek
saya SEHUN!! Haha semoga makin kece ya dedee.. #plak
Selamat ulang tahun juga buat abang LUHAN!! Makin
cantik #plak ganteng ya baang.. umur boros tapi kok itu muka makin irit banget
baang iri saya bang! Heheh
Gomawo udah baca..
RCL jangan lupa...
Kecup basyah :*
hahaha aq udh bca 3kali ff nie, ad yg janggal . . . Wqtu suho menepuk bahu kris dan berbisik di telinga kris. . . ,emg nyampe yah? Wkwkwk
BalasHapusih jahat banget sumfeh hahaha... Suho ga sependek itu kaliiiiii hahhaahha
Hapusmakasi udah baca ahha
foto krisnya cakeeeep bgt sumpah hahaha
BalasHapusKok romantis ? u,u
BalasHapusKok seru? u,u
Huwaaaaaa authoorrr !!!! Bikin sequel nya g mau taoooo !!! XD
Cerita nya bagus masa u,u :-D
wohoho sequel?
Hapusgimana ya haha
gomawo udah bacaa :D
salam kenal
XD
this is my fav ff of Kris so far >< u did a good job! ^^b setuju tuh, tolong dibuat sequelnya. hehe. terus berkarya! ^^b
BalasHapusthanks udh baca ^^
BalasHapushuaaa aku seneng :D
hm untuk sequel, masih proses hehe semoga cepet ya,, tapi sebelum itu ada judul baru dulu..nhehe agak lama sih
tapi makasih banyak udah bacaaa :D
Thoorr, kq bgs bgt sih? Ota author buatx dr apaan? Kq bs bkn ff sebagus ini?
BalasHapusSequel yah thorr
huwaaaa gomawoo ^.^
Hapussequel tunggu terus yaaa semoga cepet..
banyak halangan aja buat bikin *alasan* haha
jeongmal gomawooo...
tunggu sequelnya ^.`
sequel donk ... #pakek aegyonya thehun oppa :-)
BalasHapusgomawo ..:-)
haaiii sequelnya ditunggu yaaa ^.^ maap lamaa huhu banyak halangan laaaah heu
Hapusgomawo udah bacaaa
huwee bagus thorr sequel seqeul *ngiri T^T /?
BalasHapushaaiiii sequelnya tunggu yaaa
Hapusmaap kalo lama postnyaa hiks
gomawo udah bacaa ^0^
keren thor... keep writing thor (y)
BalasHapuskeren, author... keep writing! fighting!
BalasHapusIni simple yet cool.. The Best deh author'a.. Ky'a aku udh baca ini FF yg ke 8 kali'a deh, abis keren bgt..!!
BalasHapusAigooo aigooo makasih banyaaak udah bacaaaa >< haha aduhh itu ngga bosen? Aduuhhh terhuraaaaaa makasihhh banyaaammm
HapusWoohhh kereenn.. ^o^
BalasHapusSequel nya udah ade thor??
Apaa?? Apaa?? Judul nyaa apa??? :D
Woaakkkahaha makasiiiih heheu
Hapussequelnya mandet nih aduuhh heheuu
makasih udah bacaaa
Sepertinya aku telat bacanya skrg .-. Btw ini so sweet bgt..kan baper .-. Kangen kris</3 sequel nya udh ada blm thor?? Pensaran sama kris nya..
BalasHapusomo..so sweet bgt ceritanya..iya meskipun aku sedikit cemburu membaca ff ini.haha..btw chanyeol lucu,,haha
BalasHapusBaper... kangen Kris... keren lho Kak! Coba deh, bikin sekuel, misal mereka punya baby gitu... atau gimana, terserah author! Salam kenal.
BalasHapusterimakasih untuk sarannya ! masih di tampung yaa hehe semoga kedepannya blog ini bisa aktif yaaa
Hapus